Daarul Ihsan
Daarul Ihsan oleh admin daarulihsan

membela kehormatan para sahabat nabi

10 tahun yang lalu
baca 8 menit

kaligrafi-bismillahirrahmanirrahim-i3

Membela Kehormatan Para Sahabat Nabi

            Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda  (artinya) : “Janganlah kalian mencela para sahabatku ! Janganlah kalian mencela para sahabatku ! Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya ! Kalau seandainya salah seorang diantara kalian berinfak emas sebesar gunung Uhud, maka hal itu tidak akan menyamai infak emas sebesar dua genggam tangan salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya”.(HR.Muslim)

            Dalam  riwayat lain dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhuma, berkata : “Dahulu pernah terjadi masalah antara Khalid bin Walid dengan Abdurrahman bin ‘Auf.Kemudian Khalid mencelanya.Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “Janganlah kalian mencela seorang pun dari para sahabatku ! Sesungguhnya salah seorang diantara kalian berinfak emas sebesar gunung Uhud, maka hal itu tidak akan menyamai infak emas sebesar dua genggam tangan salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya”.(HR.Muslim)

            Dari dua hadits di atas, kita dapat mengambil faidah :

1)    Larangan keras Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam dari mencela seorang pun dari sahabat beliau, apapun bentuknya.

2)    Keutamaan yang sangat tinggi pada diri para sahabat Nabi dibanding siapa pun dari generasi manusia setelah mereka.Bahkan Nabi yang paling jujur ucapannya bersumpah tentang hal itu.

3)    Apabila Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu yang termasuk sahabat Nabi saja ditegur Nabi tatkala mencela Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu, lalu bagaimana dengan orang-orang belakangan yang tidak ada jaminan surga ternyata mencela para sahabat yang kedudukannya di atas Abdurrahman bin ‘Auf, seperti Abu Bakr ash-Shiddiq, Umar bin al-Khaththab dan Utsman bin ‘Affan ?!

Pujian Rabbul ‘Alamin Kepada Para Sahabat Nabi

 

            Tidak hanya Nabi saja yang memuji kedudukan para sahabat beliau, meski yang demikian ini telah cukup.Bahkan Allah Pencipta, Pemilik dan Penguasa alam semesta ini telah memuji mereka melalui firman-Nya (artinya) : “Muhammad adalah utusan Allah.Sedangkan orang-orang yang bersamanya (para sahabat, pen) sangat tegas kepada orang-orang kafir dan lembut kepada sesama mereka.Engkau lihat mereka banyak ruku’ dan sujud dalam rangka mengharap keutamaan dan keridhaan Allah.Tanda-tanda (sempurnanya ibadah) mereka tampak dari wajah mereka karena bekas sujud.Demikianlah permisalan mereka di dalam Taurat.Sedangkan permisalan mereka di dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya lalu tunas itu menjadikan tanaman tersebut kuat hingga besar dan kokohlah ia di atas pokoknya…”(Al Fath : 29)

            Dari ayat ini, kita pun dapat memetik faidah tentang keutamaan para sahabat Nabi, yaitu :

1)    Allah telah memuji para sahabat Nabi sekian abad sebelum mereka lahir di muka bumi.Allah telah memuji mereka di dalam kitab suci Taurat dan Injil.

2)    Allah memuji apa yang tampak pada lahiriah ibadah sekaligus batin mereka.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang tampak dan tersembunyi di alam semesta ini.

            Pujian Allah juga ditunjukkan oleh Surat At Taubah ayat ke-100,  Al Hasyr ayat ke-8 dan ke-9 serta ayat-ayat yang lainnya.

