Daarul Ihsan
Daarul Ihsan oleh admin daarulihsan

kesombongan itu membinasakan

6 tahun yang lalu
baca 8 menit
Kesombongan Itu Membinasakan
بِسمِ اللهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Kesombongan Itu Membinasakan

Para pembaca rahimakumullah, Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasallam telah menjelaskan hakikat kesombongan dalam sabdanya (artinya) : “Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim dari sahabat Abdullah bin Mas`ud radhiyallahu `anhu)

Tolak ukur kesombongan bukanlah dari sisi menyukai pakaian yang bagus atau kendaraan yang mewah. Bukan pula menyukai rumah yang megah. Akan tetapi, kesombongan : ketika ada kebenaran berupa ilmu yang bersumber dari kitab Allah Ta`ala dan sabda Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasallam dengan pemahaman para sahabat radhiyallahu `anhum kemudian ditolak dengan berbagai alasan.

Al-Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah berkata : “Dan kejelekan yang berbuah dari kesombongan sangatlah besar. Dengan sebab kesombongan, binasalah orang-orang yang terkemuka / mulia. Sedikit sekali para ahli ibadah, orang-orang yang zuhud dan orang-orang berilmu yang bisa selamat dari kesombongan. Bagaimana tidak mengerikan penyakit kesombongan itu, sedangkan Nabi Shallallahu `alaihi Wasallam memberitakan (artinya) : “Tidaklah masuk surga, orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi.” Kesombongan menjadi tabir penutup dari masuk surga karena kesombonganlah yang menghalangi orang tersebut dari akhlak orang-orang yang beriman. Orang yang sombong tidak bisa menyukai orang-orang beriman mendapatkan sesuatu yang ia sukai untuk dirinya sendiri. Dirinya tidak mampu menjadi seseorang yang tawadhu’ (rendah hati), tidak bisa lepas dari rasa dendam, kedengkian dan amarah. Juga, ia tidak mampu menahan amarahnya dan menerima suatu nasihat. Dirinya tidak pernah bisa lepas dari sifat menganggap remeh orang lain dan menggunjingnya (ghibah). Tidaklah ada satu pun akhlak yang tercela kecuali pasti (munculnya) dipaksa oleh kesombongan.” (Mukhtashar Minhaj al-Qashidin)

Berbagai pintu kejelekan akan terbuka lebar dihadapan orang yang sombong, karena suatu kemaksiatan dapat menyeret kepada kemaksiatan yang lain, sebagaimana halnya pemabuk dengan mudahnya terdorong untuk mencuri, merampok bahkan membunuh.

Kesombongan Menjerumuskan ke Neraka

Disebutkan di dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda (artinya) : “Neraka dan surga mengucapkan alasan. Yang ini (neraka) berkata : “Orang-orang yang berbuat sewenang-wenang dan sombong memasuki aku”. Yang ini (surga) berkata : “Orang-orang yang lemah dan miskin memasuki aku…” (HR. Muslim)

Bahkan lebih tegas dan lengkap lagi balasan bagi orang yang sombong terhadap kebenaran adalah firman Allah (artinya) : “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat –ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan Kami bukakan pintu-pintu langit bagi mereka. Tidak pula mereka bisa masuk surga hingga unta masuk lubang jarum. Demikianlah Kami membalas orang-orang yang berbuat jahat. Bagi mereka ada alas dari api jahanam dan di atas mereka ada selimut (api jahanam). Demikianlah Kami membalas orang-orang yang berbuat zalim.” (Surah Al-A’raf : 40-41)

Kisah Kesombongan Sebagian Umat Terdahulu dan Akibat Kesombongan Mereka

1. Iblis la`natullahi `alaih

Kesombonganlah yang menyebabkan Iblis `alaihi la`natullah membangkang serta enggan untuk taat mengerjakan perintah Allah Ta`ala berupa sujud kepada Nabi Adam `alaihi as-Salam. Oleh karena itu, Allah murka kepadanya, melaknatnya hingga tiba hari kiamat dan akan memasukkan dia beserta bala tentaranya ke neraka. Allah berfirman (artinya) : “Dan tatkala Kami (Allah) ucapkan kepada para malaikat : “Sujudlah kalian kepada Adam ! Maka mereka semua sujud kecuali Iblis. Dirinya enggan lagi sombong dan ia termasuk golongan kaum kafir.” (Surah Al-Baqarah : 34)

