BANTAHAN TERHADAP ASY-SYAIKH SHALIH AS-SUHAIMY (BAGIAN 1)
Asy-Syaikh Abu Ammar Ali bin Husain asy-Syarafy al-Hudzaify hafizhahullah
MUQADDIMAH
ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ، ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻟﻲ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ، ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻣﺤﻤﺪًﺍ ﻋﺒﺪﻩ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ.
Amma ba’du:
Sesungguhnya musuh-musuh dakwah Salafiyah banyak mengeluarkan berbagai bid’ah dan kesesatan dan menyerukan bid’ah-bid’ah tersebut, lalu jika Salafiyun membantah berbagai bid’ah dan kesesatan tersebut serta membela agama dan dakwah mereka, maka para ahli bid’ah menggunakan cara yang paling kotor dalam melemparkan gambaran yang buruk dan penyesatan opini terhadap Salafiyun.
Kemudian Anda akan mendapati manusia terbagi menjadi 3 kelompok:
Pertama: Pihak yang menghadang orang-orang yang menyimpang dan hina itu, dan kelompok yang pertama ini hanya segelintir saja dari orang-orang yang suka menasehati.
Kedua: Pihak yang mengetahui bahwa orang-orang yang menasehati itu telah melaksanakan perkara yang Allah wajibkan atas mereka berupa nasehat dan penjelasan, dan kelompok yang kedua ini adalah sekelompok ulama yang sangat kokoh ilmunya.
Ketiga: Pihak yang diam membisu, duhai sekiranya dia hanya diam saja, tentu perkaranya ringan, tetapi bukannya menumpahkan celaan dan teguran keras terhadap anak-anak muda dan rendahan itu (orang-orang yang menyimpang –pent), dia justru mencela para ulama besar yang menyampaikan nasehat dengan berbagai celaan dan teguran keras, padahal mereka mengetahui perbedaan usia dan ilmu antara para ulama besar tersebut dan anak-anak muda yang memusuhi mereka, juga mereka mengetahui perbedaan pengalaman panjang yang mengokohkan ketelitian pandangan para ulama besar tersebut dalam menghadapi setiap fitnah, serta mereka mengetahui cara-cara, kelicikan, dan perancuan yang ditempuh oleh berbagai kelompok tersebut.
Dan yang paling mengherankan dari apa yang kami lihat dari para pencela itu adalah mereka tidaklah mengkritik para Masayikh yang menasehati itu sedikitpun kecuali kita menjumpai mereka terjatuh pada perkara yang lebih buruk dibandingkan apa yang mereka ingkari terhadap orang lain. Misalnya mereka mengingkari jarh (cercaan keras yang ilmiyah) terhadap orang-orang yang menyimpang, namun justru kita melihat mereka menumpahkan jarh terhadap para ulama yang menasehati. Mereka juga mengingkari sikap tergesa-gesa dalam menyampaikan berita, namun justru kita melihat mereka bersikap terburu-buru. Demikian juga mereka mengingkari sikap serampangan dalam memvonis pihak lain, namun justru kita melihat mereka yang ngawur dalam memvonis pihak lain.
Perlu diketahui bahwa kita tidak mendapatkan sedikitpun bukti yang menunjukkan adanya perkara yang mereka ingkari itu dalam hal terburu-buru dalam menyampaikan berita dan serampangan dalam memvonis pihak lain. Kalaupun mereka mendapatinya maka itu merupakan pendapat nyeleneh yang mewakili pribadinya, sedangkah dakwah Salafiyah berlepas diri darinya, dan tetap membantah dia dan orang lain.
Dan asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy telah mengeluarkan sebuah risalah yang berjudul “Tanbih Dzawil Afham Ila Ra'bish Shada’ wal Wiam Ala Manhajis Salafil Kiram.” Tulisan ini benar-benar telah membuat sedih Salafiyun, karena di dalamnya mereka menjumpai kezhaliman dan ketidakadilan, di mana asy-Syaikh Doktor as-Suhaimy –sengaja atau tidak– telah menggambarkan bahwa Salafiyun adalah orang-orang yang serampangan dan tergesa-gesa dalam bertindak, dan tidak ada perhatian mereka selain mencela orang-orang yang mulia. Seandainya beliau menyematkan sifat-sifat ini terhadap musuh-musuh Salafiyun, tentu hal itu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Tulisan asy-Syaikh Doktor Shalih as-Suhaimy berisi beberapa tema dan poin-poin yang banyak yang merupakan bagian yang tidak ada perbedaan antara kita dengan asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy hafizhahullah Ta’ala, oleh karena itulah tema-tema ini tidak akan menjadi bagian kritikan, tetapi kita akan mengkritik beliau pada masalah-masalah lainnya yang kita yakini bahwa asy-Syaikh Shalih tidak mendapatkan taufik kepada kebenaran padanya.
Mungkin ringkasan tema-tema ini pada tulisan asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy dalam bentuk poin-poin tertentu, dan dari sanalah dimulainya kritikan. Maka hendaklah beliau melapangkan dadanya untuk menerima kritikan saudara-saudara dan anak-anaknya.