Kewajiban Bagi Setiap Muslim Untuk Memuliakan Para Sahabat Nabi

 

            Al-Hafizh Ibnu Hazm rahimahullah berkata : “Dan setiap mereka (para sahabat Nabi, pen) adalah imam yang adil dan diridhai.Wajib bagi kita untuk memuliakan, menghormati, mendoakan ampun dan mencintai mereka.Satu butir kurma yang disedekahkan oleh salah seorang diantara mereka itu lebih utama dibanding sedekah salah seorang diantara kita dengan seluruh yang ia miliki.Duduknya salah seorang mereka bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam itu lebih utama dibanding ibadah salah seorang diantara kita sepanjang hidupnya”.(al-Ihkam Fi Ushul al-Ahkam, Maktabah Syamilah)

            Al Qur’an sendiri menganjurkan agar generasi manusia yang hidup setelah para sahabat, agar mendoakan ampun untuk mereka.Allah berfirman (artinya) : “Dan orang-orang yang datang setelah mereka (Muhajirin dan Anshar, pen) berdoa : “Ya Rabb kami, berilah ampun kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau jadikan kalbu kami terdapat kedengkian kepada orang-orang yang beriman.Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Penyantun dan Maha Penyayang”.(Al Hasyr : 10)

Hukum Orang Yang Mencela Salah Satu Sahabat Nabi

 

            Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah merinci permasalahan ini sebagai berikut :

1)    Apabila orang yang mencela para sahabat Nabi tersebut mencela yang tidak sampai menjatuhkan keadilan dan agama para sahabat, seperti : mensifati sebagian sahabat dengan kebakhilan, penakut, dangkal ilmunya atau semisal itu, maka ia tidak dihukumi sebagai orang kafir atau murtad.Hanya saja orang ini dihukum ta’zir (cambuk atau penjara, pen).

2)    Apabila ia mencela para sahabat hingga menjatuhkan keadilan mereka, maka ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang kafir atau murtadnya orang tersebut.Namun pendapat yang menyatakan orang tersebut tidak kafir, ternyata  mewajibkan hukum ta’zir bagi orang tersebut.

3)    Apabila ia mencela para sahabat hingga menghukumi para sahabat atau sebagian sahabat telah murtad atau fasik, maka ia telah kafir atau murtad.Bahkan barangsiapa yang ragu terhadap kafir atau murtadnya orang seperti ini, maka ia pun juga kafir atau murtad.

(Sharim al-Maslul ‘ala Syatim ar-Rasul, Maktabah Syamilah)

Mereka Yang Telah Mencela Para Sahabat Nabi

 

            Kaum yang paling besar kebencian dan permusuhannya kepada para sahabat Nabi adalah Syiah Rafidhah.Kebencian dan permusuhan tersebut sangat tampak dari ucapan para ulama dan pembesar mereka dari dahulu hingga sekarang.Berikut ini sebagian dari ucapan mereka :

1)    Ucapan al-Kulaini (Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq al-Kulaini ar-Razi, seorang ulama besar Syiah yang hidup sekitar abad ke-3 H).

Ia meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Ja’far, berkata : “Manusia (para sahabat, pen) adalah orang-orang murtad sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Alihi kecuali 3 orang”.Aku (salah satu periwayat ucapan ini, pen) pun bertanya : “Siapa 3 orang tersebut ?”Maka Abu Ja’far menjawab : “al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar dan Salman al-Farisi…”(ar-Raudhah Min al-Kafi, ar.lib.eshia.ir)

2)    Ucapan Muhammad Baqir al-Majlisi (seorang ulama Syiah yang hidup sekitar abad ke-10 H).

Ia berkata : “Aqidah kami dalam hal kebencian adalah membenci 4 berhala, yaitu : Abu Bakr, Umar, Utsman, Mu’awiyah dan 4 wanita, yaitu : ‘Aisyah, Hafshah, Hindun, Ummul Hakam beserta seluruh orang yang mengikuti mereka.Mereka adalah sejelek-jelek makhluk Allah di muka bumi ini.Tidaklah sempurna iman kepada Allah, Rasul-Nya dan para imam (mereka, pen), kecuali setelah membenci musuh-musuh tadi”.(Haqqul Yaqin)

3)    Ucapan Khomeini (seorang tokoh spiritual negara Syiah Rafidhah Iran, hidup antara 1902 – 1989).