Allah juga berfirman (artinya) : “Allah berkata (kepada Iblis) : “Apa yang menghalangimu untuk sujud kepada (Adam) ketika Aku memerintahmu ?” (Iblis) menjawab : “Aku lebih baik daripada dia (Adam). Engkau ciptakan aku dari api sedangkan Engkau ciptakan dia dari tanah liat”. Allah berkata : “Maka turunlah kamu darinya (surga) ! Tidaklah pantas kamu sombong di dalamnya (surga). Keluarlah ! Sesungguhnya kamu termasuk kaum yang hina.” (Surah Al-A`raf : 12-13)

Allah mengulang-ulang kisah Iblis di dalam Al-Qur`an, yang ia enggan untuk sujud kepada Adam `alaihi as-Salam karena kesombongannya. Lantas Allah melaknatnya hingga hari kebangkitan.

Maka kita pun harus waspada. Jangan sampai tergoda dengan tipu daya Iblis dan bala tentaranya. Mereka adalah musuh yang nyata. Allah berfirman (artinya) : “Sesungguhnya setan adalah musuh bagi kalian, maka perlakukanlah dia sebagai musuh. Hanyalah dia itu mengajak golongannya untuk menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Surah Fathir : 6)

2. Kaum Tsamud

Allah mengutus Nabi Shalih `alaihi as-Salam untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kaum Tsamud. Tujuannya agar mereka beriman dan beribadah hanya kepada Allah. Beliau juga melarang dari perbuatan syirik. Bahkan, Allah memberikan tanda kejujuran beliau berupa unta betina yang keluar dari batu dengan sifat-sifat tertentu yang mereka minta. Sayangnya karena kesombongan, ajakan beliau pun mereka tolak. Mereka tidak mau tunduk kepada kebenaran, bahkan mengejek dan merendahkan orang-orang yang beriman. Tidak sampai di situ saja, bahkan unta yang menjadi mukjizat pun mereka sembelih. Allah berfirman (artinya) : “Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri dari kaumnya (Nabi Shalih) berkata kepada orang-orang yang yang dianggap lemah, yaitu orang-orang yang telah beriman : “Apakah kalian tahu kalau Shalih itu diutus oleh Rabnya ?” Mereka menjawab : “Sesungguhnya kami beriman kepada apa yang disampaikannya”. Orang-orang yang sombong itu berkata : “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kalian imani”. Lalu mereka menyembelih unta betina tersebut dan berlaku angkuh terhadap perintah Rabb mereka. Mereka berkata : “Wahai Shalih, buktikanlah ancamanmu jika engkau termasuk seorang Rasul!”. Lalu gempa menimpa mereka dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam tempat tinggal mereka.” (Surah Al-A`raf : 75-78)

Al-Imam Abdurrahman as-Sa`di rahimahullah berkata : “Kesombongan menyebabkan mereka tidak tunduk kepada kebenaran ketika orang-orang yang dianggap lemah tunduk kepadanya.” (Tafsir as-Sa`di)

3. Fir’aun dan Para Pengikutnya

Allah menyebutkan sebab pengingkaran mereka terhadap kebenaran melalui firman-Nya (artinya) : “Dan mereka mengingkarinya (ayat-ayat Allah) karena kezaliman dan kesombongan, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang yang membuat kerusakan.” (Surah An-Naml : 14)

Al-Imam as-Sa’di rahimahullah berkata : “…Bukanlah pengingkaran mereka itu bersandar pada keraguan dan kebimbangan. Hanyalah pengingkaran mereka seiring pengetahuan dan keyakinan terhadap kebenarannya (ayat-ayat Allah) dikarenakan kezaliman terhadap hak Rabb mereka dan diri mereka sendiri, serta kesombongan terhadap kebenaran, hamba-hamba Allah sekaligus kesombongan dari ketundukan terhadap para Rasul. Maka, lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan berupa sejelek-jelek kesudahan. Allah membinasakan dan menenggelamkan mereka ke laut, menghinakan dan mewariskan tempat-tempat tinggal mereka kepada orang-orang yang (dulu) dipandang lemah dari kalangan hamba-Nya.” (Tafsir as-Sa’di)

