Daarul Ihsan
Daarul Ihsan oleh admin daarulihsan

5 pondasi kebenaran

8 tahun yang lalu
baca 8 menit

5 Pondasi Kebenaran

Penulis : asy-Syaikh Nizar bin Hasyim al-Abbas hafizhahullah
Barangsiapa menginginkan kesejahteraan dan keselamatan di dunia sekaligus akherat dalam setiap urusan dengan taufik dari Allah, hendaknya ia menjadikan ayat (artinya) : “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul dan Ulul Amri diantara kalian. Apabila kalian berselisih dalam suatu perkara, maka kembalikanlah perkara tersebut kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Hadits) jika kalian beriman kepada Allah dan Hari Akhir.Demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya” sebagai tonggak pandangannya, pijakan semangat, kesungguhan, pemahaman dan perjalanan hidupnya hingga berjumpa dengan Allah Ta’ala.
Di dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala telah memerintah orang-orang yang beriman dan kaum muslimin dengan 5 perkara agung yang di atasnya kebenaran dan syariat Islam akan tegak pada setiap prinsip dan kaidahnya.
Perkara Pertama
Hak Allah Ta’ala pada lafazh “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah…” yaitu menauhidkan-Nya dengan beribadah kepada-Nya saja tiada sekutu bagi-Nya, mewujudkan iman terhadap uluhiyah (ibadah kepada-Nya), Nama-nama dan Sifat-sifat serta Rububiyah-Nya dengan penuh kecintaan, ketundukan, rasa takut dan harap dalam bentuk menjalankan perintah sekaligus menjauhi larangan-Nya.Inilah inti ketakwaan kepada-Nya.Perkara terlarang yang paling besar adalah kesyirikan dan kekufuran dengan setiap warna dan ragamnya – semoga Allah menyelamatkan umat ini darinya.Allah berfirman (artinya) : “Dan beribadahlah kepada Allah dan jangan kalian berbuat syirik dengan sesuatu apapun…” Kemudian kebid’ahan dan perkara yang dibuat-buat dalam agama-Nya.Allah berfirman (artinya) : “Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu yang dapat mensyariatkan agama untuk mereka tanpa Allah izinkan ?! Kalau sekiranya tidak ada ketetapan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan.Sesungguhnya orang-orang zalim itu akan mendapatkan siksa yang amat pedih”.Kemudian seluruh kemaksiatan dan kefasikan !!
Perkara Kedua
Hak Rasul Shallallahu ‘alaihi Wasallam, yaitu menaati perintah beliau, menjauhi larangannya dan tidaklah beribadah kepada Allah melainkan dengan apa yang beliau ajarkan melalui sunnah-sunnah yang sahih dengan penuh kecintaan dan ittiba’ seiring berharap rahmat Allah dan takut dari azab-Nya, meninggalkan perkara yang dibuat-buat dan bid’ah yang disusupkan ke dalam sunnah, petunjuk dan syariat beliau.Beliaulah yang mengucapkan (artinya) : “Barangsiapa beramal suatu perbuatan yang tidak ada contohnya dari kami, maka perbuatan tersebut tertolak” Juga yang berseru pada hari kiamat dalam keadaan murka terhadap setiap orang yang menyelisihi beliau dan mengada-ada dalam agama : “Jauhlah kalian ! Jauhlah kalian !
Perkara Ketiga
Hak para ulama pembimbing dan dalam ilmunya yang berjalan di atas manhaj salafi berdasar lafazh “…dan Ulil Amri diantara kalian…” dengan mengenal mereka, menjalin ikatan komunikasi dengan mereka, memuliakan mereka dengan pujian, sanjungan yang indah dan jujur, seiring menghormati, mencintai dan kembali kepada mereka dalam bentuk belajar maupun bertanya.Ketaatan kepada mereka itu dalam perkara taat kepada Allah karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah.(Juga) membela mereka karena Allah dalam rangka membentengi sekaligus menjaga agama Allah dan kaum muslimin, menyebarkan ilmu mereka di muka bumi.
Perkara Keempat
Hak penguasa rakyat di muka bumi berdasar lafazh “…dan Ulil Amri diantara kalian…” dengan mewujudkan ketaatan kepada mereka dalam perkara taat kepada Allah, bersatu dan berpegang di atas kalimat mereka, tidak memberontak seburuk apapun kezaliman dan kejahatan mereka – selama tidak ada kekufuran yang nyata berdasar dalil yang jelas dari Allah serta disepakati para ulama yang dalam ilmunya, bukan para pengacau, revolusioner, orang-orang jahil, pemberontak dan ekstrimis.Bahkan, wajib untuk bersabar terhadap mereka dan mendoakan kebaikan untuk mereka agar mendapatkan perbaikan dan petunjuk, tidak mengkritik, mencela mereka dan menyebarluaskannya.Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, berkata : “Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menyeru kami dan kami membaiat beliau.Beliau berkata tatkala mengambil perjanjian dengan kami : Agar kami membaiat untuk mendengar dan taat, baik dalam keadaan semangat maupun sulit, sempit maupun lapang dan kezaliman menimpa kami.(Juga) agar kami tidak melepas ikatan baiat, kecuali jika melihat kekufuran yang nyata dan berdasar dalil yang jelas dari Allah” (Demikian pula) menasihati mereka secara diam-diam, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam (artinya) : “Barangsiapa ingin menasihati penguasa, maka janganlah dengan terang-terangan.Namun hendaknya dia pegang tangannya dan diam-diam.Jika penguasa menerima nasihatnya, maka itulah yang diharapkan.Namun jika penguasa menolaknya, maka ia telah menunaikan kewajibannya (berupa penyampaian nasihat, pen)”