Sumber artikel || http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=159780
Kunjungi || http://forumsalafy.net/bantahan-terhadap-asy-syaikh-shalih-as-suhaimi/
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎
BANTAHAN TERHADAP ASY-SYAIKH SHALIH AS-SUHAIMY (BAGIAN 2)
Asy-Syaikh Abu Ammar Ali bin Husain asy-Syarafy al-Hudzaify hafizhahullah
POIN PERTAMA
Asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy membawakan nash-nash (dalil-dalil) dari kalam (firman) Allah Ta’ala dan sabda Rasul-Nya shallallahu alaihi was sallam, lalu perkataan para ulama tentang celaan terhadap perselisihan dan peringatan dari perpecahan.
Saya katakan: Banyak orang-orang yang mulia yang menulis tentang celaan terhadap perselisihan dan peringatan dari perpecahan dengan ucapan-ucapan yang sifatnya global atau umum, dan cara semacam ini bukanlah solusi bagi permasalahan yang ada jika pada tulisan semacam ini tidak disertai penjelasan hakekat perselisihan yang sebenarnya apa, siapa penyebabnya, dan bagaimana cara menanganinya? Dan ini merupakan salah satu tugas penting yang diemban oleh para rasul, sebagaimana firman Allah Ta’ala tentang perkataan Nabi Isa shallallahu alaihi was sallam:
ﻭَﻟِﺄُﺑَﻴِّﻦَ ﻟَﻜُﻢ ﺑَﻌْﺾَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺗَﺨْﺘَﻠِﻔُﻮﻥَ ﻓِﻴﻪِ.
“Dan untuk aku jelaskan kepada kalian sebagian perkara yang kalian perselisihkan.” (QS. Az-Zukhruf: 63)
Dengan cara seperti inilah perkara-perkara itu akan kembali kepada tempatnya semula, dan dengan cara seperti ini akan diketahui mana pihak yang benar dan mana pihak yang salah, dan kebenaran akan bisa dibedakan dari yang bathil dengan jelas oleh manusia.
Jadi, jika Ahlus Sunnah berada di atas jalan yang satu, lalu ada suatu kaum yang menampakkan sebagian bid’ah dalam dakwah Ahlus Sunnah dan muncul orang-orang yang fanatik membelanya dan mendebatnya dengan kebathilan, kemudian para ulama bangkit mengingkarinya dan membantahnya berdasarkan dalil, dan perlu diketahui bahwa orang-orang yang mengingkari tersebut adalah para ulama yang dikenal kekokohan ilmunya, maka bagaimana bisa kita menujukan pembicaraan kepada semua pihak agar menjaga persatuan dan mewaspadai perpecahan dengan cara yang global semacam ini yang bisa menimbulkan kesalahpahaman bahwa perselisihan tersebut terjadi antara dua pihak yang muncul hanya karena perkara-perkara yang tidak layak menimbulkan perselisihan dengan pihak lain?!
Jika ada yang mengatakan, “Bukankah ada kemungkinan bahwa Syaikh memaksudkan untuk menujukan nash-nash ini terhadap orang-orang yang melakukan bid’ah dan memasukkan ke dalam dakwah hal-hal yang bukan termasuk darinya, sehingga mereka inilah yang dimaksud sebagai penyebab perpecahan, jadi kenapa Anda tidak berbaik sangka?”
Jawabannya: Kenapa perkataan Syaikh tidak jelas hingga bisa memberi manfaat dan tidak menimbulkan keburukan, karena setiap pihak bisa saja menjadikan ucapan-ucapan yang sifatnya umum ini sebagai dalil?!
Dari sinilah kita katakan: Yang seperti ini bukan cara yang terbaik dalam menyelesaikan berbagai perselisihan yang ada, bahkan seharusnya Syaikh –hafizhahullah- menyebutkan mana sisi kesalahannya, membantahnya, dan menasehati siapa saja yang terjatuh padanya, sehingga manusia bisa mengetahui ilmunya dengan benar, dan ini adalah jalan yang ditempuh oleh para ulama Ahlus Sunnah seperti Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Baz ketika menghadapi banyak orang dari jenis ini semacam Abdurrahman Abdul Khaliq, Safar al-Hawaly, Salman al-Audah, dan selain mereka.[1]
Jika ada yang mengatakan, “Sesungguhnya orang-orang yang Anda sebutkan ini telah nampak jelas berbagai penyimpangan dan kesesatan mereka, maka bagaimana Anda menyerupakan mereka dengan saudara-saudara mereka dari kalangan Ahlus Sunnah?!”
Jawabannya: Orang-orang yang menyimpang itu dahulunya mereka berada di barisan Ahlus Sunnah di suatu waktu dan mereka menyembunyikan jati diri mereka dengan menampakkan as-Sunnah, dan awal penyimpangan mereka adalah dengan munculnya berbagai fatwa, kaedah, dan prinsip yang mereka susupkan ke dalam dakwah. Lalu bangkitlah para ulama yang menasehati mereka dan membantah berbagai kesalahan mereka, namun mereka justru menolak kebenaran, menyombongkan diri, dan lebih suka untuk memisahkan diri dari jamaah, serta melancarkan permusuhan terhadap Masayikh dakwah Salafiyah.
