Daarul Ihsan
Daarul Ihsan oleh admin daarulihsan

hari kasih sayang (sebuah perayaan yang amat disayangkan)

10 tahun yang lalu
baca 8 menit
Hari Kasih Sayang  (Sebuah Perayaan Yang Amat Disayangkan)
بِسمِ اللهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Hari Kasih Sayang
(Sebuah Perayaan Yang Amat Disayangkan)

Layakkah seorang muslim mengikuti sebuah ucapan atau perbuatan yang tidak ia ketahui asal muasalnya ? Pantaskah pula seorang muslim bersikukuh di atas ucapan atau perbuatan yang ternyata keliru, padahal nasihat telah sampai kepadanya ? Demikianlah 2 pertanyaan yang semoga mengingatkan kita semua atas pentingnya berilmu sebelum berkata atau berbuat, dan tunduk dan menerima setiap nasihat kebaikan.

Hari Kasih Sayang yang kerap disebut dengan istilah Valentine’s Day adalah sebuah tema yang ingin kita angkat, meski tema ini bukanlah baru bagi kita. Akan tetapi Allah berfirman (artinya) : “Dan berilah peringatan, karena peringatan itu dapat memberi manfaat bagi orang-orang yang beriman”.(Adz Dzaariyaat : 55)

Ayat ini memberi pelajaran kepada :

  1. Setiap pemberi peringatan, agar terus memberi peringatan karena dengan itu ia dapat memberikan manfaat kepada saudaranya seiman.
  2. Setiap orang yang mendapatkan peringatan, bahwa diantara tanda keimanan seseorang adalah merasakan manfaat dari setiap peringatan yang ia dapatkan.

Asal Muasal Perayaan Valentine’s Day

Bagi orang yang membaca sejarah perayaan ini, maka ia akan melihat bahwa asal muasal perayaan ini ada beberapa riwayat atau versi yang berbeda-beda. Demikian pula masing-masing riwayat tersebut tidaklah memiliki jalur periwayatan, apalagi mau diketahui kejujuran orang yang meriwayatkannya. Singkat kata, asal muasal perayaan ini tidak lebih dari “katanya dan katanya”. Karena “katanya dan katanya” ini berupa sebuah alur cerita, maka tak salah jika dibahasakan lain dengan dongeng. Setiap muslim hendaknya tahu atau ingat bahwa “katanya dan katanya” adalah salah satu perkara yang dibenci oleh Allah Ta’ala, sebagaimana pernah disabdakan Rasul Shallallahu ‘alaihi Wasallam.

Riwayat-riwayat dongeng tersebut adalah :

  1. Konon ada seorang pastor atau pendeta yang diakui bernama Valentine, yang hidup pada abad ke-3 Masehi. Orang ini hidup di bawah pemerintahan seorang kaisar penyembah berhala, yang diakui bernama Claudius II. Pada tanggal 14 Februari 270 Masehi, Valentine dihukum mati karena ia menyeru kepada agama Nasrani.Maka tanggal 14 Februari dijadikan sebagai hari mengabadikan Valentine.
  2. Seorang kaisar menjumpai bahwa kemampuan tentara yang tidak menikah ternyata lebih besar dibanding tentara yang sudah menikah. Maka sang kaisar pun melarang pernikahan bagi para tentaranya. Akan tetapi ada seorang pastor atau pendeta yang diam-diam menikahkan para tentara.Ternyata perbuatan pastor atau pendeta ini diketahui sang kaisar, lalu ia pun dipenjara.Di penjara, ia kenal dengan wanita anak seorang sipir. Ketika itu wanita ini sedang sakit. Pastor atau pendeta ini pun jatuh cinta kepadanya. Sebelum pastor atau pendeta ini dihukum mati, ia mengirim semacam kartu yang tertulis padanya “Dari orang yang tulus cintanya, Valentine.”
  3. Valentine’s Day adalah salah satu perayaan orang-orang Romawi penyembah berhala. Perayaan ini menurut mereka merupakan sebuah ungkapan kecintaan kepada sesembahan mereka. Asal muasal perayaan ini pun berdasar dongeng semata, bahkan orang-orang Romawi sendiri menganggap seperti itu pula (maksudnya semata-mata dongeng). Mereka memiliki syiar-syiar khusus pada perayaan tersebut.
  4. Valentine adalah salah satu korban penyiksaan sebagian kaisar. Tatkala Valentine mati, maka orang-orang mendirikan sebuah gereja untuk mengabadikannya. Pada saat orang-orang Romawi menganut agama Nasrani, maka mereka membiarkan perayaan mengabadikan Valentine yang telah ada. Hanya saja, orang-orang Romawi mengubah maksud perayaan tersebut dari kecintaan kepada sesembahan menjadi maksud lain, yang diungkapkan dengan istilah “Para Pejuang Cinta”, untuk menyerupai pastor atau pendeta Valentine yang menyeru kepada cinta dan kasih sayang menurut anggapan mereka. Perayaan ini pun juga disebut “Hari Orang-orang Yang Rindu” dan Valentine dianggap sebagai pembela dan pemimpin orang-orang yang rindu.
  5. Para pembaca yang semoga dirahmati Allah, sekali lagi asal muasal perayaan Valentine’s Day di atas tidak lebih dari sekedar dongeng.Lalu bagaimana seorang muslim yang didekatnya ada Al Qur’an dan Sabda Nabi yang selalu terpelihara keasliannya hingga hari kiamat, rela ikut-ikutan merayakan sebuah dongeng yang tak kunjung jelas kebenarannya ?! Atau kalau saja cerita itu jelas kebenarannya, maka bagaimana pula seorang muslim yang telah mengikrarkan iman kepada Allah dan memiliki kewibawaan dengan imannya tersebut, justru merayakan sebuah hari yang berkaitan erat dengan penghormatan kepada seorang pastor / pendeta, cerita cinta atau kerinduan rendahan dan bahkan pengagungan terhadap berhala ?! Sebuah musibah yang pantas untuk kita ucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji’un.