Janganlah anda wahai seorang muslim, tertipu dengan apa yang dilakukan para pembuat bid’ah dalam agama dari kalangan manusia yang tidak memiliki kedalaman ilmu, pemahaman yang terbimbing dan akal yang lurus, dengan ilmu atau kejahilan menentang hak penguasa dan hak-hak lainnya.(Mereka) berasal dari ulama jahat, aktivis kelompok agama atau politik.Sesungguhnya sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam.Beliau telah bersabda (artinya) : “Barangsiapa beramal suatu perbuatan yang tidak ada contohnya dari kami, maka perbuatan tersebut tertolak” dan juga “Baransiapa mengada-ada sesuatu dalam agama yang tidak ada contohnya dari kami, maka sesuatu itu tertolak”.Demikian pula “Barangsiapa membuat suatu perkara yang tidak ada contohnya dari kami, maka perkara itu tertolak”
Demikian itu karena beliau Shallallahu ‘alaihi Wasallam telah jelas menyatakan tentang sempurnanya, cakupan, kemaksuman dan kecukupan pada agama ini bagi pemeluknya yang jujur dalam setiap kebaikan.Beliau bersabda (artinya) : “Tidaklah ada satu pun amalan yang mendekatkan pelakunya kepada surga, melainkan telah aku perintahkan untuk kalian.Tidaklah pula ada satu pun amalan yang mendekatkan kepada neraka, melainkan aku peringatkan dari kalian”.Beliau juga bersabda (artinya) : “Sungguh aku telah tinggalkan kalian di atas agama seperti cahaya putih, malamnya seperti siangnya.Tidaklah menyimpang dari cahaya tersebut melainkan dia pasti akan binasa”.
Cahaya putih tersebut adalah Al Qur’an dan as-Sunnah di atas manhaj (metode beragama) as-Salaf as-Saleh, manakala beliau bersabda (artinya) : “Aku tinggalkan kalian 2 perkara yang tidaklah kalian akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengannya, yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”.
Beliau juga bersabda (artinya) : “Sungguh akan datang kepada umatku ini apa yang dulu pernah datang kepada Bani Israil seperti langkah sandal mengikuti langkah sandal lainnya, sampai pun diantara mereka (Bani Israil) ada seorang anak menggauli ibunya terang-terangan, maka pasti akan ada dari umatku yang melakukan hal seperti itu.Sesungguhnya Bani Israil telah terpecah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan.Semuanya masuk neraka kecuali 1 golongan” Maka mereka (para sahabat) bertanya : “Siapa mereka (yang selamat dari neraka) itu, wahai Rasulullah ?” Akhirnya beliau menjawab : “Apa yang aku dan para sahabatku berada di atasnya” Para sahabat Nabi adalah tokoh as-Salaf as-Saleh pada 3 generasi yang utama, sebagaimana beliau katakana (artinya) : “Sebaik-baik manusia adalah generasiku ini, kemudian generasi setelah mereka dan kemudian generasi setelah mereka”.
Hadits yang agung ini “Semuanya masuk neraka kecuali 1 golongan” menunjukkan bahwa setiap perkara yang bertentangan dengan Sunnah Nabi dan manhaj as-Salaf, baik berupa bid’ah, hawa nafsu, pendapat, pikiran maupun pandangan yang rusak adalah kesesatan yang pelakunya terancam dengan neraka jahanam., sebagaimana beliau bersabda (artinya) : “…dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan itu di neraka”
Ya Allah, jagalah kami dari kejelekan-kejelekan dan kesesatan serta lindungilah kami dari neraka-Mu, Ya Sebaik-sebaik Zat yang memberikan kasih sayang.
Perkara Kelima
Kewajiban kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Nabi yang muhkam (jelas) berdasar lafazh “…Apabila kalian berselisih dalam suatu perkara, maka kembalikanlah perkara tersebut kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Hadits)…” ketika terjadi perbedaan pendapat dan perselisihan antar muslimin dengan beragam tingkatan mereka pada setiap perkara, baik perkara yang kecil maupun besar dari 4 perkara sebelumnya.Kembali kepada Al Qur’an dan sunnah yang sahih ini tidaklah bermanfaat bagi orang-orang yang berselisih pendapat dan tidak mereka dapati akibat yang lebih baik, kecuali dengan mewujudkan keterangan ayat di atas dan juga ayat lainnya sebagai berikut :
1) Mereka mengagungkan Al Qur’an, beriman dan menyandarkan diri (setelah bersandar kepada Allah) kepada Al Qur’an sebagai pokok dan dasar agama.Tidak seperti kaum Syi’ah Rafidhah yang menyakini bahwa Al Qur’an telah mengalami perubahan dan pengurangan.
2) Mereka mengagungkan Sunnah Nabi dan bersandar (setelah bersandar kepada Allah) kepada sunnah tersebut sebagai pokok ke-2 bersanding dengan Al Qur’an.Tidak seperti kaum Syi’ah Rafidhah yang dengan hawa nafsu dan kesesatan, mereka meyakini batil dan dustanya Sunnah Nabi karena mereka telah mengkafirkan para periwayatnya dari kalangan sahabat kecuali sedikit saja yang tidak mereka kafirkan.(Jika demikian), lalu bagaimana dengan para tabi’in, atba’ tabi’in…sampai seterusnya di hari ini ?! Demikian pula kaum Khawarij dahulu dan sebagian mereka di masa sekarang yang mereka mencela sebagian sahabat Nabi, seperti : Utsman bin Affan, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Abu Musa al-Asy’ari dan Amr bin al-‘Ash hingga selain mereka (Khawarij, pen) dari pengikut hawa nafsu dan bid’ah dari kalangan rasionalis dan neo-Mu’tazilah.
3) Kembalinya mereka kepada Al Qur’an dan as-Sunnah di atas pemahaman as-Salaf as-Saleh beserta orang-orang berjalan mengikuti mereka dari kalangan para ulama dakwah salafiyah masa sekarang.
4) Hendaknya mereka memang menginginkan kebenaran dengan penuh kehati-hatian, kemurnian, ketakwaan dan keikhlasan dalam rangka berharap ridha Allah dan takut dari siksa-Nya.
5) Mereka yakin dengan sepenuhnya dan jujur bahwa kebenaran dan kebaikan itu ada pada dasar ini (Al Qur’an dan as-Sunnah di atas pemahaman as-Salaf as-Saleh beserta ulama dakwah salafiyah).Sesungguhnya ketika itu, mereka bersungguh-sungguh mengkaji luas untuk mengetahui kebenaran dalam perkara yang diperselisihkan.