Maka jelaslah bagi manusia bahwa orang-orang yang memiliki berbagai ucapan yang menyimpang ini dahulu mereka menyusup di tengah-tengah barisan kita, dan pihak-pihak yang mengkritik mereka di atas kebenaran. Dan manusia merujuk kepada perkataan para ulama yang menasehati dan mereka mengetahui bahwa para ulama itu benar dalam setiap perkataan yang mereka ucapkan (dalam membantah orang-orang yang menyimpang itu –pent), dan saya tidak menyangka bahwa asy-Syaikh Shalih tidak mengetahui bagian dari sejarah ini.
Dan orang-orang yang sekarang ini kalian bela mereka menempuh jalan yang sama persis di belakang orang-orang yang menyimpang terdahulu itu, dan para ulama yang menasehati kemarin –yaitu yang Allah bangkitkan untuk menyingkap berbagai kesesatan itu- mereka jugalah yang menasehati hari ini.
Catatan Kaki :
[1] Diantara mereka adalah Abdurrahman Abdul Khaliq yang diundang oleh Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah dari Kuwait ke Riyadh, agar dia datang untuk menulis taubat dari berbagai kesesatannya dengan jelas, agar dengan taubatnya itu bisa menghilangkan perselisihan dan menutup pintu bagi siapa saja yang ingin menempuh di belakangnya. Demikian juga apa yang beliau lakukan terhadap Safar al-Hawaly, Salman al-Audah, Usamah bin Ladin, dan selain mereka.
Sumber artikel || http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=159780
BERSAMBUNG INSYA ALLAH
Kunjungi || http://forumsalafy.net/bantahan-terhadap-asy-syaikh-shalih-as-suhaimi-bagian2/
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎
BANTAHAN TERHADAP ASY-SYAIKH SHALIH AS-SUHAIMY (BAGIAN 3)
Asy-Syaikh Abu Ammar Ali bin Husain asy-Syarafy al-Hudzaify hafizhahullah
POIN KEDUA
Asy-Syaikh as-Suhaimy dalam tulisannya “Tanbih Dzawil Afham” berbicara tentang wajibnya berhati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam memvonis orang lain.[2]
Saya katakan: Perkataan ini tidak ada seorang pun yang meragukan kebenaran dan urgensinya, jadi kaum muslimin semuanya dituntut untuk melakukan tatsabbut (meneliti dan memastikan kebenaran) ketika menyampaikan berita dan menjatuhkan vonis, terlebih lagi kita berada di zaman yang banyak fitnah dan prinsip-prinsip tatsabbut banyak ditinggalkan orang, apalagi ditambah dengan banyaknya buih media massa.
Cukup dengan kita mengatakan: Sesungguhnya keselamatan dalam masalah tatsabbut adalah dengan para dai menempuh kaedah-kaedah yang ditetapkan oleh nash-nash (dalil-dalil) yang mulia dari al-Qur'an dan as-Sunnah, karena itu menjamin akan memutus sebab-sebab perselisihan dan akan menjaga kehormatan pihak-pihak yang tidak bersalah.
Tetapi sangat disayangkan saya katakan bahwa Fadhilatus Syaikh Shalih beliau sendiri justru tidak konsekuen dengan nasehat yang sangat berharga ini, yaitu dengan beliau mengejutkan kita dengan menuduh dua orang dari anak-anaknya dari kalangan dai Salafiyyah dengan tuduhan dusta yang besar yang berat rasanya bagi kita untuk mendengarnya, terlebih tuduhan dusta itu muncul dari orang yang kedudukannya setingkat beliau, lalu bagaimana ikhwah yang tertuduh akan mampu mendengarnya?!
Beliau telah menuduh dua ikhwah yang mulia, yaitu asy-Syaikh Nazar bin Hasyim as-Sudany, dituduh dengan tidak mau mendoakan rahmat untuk Muhammad Hamzah Abu Zaid -rahimahullah-[3], dan asy-Syaikh Hani bin Buraik al-Adny dengan tuduhan tidak mau mendoakan rahmat untuk asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Wushaby al-Yamany -rahimahullah wa ghafara lah-, dengan menuduh tanpa sanad yang bisa dijadikan pegangan oleh Syaikh, padahal kedua ikhwah tersebut bersih dari tuduhan dusta ini.
Asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy -semoga Allah memaafkannya- ingin memakaikan baju Haddadiyah kepada para ikhwah yang mulia dan ingin membangkitkan kemarahan manusia kepada kedua syaikh tersebut.
Asy-Syaikh Nazar bin Hasyim as-Sudany sendiri telah membantah beliau dengan rekaman suaranya yang berjudul “Dahdhu Iftira'is Syaikh as-Suhaimy” yang di dalamnya asy-Syaikh Nazar menukil rekaman suaranya dan suara asy-Syaikh Hani bin Buraik untuk membuktikan kedustaan tuduhan tersebut, dan membuktikan bahwa keduanya mendoakan rahmat untuk dua syaikh yang dimaksud.
Dalam permasalahan ini seandainya tidak ada perkara selain ucapan beliau tersebut merupakan tuduhan dusta yang kosong dari bukti, tentu itu sudah cukup untuk menolaknya, apalagi terdapat bukti yang jelas yang menunjukkan kedustaan tuduhan itu.
Setelah munculnya perkara yang membuktikan tuduhan dusta asy-Syaikh as-Suhaimy, tidak nampak dari asy-Syaikh as-Suhaimy sedikitpun bentuk taubat atau mencabut tuduhan dusta yang diada-adakan ini yang beliau lemparkan kepada anak-anaknya.