Seluruh umat terdahulu yang Allah timpakan azab di dunia berupa banjir besar hingga menenggelamkan gunung, gempa bumi yang merobohkan bangunan-bangunan, terpaan angin yang kencang selama berhari-hari dan azab yang lain, sebabnya kesombongan mereka. Telah datang kepada mereka peringatan dari para Nabi `alaihim as-Salam agar mengesakan Allah dalam peribadatan dan menaati para Nabi mereka. Namun nyatanya, mereka tolak disertai ejekan, hinaan dan bahkan konspirasi jahat untuk membunuh Nabi yang diutus kepada mereka.

Sehingga, memetik pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu yang diceritakan di dalam Al-Qur`an maupun hadits Nabi merupakan tanda berakalnya seseorang.

Sebuah Kisah Umat Ini

Dari Salamah bin al-Akwa’ radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ada seseorang makan dengan tangan kiri di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Maka Rasul berkata : “Makanlah dengan tangan kananmu !” Ternyata orang itu menjawab : “Aku tidak bisa.” Lantas Rasul pun berkata : “Engkau tidak bisa.” Tidaklah menghalangi orang itu dari perintah Rasul melainkan karena sombong. Akhirnya orang tersebut tidak bisa mengangkat tangan kanannya ke mulut. (HR. Muslim)

Salah satu pelajaran penting dari kisah ini adalah bahayanya menolak kebenaran karena sombong sekalipun dalam perkara yang dianggap kecil oleh sebagian orang. Jadikan kisah ini sebagai peringatan, wahai saudaraku !

Cara Mengobati Kesombongan

Diriwayatkan dari Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah, beliau berkata : “Barangsiapa yang kemaksiatannya didasari syahwat, maka berharaplah dia bisa bertaubat, karena sesungguhnya Adam `alaihi as-Salam bermaksiat didasari syahwat (lalu bertaubat) dan beliau diampuni. Namun jika kemaksiatannya didasari kesombongan, maka khawatirkan dia akan terkena laknat, karena sesungguhnya Iblis bermaksiat didasari kesombongan lalu dilaknat”. (Mukhtashar Minhaj al-Qashidin)

Memangkas kesombongan dan mengobatinya bukanlah perkara yang mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh doa dan usaha disertai kesungguhan. Semoga dengan itu semua, Allah memudahkan kita menjadi seorang hamba yang memiliki sifat rendah hati.

Al-Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah berkata : “Dan itu (mengobati kesombongan dan menumbuhkan rasa tawadhu’) dengan cara : Seseorang mengetahui kadar dirinya sendiri dan memiliki ilmu tentang Rabbnya. Jika ia tahu kadar dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya, maka dia akan sadar bahwa dirinya lebih rendah dari setiap yang rendah. Cukup bagi dia untuk melihat asal penciptaannya setelah (dulunya) belum ada, tercipta dari tanah liat (Adam `alaihi as-Salam). Lalu dari setetes air mani yang muncul dari tempat keluarnya air kencing. Lantas menjadi segumpal darah dan menjadi sekerat daging. Jadilah sesuatu yang bisa disebut (sebagai sosok manusia) setelah dulunya berupa benda mati yang tidak bisa mendengar, melihat, tidak merasakan sesuatu dan tak mampu bergerak. Dirinya dimulai dengan kematian sebelum kehidupan, kelemahan sebelum kekuatan dan kemiskinan sebelum kekayaan. Allah Ta’ala telah mengisyaratkan hal ini melalui firman-Nya (artinya) : “Dari apa Allah telah menciptakannya ? Dari setetes air mani, Allah ciptakan dia lalu menentukannya”…Maka sesuatu yang demikian asal penciptaannya, dari sisi apa yang bisa disombongkan dan dibanggakan ?!…” (Mukhtashar Minhaj al-Qashidin dengan sedikit peringkasan).

Wallaahu a’lam

Oleh:
admin daarulihsan