Ia mengatakan : “Sesungguhnya penyimpangan 2 syaikh (Abu Bakr dan Umar, pen) terhadap Al Qur’an tidaklah dianggap apa-apa oleh kaum muslimin (para sahabat, pen), sebagaimana tidak jauh dari Umar untuk ia mengatakan : “Sesungguhnya Allah,Jibril dan Nabi telah salah dalam menurunkan ayat ini”.Kemudian anak-anak Sunnah (Ahlussunnah Wal Jamaah, pen) mendukung apa yang dibuat-buat Umar untuk mengubah agama Islam dan mereka pun menguatkan ucapan-ucapan Umar dibanding ayat-ayat Al Qur’an”.(Kasyful Asrar, forum.galbdz.com)

Bahkan di setiap usai shalat Subuh, Khomeini mengulang-ulang doa laknat untuk Abu Bakr, Umar, ‘Aisyah dan Hafshah !!

4)    Ucapan Badruddin al-Hutsi (pendiri kelompok Houthi yang berpemahaman Syiah Rafidhah di Yaman, hidup antara 1926 – 2010).

Dia berkata : “Aku sendiri beriman untuk mengkafirkan mereka (para sahabat) karena mereka telah menyelisihi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Alihi”. (www.alrashead.net)

5)    Ucapan Husain bin Badruddin al-Hutsi (pemimpin ke-1 kelompok Houthi sekaligus anak Badruddin di atas, lahir 1959 – 2004.Setelah tewas dalam peperangan, Husain diganti oleh adiknya, Abdul Malik bin Badruddin yang kini bersama pemberontak Houthi sedang memerangi kaum muslimin di Yaman).

Husain al-Hutsi berkata dalam salah satu ucapannya : “Setiap kejelekan pada umat ini…setiap kezaliman pada umat ini…dan setiap kekerasan yang umat ini terjatuh ke dalamnya…yang bertanggung jawab adalah : Abu Bakr, Umar dan Utsman…dan Umar secara khusus, karena dialah arsitek seluruh perbuatan ini”.(www.alrashead.net)

6)    Ucapan Jalaluddin Rakhmat (ikon Syiah di Indonesia, masih hidup).

Dalam buku karyanya berjudul Quranic Wisdom hal.59 terbitan Mizan, ia mencela Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhuma bahwa beliau (tentunya dengan tuduhan dusta) menetapkan keharusan mengutuk Ali dalam mimbar-mimbar pertemuan, khotbah-khotbah Jumat, bahkan dalam qunut subuh.Nama dan peranan Ali hendak dihilangkan dari sejarah Islam.(www.syiahindonesia.com)

Tujuan Jahat Dibalik Celaan Terhadap Para Sahabat Nabi

 

            Ternyata ada tujuan jahat dibalik kaum Syiah Rafidhah mencela para sahabat Nabi, yaitu menggugurkan Al Qur’an, Hadits Nabi dan Islam secara keseluruhan karena tidaklah yang menyampaikan itu semua, melainkan para sahabat radhiyallahu ‘anhum.

            Al-Hafizh al-Khathib al-Baghdadi rahimahullah membawakan sanadnya sampai kepada al-Imam Abu Zur’ah, berkata : “Apabila engkau melihat seseorang merendahkan salah satu sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, maka ketahuilah bahwa ia adalah zindiq (munafik).Yang demikian itu karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam di sisi kita adalah kebenaran.Al Qur’an adalah kebenaran.Hanyalah yang menyampaikan Al Qur’an dan Sunnah-sunnah Nabi ini adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam.Hanyalah yang mereka (kaum Syiah itu, pen) inginkan adalah mencela para saksi kita (para sahabat, pen) untuk kemudian menggugurkan Al Qur’an dan as-Sunnah.Justru merekalah yang lebih layak dicela karena mereka adalah kaum zindiq”.(al-Kifayah Fi ‘Ilmi ar-Riwayah, Maktabah Syamilah)

Wallahu a’lamu bish-Shawab

 

Oleh:
admin daarulihsan