Apabila kita menyelisihi poin-poin penting di atas ketika kembali kepada Al Qur’an dan as-Sunnah, maka perselisihan akan tetap ada, perpecahan tetap muncul dan akibatnya akan semakin buruk.Allah berfirman (artinya) : “Dan janganlah kalian termasuk dari kaum musyrikin.(Yaitu) orang-orang yang memecah belah agama mereka hingga berkelompok-kelompok.Setiap kelompok bangga dengan apa yang ada pada mereka”.Dia juga berfirman (artinya) : “…dan janganlah kalian berselisih, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian…”

Renungkanlah 5 perkara ini, wahai seorang muslim.Jadilah anda di atas pengetahuan tentang 5 perkara tersebut.Wujudkan 5 perkara itu dalam kehidupan anda, niscaya anda akan meraih kemenangan – dengan kekuatan dari Allah – dengan pertolongan serta rahmat Allah.Mintalah kepada Allah keselamatan dan ilmu bermanfaat serta berlindunglah kepada-Nya dari ilmu yang tidak bermanfaat, kejelekan setiap ulama jahat dan sesat.Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua menuju ridha-Nya.

(Dikutip dengan beberapa perubahan dari http://rsalafs.com/?p=2790)

Oleh:
admin daarulihsan
Sumber Tulisan:
5 Pondasi Kebenaran