Beberapa waktu sebelum meminta ijin kepada khalifah Utsman bin Affan agar diperbolehkan untuk pindah domisili ke Rabadzah, sahabat Abu Dzar _Radhiyallahu โanhum_ memberi pernyataan :
โDemi Allah Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, Andaikan Anda perintahkan saya untuk duduk, tidak akan mungkin saya berdiri. Kalau Anda perintahkan saya untuk berdiri, pasti saya berdiri selagi kedua kakiku mampu tegak. Apabila Anda ikat saya di atas seekor unta, saya tidak akan melepaskan ikatan itu sampai Anda sendiri yang melepaskannyaโ
Hadits di atas diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh Al Albani dalam At Taโliqaat Al Hisan No.5933
Demikianlah prinsip Salafy!
Apapun cibiran yang diterima, walau banyak cemoohan yang disematkan, meskipun tuduhan keji ini dan itu diarahkan, Itu semua tidak dipedulikan
Sebab tidak ada pertimbangan duniawi, tidak pula tendensi materi, semua adalah ketundukan pada syariโat, kepatuhan sempurna pada pesan-pesan Nabi Muhammad Shalallahu โalaihi wasallam
Mendengar dan taat pada pemerintah adalah syariโat Islam yang amat agung. Yaitu taat dalam perkara yang maโruf, bukan dalam kemaksiatan.
Mendengar dan taat pada himbuan, kebijakan maupun ketetapan pemerintah merupakan solusi untuk banyak problematika kehidupan
Terlepas dari kekurangan yang ada pada suatu pemerintahan, prinsip ini selalu dipegang oleh Salafy di setiap zaman
Lihatlah sahabat Abu Dzar di atas!
Kepatuhan yang luar biasa, ketundukan yang hebat, patuh dan tunduk pada penguasa
Wabah virus Corona semakin hari semakin mengkhawatirkan, bertambahnya waktu bertambah pula kecemasan.
Bukan hanya teori namun fakta, bukan sebatas prediksi tetapi sudah nyata, bukan cuma isu tetapi telah terbukti
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah konkret untuk mencegah proses penyebaran wabah virus Corona ini. Banyak upaya dilakukan agar penyebarannya terminimalisir
Konsep isolasi dijalankan, langkah karantinan dikerjakan, bahkan pilihan lockdown mulai dipertimbangkan. Ini semua sebagai bentuk ikhtiar dan menempuh sebab, yang itu diajarkan dalam Islam.
Pemerintah Indonesia melalui saluran-saluran informasi resmi mengajak dan menghimbau untuk melakukan Social Distancing Messaure, apa itu?
Ringkasnya adalah bekerja di rumah, belajar di rumah dan ibadah di rumah.
Kita diajak untuk membatasi gerak, menjauhi keramaian dan kerumunan
Kita diminta untuk lebih banyak di rumah, tidak kemana-mana kecuali benar-benar darurat.
Hal ini sangat efektif untuk meminimalisir penyebaran wabah virus Corona (Covid-19) dengan ijin Allah Taโala.
Salafy memang beda!
Mendengar dan taat kepada pemerintah adalah prinsip yang menjadi karakter khas Salafy di sepanjang zaman. Sikap dan pernyataan sahabat Abu Dzar dalam riwayat di atas sudah cukup mewakili sikap kaum Salaf, bagaimana mereka selalu mendengar dan taat kepada pemerintah
Jika ada yang bertanya, bukankah mendengar dan taat kepada pemerintah hanya kepada yang bijak dan adil ?
Bukankah saat itu yang berkuasa dan menjadi khalifah adalah sahabat Utsman bin Affan yang sudah pasti adil dan bijak ?
Pertama
Kebijakan Pemerintah Indonesia untuk menerapkan Social Distancing Messaure apakah termasuk kebijakan yang baik atau jelek, benar atau salah ?
Kita tentu sepakat bahwa kebijakan ini adalah kebijakan yang baik dan benar, bahkan kebijakan ini sesuai dengan arahan dari Nabi Muhammad Shalallahu โalaihi wasallam
Beliau bersabda dalam hadits Usamah bin Zaid riwayat Bukhari Muslim :
โJika kalian mendengar ada wabah penyakit thaun di suatu daerah, janganlah datang ke sana. Jika terjadi wabah penyakit thaun di suatu daerah sementara kalian berada di sana, janganlah meninggalkan daerah tersebut karena ingin menyelamatkan diriโ
Demikian juga Nabi Muhammad Shalallahu โalaihi wasallam pernah berpesan, โLarilah menghindar dari orang yang sakit kusta sebagaimana engkau lari menghindar dari harimauโ
Ringkasnya, kita diajarkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu โalaihi wasallam agar menjaga diri dan mengisolasi diri supaya tidak tertular sebuah penyakit.
Nah, himbauan Pemerintah Indonesia adalah himbauan yang benar dan baik
Lalu apa alasan kita untuk menolaknya ?
Apa alasan kita untuk tidak melaksanakan ?
Kedua
Di dalam riwayat yang sama, sahabat Abu Dzar lantas berangkat ke Rabadzah. Di sana yang menjadi imam shalat adalah seorang budak. Dalam keadaan pada jaman itu, keumuman yang menjadi imam shalat adalah penguasa. Orang-orang lalu meminta Abu Dzar untuk maju menjadi imam. Namun Abu Dzar menolak
Abu Dzar mengatakan, โKekasihku Rasulullah telah memberi tiga wasiat untukku, salah satu wasiat beliau adalah :
โAgar aku mendengar dan taat kepada penguasa meskipun yang berkuasa adalah seorang budak dari Habasyah yang cacat hidung atau cacat telingaโ
Ada beberapa kriteria penguasa yang tidak terpenuhi namun Nabi Muhammad Shalallahu โalaihi wasallam tetap memerintahkan kita untuk mendengar dan taat
Penguasa haruslah merdeka, bukan budak sahaya
Penguasa mestinya sempurna fisik dan tidak cacat
Artinya, selagi telah ditetapkan sebagai penguasa, sebagai pemerintah yang terpilih, maka kewajiban kita adalah mendengar dan taat, apalagi jika yang diperintahkan adalah kebaikan.
Saat wabah virus Corona melanda di banyak wilayah, bahkan hampir merata, di saat inilah Salafy terlihat sebagai pembeda
Salafy selalu mendengar dan taat, siap melakukan Social Distancing Messaure, siap belajar di rumah, siap bekerja di rumah, siap beribadah di rumah
Walau terkadang Salafy dituduh radikalis, anti NKRI, tidak nasionalis
Meski Salafy distigmakan sebagai kaum teroris, tak mengapa, bukan masalah, inilah konsekuensi dari kebenaran
Saat-saat seperti inilah, Salafy dapat membuktikan bahwa Salafy adalah barisan terdepan dalam melaksanakan himbauan Pemerintah
Allahul Mustaโaan
Sumber : https://www.inifaktabukanfitnah.com/wabah-virus-corona-salafy-sebagai-pembeda/