Asy-Syaikh Nazar bin Hasyim as-Sudany mengatakan, “Wahai Syaikh as-Suhaimy -semoga Allah memberi taufik kepada Anda agar mengikuti kebenaran-⏭ apa yang akan Anda lakukan setelah adanya penjelasan dan klarifikasi ini?!
Kemudian yang kedua; mana sikap konsekuen Anda dan penerapan nyata dari apa yang telah Anda tulis dan torehkan sendiri dalam kitab Anda yang berjudul “Tanbih Dzawil Afham... ”berupa wajibnya bersikap jujur dan melakukan tatsabbut serta tidak tergesa-gesa dalam mengeluarkan vonis, sebagaimana yang telah Anda jelaskan dan tegaskan bahwa diantara sebab munculnya fitnah adalah para penukil atau penyampai ucapan dan berita (yang tidak hati-hati -pent), *dan Anda sendiri ternyata justru telah menyelisihi semua yang Anda sampaikan itu.”
Saya katakan: Apa perbedaan antara perkara yang dicela oleh asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy berupa sikap tergesa-gesa dan tidak hati-hati, dengan apa yang beliau tuduhkan secara dusta terhadap anak-anak beliau yang terbukti tidak bersalah?!
Tuduhan dusta ini sendiri merupakan kezhaliman, lalu bagaimana ditambah lagi jika faktanya tuduhan dusta ini telah disebarluaskan oleh para pengekor Muhammad al-Imam yang mana mereka merasa mendapatkan angin untuk melampiaskan dendam kesumat mereka terhadap musuh-musuh mereka dengan cara apapun yang mampu mereka lakukan, walaupun dengan kezhaliman.
Sikap tastabbut dan kehati-hatian yang diserukan oleh asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy dalam tulisan beliau tidak membuat mereka berhenti (dari menyebarkan kedustaan -pent), karena orang yang jenisnya semacam ini sebenarnya memang tidak senang dengan tulisan-tulisan seperti ini, kecuali semata-mata untuk melampiaskan dendamnya kepada saudara-saudaranya, jadi tujuannya bukan untuk mendapatka faedah darinya.
Catatan Kaki:
[2] Tanbih Dzawil Afham, hlm. 14.
[3] Muhammad Hamzah adalah pimpinan Jum'iyyah Ansharus Sunnah yang telah ditahdzir oleh ulama yang paling mengetahui di masa ini tentang kelompok-kelompok sesat, seperti asy-Syaikh Rabi' bin Hady al-Madkahly, asy-Syaikh Muqbil -rahimahullah-, dan asy-Syaikh Ubaid al-Jabiry.
Muhammad Hamzah ini melakukan shalat ghaib untuk Usamah bin Ladin, memujinya, memnyebutnya sebagai mujahid dan pemimpin, serta menganggapnya lebih baik dibandingkan para penguasa kaum Muslimin, setelah orang ini sendiri mencela para penguasa tersebut.
Anehnya, setelah ini semua justru asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy datang ke Sudan dan mentazkiyah serta memuji orang ini!!
Sumber Artikel || http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=159780
Kunjungi || http://forumsalafy.net/bantahan-terhadap-asy-syaikh-shalih-as-suhaimy-bagian-3/
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎
BANTAHAN TERHADAP ASY-SYAIKH SHALIH AS-SUHAIMY (BAGIAN 4)
Asy-Syaikh Abu Ammar Ali bin Husain asy-Syarafy al-Hudzaify hafizhahullah
POIN KETIGA
Asy-Syaikh as-Suhaimy dalam tulisannya “Tanbih Dzawil Afham” pada bab “Contoh-contoh vonis zhalim pada manhaj baru ini” mengatakan, “Salah seorang dari mereka di salah satu website menganggap bahwa dua syaikh yang mulia yaitu asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin dan asy-Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr adalah dua ulama besar yang keduanya diambil faedah dalam bidang ilmu as-Sunnah, hadits, dan fiqih, hanya saja beliau berdua tidak ditanya tentang masalah manhaj dan keadaan orang-orang tertentu, dengan dalih bahwa setiap bidang ilmu memiliki tokoh tersendiri, karena sebagian ulama ada yang tidak faqih dalam mengetahui manhaj Salaf dan dalam meluruskan manhaj-manhaj yang menyimpang, dan hal itu hanya khusus diketahui oleh ulama ini dan itu saja. Dan saya kira Masayikh yang dia isyaratkan tadi bahwa merekalah yang pantas untuk ditanya tentang masalah manhaj dan tentang keadaan orang-orang tertentu, mereka tidak akan ridha dengan vonis yang zhalim terhadap masayikh lain semacam ini, dan mereka tidak akan setuju dengan pengurangan kedudukan ulama seperti ini. Dan ini mengingatkan saya kepada tulisan salah seorang tokoh hizbiyun di dalam negeri ini (Arab Saudi -pent) sekitar 20 tahun yang lalu, ketika dia mensifati para ulama kita bahwa mereka tidak mengerti realita yang sedang terjadi di dunia, sedangkan kelompok-kelompok dakwah yang ada di masa ini merekalah yang mengerti realita yang menimpa kaum Muslimin dan rencana-rencana jahat dari musuh-musuh mereka, dan itu hanya khusus bagi mereka. Juga mengingatkan saya kepada salah seorang dari mereka sekitar 20 tahun yang lalu ketika dia mengatakan: 'Kita tidak menginginkan ulama yang ketinggalan zaman.' Dan dia juga mensifati guru kita asy-Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithy bahwa beliau seperti alat rekaman yang engkau bisa mendapatkan hasil rekamannya, namun engkau tidak bisa menyertakannya untuk menyelesaikan masalah.”[4]
Saya katakan: Saya tidak ingat bahwa saya pernah mendengar salah seorang ulama atau salah seorang penuntut ilmu mengatakan seperti ini atau menerimanya atau menyandarkannya kepada manhaj Salaf, dan saya kira Masayikh kita berlepas diri dari ucapan semacam ini. Jadi, wajib atas asy-Syaikh as-Suhaimy untuk menunjukkan bukti tuduhan ini dengan menyebutkan sumber-sumbernya dengan mengarahkan kita kepada sebuah kitab atau kaset, agar pembaca tahu apakah tuduhan ini memang benar-benar ada, atau ternyata tidak ada, dan apakah salah seorang Masayikh ada yang mengatakannya, atau yang mengatakannya ternyata orang yang tidak ada seorangpun yang menganggap ucapannya.