Yang Tak Kalah Penting Untuk Kita Ketahui

Ada beberapa pemandangan dalam perayaan Valentine’s Day yang perlu kita ketahui hakikat sebenarnya atau kita cermati, yaitu :

  1. Mawar merah, busana dan hadiah serba merah atau merah muda merupakan ungkapan orang-orang Romawi untuk mencintai berhala-berhala mereka.Sedangkan menurut orang-orang Nasrani, hal itu sebagai ungkapan kasih sayang antara pria dan wanita yang sedang kasmaran.
  2. Anak kecil yang bersayap dua dan memegang busur panah sekaligus anak panahnya, adalah tuhan cinta menurut orang-orang Romawi dan para penyembah berhala.
  3. Seringkali perayaan ini diwarnai percintaan sepasang pria dan wanita yang bukan mahramnya, yang tidak samar lagi hal itu merupakan jalan mendekati perzinaan, sekalipun tidak sampai pada perzinaan sesungguhnya.
  4. Tidak jarang perayaan ini mengeluarkan biaya yang cukup besar, bahkan diantaranya dimeriahkan dengan konser musik.Tidakkah hal seperti ini mengandung penyia-nyiaan harta yang dibenci oleh Allah Ta’ala ?! Bukankah kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban kita : Darimana harta itu kita peroleh dan untuk apa ia kita belanjakan ?!
  5. Menyia-nyiakan waktu, tenaga dan usia karena waktu, tenaga dan usia yang tidak lain merupakan amanah dari Allah, ternyata digunakan untuk perkara sia-sia, bahkan haram.

Atas dasar ini, mungkinkah seorang muslim selamat dari keharaman tatkala ia ikut-ikutan berpartisipasi dalam perayaannya orang-orang kafir ini ?!Akankah seorang muslim yang masih menghargai agamanya, masih saja latah mengikuti perayaan mungkar tersebut ?! Semoga Allah menumbuhkan sifat muhasabah (introspeksi diri), rasa takut kepada murka-Nya dan mengokohkan iman kepada kita semua hingga ajal menjemput kita…aamiin.

Fatwa Para Ulama Tentang Perayaan Valentine’s Day

Beberapa ulama telah berfatwa tentang perayaan ini, diantaranya :

1)  Fatwa al-Lajnah ad-Daimah Saudi Arabia.