Kemudian sesungguhnya penamaan yang dilakukan oleh asy-Syaikh Shalih terhadap perkara-perkara semacam ini dengan sebutan sebagai manhaj yang baru, itu merupakan sikap tergesa-gesa yang hal itu dicela sendiri oleh asy-Syaikh as-Suhaimy jika orang lain melakukannya. Jadi duhai sekiranya beliau membawakan kepada kita sedikit saja dari sebagian fatwa ulama dalam menamakan manhaj ini sebagai manhaj yang baru, seperti Samahatus Syaikh Ibnu Baz, atau Fadhilatus Syaikh Ibnu Utsaimin, atau selain mereka -rahimahumullah- agar beliau bisa menunjukkan kebenaran ucapannya dan membuktikan kepada pembaca bahwa ini merupakan fatwa-fatwa para imam di masa ini dan menunjukkan bahwa itu bukan merupakan ucapan beliau sendiri yang bisa diterima dan bisa juga ditolak.
Yang jelas, jika asy-Syaikh Shalih memaksudkan sebutan sebagai manhaj yang baru tersebut adalah pernyataan bermacam-macamnya bidang para ulama dan berbeda-bedanya spesialisasi ilmu yang mereka miliki, maka ini bukan merupakan termasuk vonis yang zhalim, bahkan ini merupakan perkara yang memang sesuai dengan fakta yang sesungguhnya. Jadi, manusia itu memang bertingkat-tingkat kedudukannya, dan Allah membukakan pintu untuk masing-masing orang yang mungkin pintu itu tidak terbuka untuk orang lain, dan Allah memiliki hikmah di balik semua itu. Para Shahabat Nabi shallallahu alaihi wassallam mereka sama-sama melakukan amal-amal kebaikan, menyebarkan ilmu, dan jihad fi sabilillah, walaupun demikian mereka sendiri bertingkat-tingkat dalam hal itu. Sebagian mereka ada yang memfokuskan diri untuk menyebarkan hadits Nabi shallallahu alaihi was sallam, seperti yang dilakukan oleh Abu Hurairah. Yang lain memfokuskan diri untuk berjihad fi sabilillah, seperti Khalid bin Walid, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Abu Ubaidah. Yang lain memfokuskan diri untuk beribadah, seperti Abdullah bin Amr bin al-Ash dan selainnya. Yang lain memfokuskan diri untuk mengajarkan al-Qur'an, yang lain mengurusi pemerintahan, dan seterusnya.
An-Nawawy berkata dalam Syarh Shahih Muslim ketika menjelaskan hadits:
ﻟَﺎ ﺗَﺰَﺍﻝُ ﻃَﺎﺋِﻔَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻇَﺎﻫِﺮِﻳﻦَ.
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang terus menang di atas kebenaran.”
“Saya katakan: bisa saja kelompok yang dimaksud ini mereka terpencar yang terdiri dari berbagai jenis kaum mu'minin, sebagian mereka para pemberani yang berperang, sebagian mereka ahli fiqih, sebagian mereka ahli hadits, sebagian mereka ahli zuhud, sebagian mereka orang yang suka melakukan amar ma'ruf nahi mungkar, dan sebagian mereka orang-orang yang suka melakukan kebaikan yang lainnya, dan mereka tidak harus berkumpul, bahkan bisa saja mereka terpisah-pisah di seluruh penjuru bumi.” -selesai perkataan an-Nawawy-
Sedangkan ulama di masa kita sekarang mereka sendiri bertingkat-tingkat diantara mereka, walaupun mereka sama-sama mengetahui berbagai bidang ilmu. Jadi, siapa yang mengingkari spesialisasi asy-Syaikh al-Allamah Muhammad Nashiruddin al-Albany dalam mentahqiq kitab-kitab hadits dan ilmu-ilmunya serta pengetahuan beliau tentangnya yang lebih banyak dibandingkan ulama lain, siapa yang mengingkari spesialisasi asy-Syaikh al-Utsaimin dan asy-Syaikh al-Fauzan dalam mengajarkan fiqih, aqidah, tauhid, dan bidang-bidang yang lain, dan siapa yang mengingkari spesialisasi asy-Syaikh Rabi' dalam membantah orang-orang yang menyimpang dalam masalah manhaj Salaf dan ilmu-ilmu hadits?!
Membagi-bagi para ulama dengan menyatakan ada yang memiliki spesialisasi dalam ilmu hadits, yang lain memiliki spesialisasi dalam ilmu waris, yang lain memiliki spesialisasi dalam ilmu bahasa, apakah seperti ini dianggap termasuk manhaj yang baru?!
Apakah mungkin seseorang -yang menghargai akalnya- akan mengingkari kenyataan seperti ini?! Dan penilaian Anda bahwa masalah ini termasuk ketidakadilan dan kezhaliman, itu termasuk perkara yang Anda cela terhadap lain sebagai tindakan membesar-besarkan masalah yang kecil dalam menjatuhkan vonis.
Tentang perkataan asy-Syaikh as-Suhaimy, “Dan ini mengingatkan saya kepada tulisan salah seorang tokoh hizbiyun di dalam negeri ini (Arab Saudi -pent) sekitar 20 tahun yang lalu, ketika dia mensifati para ulama kita bahwa mereka tidak mengerti realita yang sedang terjadi di dunia, sedangkan kelompok-kelompok dakwah yang ada di masa ini merekalah yang mengerti realita yang menimpa kaum Muslimin dan rencana-rencana jahat dari musuh-musuh mereka, dan itu hanya khusus bagi mereka.”
Saya katakan: Beda jauh -wahai Syaikh yang mulia- antara ucapan orang ini dengan permisalan yang Anda buat. Jadi Hizbiyun ingin meminggirkan para ulama kita dan ingin menonjolkan orang-orang bodoh dari kalangan para pemimpin kelompok-kelompok sesat, sementara pembicaraan kita adalah tentang bermacam-macamnya spesialisasi di kalangan para ulama Ahlus Sunnah sendiri.
Sedangkan tentang perkataan asy-Syaikh as-Suhaimy -semoga Allah memaafkan beliau-, “Juga mengingatkan saya kepada salah seorang dari mereka sekitar 20 tahun yang lalu ketika dia mengatakan: 'Kita tidak menginginkan ulama yang ketinggalan zaman.' Dan dia juga mensifati guru kita asy-Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithy bahwa beliau seperti alat rekaman yang engkau bisa mendapatkan hasil rekamannya, namun engkau tidak bisa menyertakannya untuk menyelesaikan masalah.”
Saya katakan: Yang mengatakan ucapan yang buruk terhadap asy-Syaikh asy-Syinqithy ini adalah Abdurrahman Abdul Khaliq, pemilik yayasan al-Ihya' at-Turats di Kuwait. Dan kalau bukan karena Allah, kemudian upaya Masayikh jarh wa ta'dil, niscaya manusia tidak akan mengetahui kesesatan dan penyimpangannya setelah sebelumnya dia menyusup di tengah-tengah Ahlus Sunnah.
Sejarah itu mengulangi dirinya sendiri (kembali terulang -pent), sebagaimana kata orang -jika ungkapan ini benar-, jadi betapa berat Masayikh kita pada waktu itu menghadapi para pembela orang-orang semacam Abdurrahman Abdul Khaliq, sebagaimana hari ini para ulama kita menghadapi para pembela Ibrahim ar-Ruhaily dan yang semacamnya.
Maka duhai kiranya asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy mengarahkan kepada kitab-kitab asy-Syaikh Rabi' bin Hady al-Madkhaly dan asy-Syaikh Muqbil bin Hady al-Wadi'iy yang telah menyingkap kejahatan orang ini dan menjelaskan kebusukan dan kesesatannya, ketika mereka menjumpai orang-orang yang mencela mereka, sebagaimana hari ini asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy mencela kita.
Duhai kiranya asy-Syaikh as-Suhaimy mengarahkan kepada kitab-kitab Masayikh kita agar menjadi bentuk memenuhi hak segelintir kelompok yang diberkahi dari kalangan Masyayikh kita yang telah menghadang para penyusup, karena para ulama itu telah berkorban dengan kehormatan mereka dan meletakkan leher-leher mereka di wajah musuh-musuh dakwah demi menjaga dakwah yang diberkahi ini.
Dan sebagian masayikh -yang mereka berada di sekitar asy-Syaikh as-Suhaimy- masih ada yang memiliki hubungan dengan yayasan al-Ihya' at-Turats Kuwait hingga hari ini, sering berkunjung ke sana dan memperbesar jumlah mereka, dengan berpaling meninggalkan nasehat-nasehat para ulama yang menasehatkan agar tidak mengunjunginya lagi, terlebih setelah mereka menjumpai dari Abdurrahman Abdul Khaliq dan yayasannya sikap berpaling yang tidak ada tandingannya.
Dan berbagai kunjungan yang dilakukan oleh sebagian masayikh itu telah menyebabkan fitnah besar bagi para pemuda, dan yayasan ini salah satu masalah yang para Masayikh kita berselisih dengan selain mereka.