Komite Tetap Fatwa yang telah banyak menerima dan menjawab ribuan pertanyaan dari penjuru dunia ini, mengatakan : “Beberapa dalil yang jelas dari Al Qur’an dan as-Sunnah yang di atas itu para salaf bersepakat, menunjukkan bahwa perayaan dalam Islam itu hanya ada 2 saja : Idul Fithri dan Idul Adha. Selain 2 perayaan itu, baik perayaan yang berkaitan dengan orang, kelompok, peristiwa atau makna apapun, maka perayaan itu adalah perayaan yang dibuat-buat. Tidak boleh bagi kaum muslimin untuk menyelenggarakan, menyetujui, menampakkan kegembiraan, atau membantu perayaan tersebut sedikit pun. Hal itu karena termasuk melanggar hukum-hukum Allah, sedangkan barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, maka ia telah menzalimi dirinya sendiri. Apabila keberadaan perayaan yang dibuat-buat tersebut termasuk perayaan orang-orang kafir, maka ini adalah dosa di atas dosa. Hal itu karena mengandung unsur menyerupai orang-orang kafir dan suatu bentuk loyalitas kepada mereka. Allah Subhanahu telah melarang kaum mukminin dari menyerupai orang-orang kafir dan loyalitas kepada mereka di dalam Al Qur’an. Telah shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bahwasanya beliau bersabda (artinya) : “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut”. Perayaan Hari Kasih Sayang termasuk jenis yang disebutkan tadi. Sebab, perayaan ini termasuk perayaan para penyembah berhala dan orang-orang Nasrani. Tidak halal bagi seorang muslim yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk menyelenggarakan perayaan tersebut, menyetujui atau mengucapkan selamat atasnya. Bahkan yang wajib adalah meninggalkan dan menjauhinya, sebagai wujud menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya sekaligus menjauhi sebab-sebab datangnya murka dan siksa Allah. Sebagaimana pula diharamkan bagi seorang muslim untuk membantu perayaan ini atau semisalnya dari perayaan-perayaan yang haram dalam bentuk apapun, baik berupa makanan, minuman, jual beli, pembuatan aksesoris, hadiah, surat menyurat, promosi atau selain itu.Itu semua dikarenakan termasuk tolong menolong di atas dosa dan permusuhan, bermaksiat kepada Allah dan Rasul. Allah Jalla Wa ‘Alaa berfirman (artinya) : “Dan tolong menolonglah kalian di atas kebaikan dan ketaqwaan. Janganlah kalian tolong menolong di atas dosa dan permusuhan. Takutlah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya Allah itu sangat pedih siksa-Nya.” Wajib bagi seorang muslim untuk berpegang teguh dengan Al Qur’an dan as-Sunnah dalam segenap keadaan dirinya, terlebih di masa-masa penuh kejelekan dan banyak kerusakan. Hendaknya dirinya tanggap dan waspada dari keterjerumusan ke dalam kesesatan-kesesatan kaum yang dimurkai oleh Allah (Yahudi, pen), kaum sesat (Nasrani, pen) dan kaum fasik yang memang tidak berharap kehormatan di sisi Allah dan tidak menghargai Islam. Wajib bagi seorang muslim untuk kembali kepada Allah Ta’ala dengan memohon hidayah dan keteguhan di atas hidayah tersebut. Sesungguhnya tidak ada yang dapat menentukan hidayah, kecuali Allah. Tidak ada yang dapat meneguhkan hidayah, kecuali Dia Subhanahu. Hanya milik-Nyalah taufik itu. Shalawat dan salam telah Allah curahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabat beliau.”

2)  Fatwa Fadhilatu asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah.

Ulama yang telah menghabiskan usianya dengan bimbingan dan fatwa hingga terasa manfaatnya di penjuru dunia ini berkata : “Merayakan Hari Kasih Sayang tidaklah boleh karena beberapa sisi :

Pertama : Bahwasanya perayaan tersebut adalah perayaan yang dibuat-buat, tidak ada asalnya sama sekali dalam syariat Islam.
Kedua : Perayaan tersebut mengajak kepada kerinduan dan cinta yang bergejolak.
Ketiga : Perayaan tersebut mengajak untuk menyibukkan hati dengan perkara-perkara rendahan yang menentang petunjuk as-salaf ash-shalih radhiyallahu ‘anhum.

Maka bagi seorang muslim hendaknya merasa mulia dengan agamanya, dan tidak oportunis (bunglon) yang mengikuti setiap teriakan. Saya memohon kepada Allah Ta’ala agar melindungi kaum muslimin dari setiap kejelekan, baik yang tampak jelas maupun yang samar, sekaligus menjaga kita dengan kecintaan dan taufik-Nya.”

(Sebagian keterangan diambil dari situs www.ajurry.com)

Wallahu a’lamu bish-Shawab