Catatan Kaki :
[4] Tanbih Dzawil Afham, hlm. 16
BERSAMBUNG INSYA ALLAH
🌎 Kunjungi || http://forumsalafy.net/bantahan-terhadap-asy-syaikh-shalih-as-suhaimy-bagian-4/
⚪️ WhatsApp Salafy Indonesia
⏩ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎
BANTAHAN TERHADAP ASY-SYAIKH SHALIH AS-SUHAIMY (BAGIAN 5)
Asy-Syaikh Abu Ammar Ali bin Husain asy-Syarafy al-Hudzaify hafizhahullah
POIN KEEMPAT
Asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy mengatakan, “Orang-orang yang tergesa-gesa itu suka mentahdzir sebagian Masayikh dan penuntut ilmu Salafiyun yang mulia dengan tujuan untuk menjatuhkan mereka dan memperburuk citra mereka, yaitu ketika mereka diundang oleh pihak atau jum’iyyah atau yayasan untuk mengadakan durus (pelajaran) atau daurah-daurah ilmiyyah.”[5]
Saya katakan: Apa yang diucapkan oleh Asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy itu sendiri adalah perkara yang beliau celakan terhadap orang lain, bahkan itu –demi Allah- jauh lebih buruk. Beliau sungguh telah menuduh saudara-saudaranya secara zhalim dengan tuduhan memiliki tujuan yang buruk dan mencela niat mereka tanpa alasan yang benar, dan juga mensifati mereka bahwa mereka bukan orang yang menginginkan kebaikan bagi kaum Muslimin, tetapi hanya ingin menjatuhkan saudara-saudara mereka dan memperburuk citra mereka, tidak ada yang lain.
Dari mana Fadhilatus Syaikh Shalih as-Suhaimy mendapatkan bukti yang menunjukkan kebenaran dari tuduhannya ini?!
Dan agar Asy-Syaikh as-Suhaimy bisa menyelamatkan dirinya dari tanggung jawab atas tuduhannya ini, beliau harus menunjukkan bukti:
⏭ Pertama: Pihak yang dicela adalah para dai mulia yang semua pihak sepakat memuji mereka.
⏭ Kedua: Mereka ditahdzir tanpa sebab sedikitpun.
Jika para ulama tidak sepakat dalam memuji mereka, maka kewajiban Asy-Syaikh as-Suhaimy adalah berhati-hati dalam menyikapi mereka, karena bisa jadi pihak-pihak yang mentahdzir mereka ternyata hanya menyampaikan ucapan sebagian ulama. Tetapi Asy-Syaikh As-Suhaimy sama sekali tidak mengarahkan bukti kepada pembaca agar bisa mengetahui apakah yang beliau ucapkan itu memang benar-benar terjadi.
Orang-orang yang telah mentahdzir sebagian Masayikh, mereka itu tidak mentahdzir kecuali setelah para ulama mentahdzir mereka, karena mereka telah menempuh jalan aneh dalam dakwah Salafiyyah, diantaranya mereka sama sekali tidak menghargai perkataan para imam yang mendahuluinya dalam dakwah.[6]
Catatan kaki:
[5] Tanbih Dzawil Afham, hlm. 17.
[6] Ibrahim ar-Ruhaily pergi ke Italia, dan di sana di masjid at-Tauhid ikhwah bertanya kepadanya tentang Abul Hasan al-Mishry, maka Ibrahim ar-Ruhaily memujinya dan dia mengingkari siapa saja yang mencelanya dengan membuang jerih payah dan penjelasan para ulama dalam membantahnya.
Jadi orang-orang yang semacam ini memang berhak ditahdzir, dan para ulama yang mulia yang mentahdzir mereka seharusnya disyukuri, agar para dai belajar untuk tidak membuang jerih payah para ulama begitu saja.
BERSAMBUNG INSYA ALLAH
Kunjungi || http://forumsalafy.net/bantahana-trrhadap-asy-syaikh-shalih-as-suhaimy-bagian-5/
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
BANTAHAN TERHADAP ASY-SYAIKH SHALIH SUHAIMY (BAGIAN 6)
Asy-Syaikh Abu Ammar Ali bin Husain asy-Syarafy al-Hudzaify hafizhahullah
POIN KELIMA
Asy-Syaikh as-Suhaimy mengatakan, "Hakekat sebenarnya bahwa ini manhaj hizbi yang sempit yang mengakibatkan perpecahan dan bergolong-golongan serta perselisihan diantara orang-orang yang satu manhaj, bahkan berakibat sebagian orang-orang yang baru belajar berani tampil sebelum waktunya, sampai-sampai orang yang baru masuk Islam, ingin menjadi hakim diantara Masayikh dan para penuntut ilmu Salafiyyun."[7]
Saya katakan: Ini adalah vonis-vonis yang zhalim, kasar, dan keras, yang muncul dari asy-Syaikh as-Suhaimy.
Apakah orang-orang yang mulia layak untuk dituduh dengan hizbiyyah yang sempit, disifati sebagai orang-orang yang baru belajar, dan direndahkan sebagai orang-orang yang baru masuk Islam, hanya gara-gara mereka suka menanyakan keadaan para dai dengan tujuan agar mereka mengetahui dari siapa mereka akan mengambil ilmu agama mereka?!
Duhai kiranya asy-Syaikh as-Suhaimy bersikap lembut terhadap orang-orang yang mulia itu. Wahai Ahlus Sunnah, tidakkah kalian bersikap lembut kepada sesama Ahlus Sunnah?!
Adapun pensifatan yang dilemparkan oleh asy-Syaikh as-Suhaimy -semoga Allah memaafkan beliau- terhadap sebagian mereka bahwa mereka baru masuk Islam, maka itu sifat yang tidak merugikan, itu justru merupakan keutamaan Allah yang dia karuniakan kepada siapa yang Dia kehendaki.
Jadi ada orang yang Allah beri hidayah kepada Islam, lalu dia mendapatkan hidayah kepada manhaj Salaf hanya dalam waktu yang singkat, sementara selainnya ada yang tidak mendapatkan hidayah kepada manhaj Salaf sekian tahun lamanya.
Maka tidak merugikan mereka keadaan mereka yang baru masuk Islam, selama dia bertindak dalam batas-batas fatwa-fatwa para ulama yang diakui kelurusan aqidah dan bersihnya manhaj mereka.
Saya tidak mengetahui dari mana asy-Syaikh as-Suhaimy menyimpulkan bahwa orang yang menanyakan keadaan para dai -di masa yang padanya banyak dai-dai jahat- berarti dia telah memposisikan dirinya sebagai hakim yang mengadili para Masayikh dan para penuntut ilmu?!
Jadi harusnya dibedakan apakah mereka benar-benar memposisikan diri mereka sebagai hakim atau mereka hanya sekedar mengambil vonis dari para ulama.
Maka apa maslahatnya dari merubah hakekat yang sebenarnya ini?!
Catatan kaki:
[7] Tanbih Dzawil Afham, hlm. 17
BERSAMBUNG IN SYA ALLAH
🌎 Kunjungi || http://forumsalafy.net/bantahan-terhadap-asy-syaikh-shalih-as-suhaimy-bagian-6/
⚪️ WhatsApp Salafy Indonesia
⏩ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
BANTAHAN TERHADAP ASY-SYAIKH SHALIH AS-SUHAIMY (BAGIAN 7)
📑 Asy-Syaikh Abu Ammar Ali bin Husain asy-Syarafy al-Hudzaify hafizhahullah
⏭ POIN KEENAM
🔇 .. Asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy berkata, “Perhatikanlah -semoga Allah menjagamu- cara mensikapi para ulama Ahlus Sunnah terhadap an-Nawawy, Ibnu Hajar, dan Ibnu Khuzaimah yang digelari oleh para ulama sebagai imam dari para imam, dan selain mereka dari ulama yang jatuh pada berbagai kesalahan dan penakwilan yang keliru, sampai dalam masalah aqidah, hanya saja ulama tersebut memiliki jasa besar dalam ilmu dan melayani as-Sunnah yang kita harapkan kesalahan dan ketergelinciran tersebut akan terkubur di dalam jasa besar mereka tersebut, yang terkadang pada kesalahan-kesalahan tersebut seorang ulama hanya sebatas mengutip saja. Jadi para ulama kita senantiasa mengambil faedah dari kitab-kitab mereka, mendulang ilmu mereka, dan mendorong para penuntut ilmu agar memberikan faedah dengan mengambil dari kitab-kitab tersebut disertai mengingatkan kesalahan-kesalahan dan ketergelinciran yang ada, menjelaskan yang benar dalam masalah tersebut dengan menyebutkan dalilnya, mencari-carikan alasan yang meringankan para ulama tersebut, dan tidak mencari-cari ketergelinciran mereka.”[8]
📢 .. Saya katakan: Saya tidak tahu apa sisi keserupaan antara para ulama yang mulia yang disebutkan oleh asy-Syaikh Shalih, yaitu an-Nawawy dan Ibnu Hajar (serta Ibnu Khuzaimah -pent) dengan orang yang menjadikan dirinya memerangi dakwah Salafiyyah hanya demi membela musuh-musuh dakwah.
✋🏻🌴 Jadi an-Nawawy dan Ibnu Hajar -rahimahumallah- tidak ada seorang pun yang mengingkari keluasan ilmu mereka dan tingginya kedudukan mereka serta pelayanan keduanya terhadap ilmu-ilmu as-Sunnah, maka bagaimana bisa disamakan dengan banyak orang yang kita tidak mengenal tentang mereka kecuali sikap sok merasa berilmu dan suka membuat keributan?!
🔥 Bukankah kita katakan kepada asy-Syaikh as-Suhaimy, “Sesungguhnya masalah dari tulisan beliau ini adalah ungkapannya yang bersifat global!”
✊🏻💥 Dan Masayikh dakwah Salafiyyah mereka memiliki jerih payah yang luar biasa dalam membela dua imam ini, yaitu an-Nawawy dan Ibnu Hajar, dan hal itu dengan bantahan mereka terhadap kelompok Haddadiyyah, dan para ulama inilah yang menyatakan bahwa apa yang muncul dari kesalahan-kesalahan ulama dahulu itu sepantasnya untuk dikubur dalam jasa besar mereka dan pelayanan mereka terhadap syari'at, disertai menjelaskan kesalahan-kesalahan itu dan memperingatkannya.
🚫 Maka duhai kiranya asy-Syaikh as-Suhaimy mengarahkan kepada bantahan-bantahan para ulama terhadap Haddadiyyah dan mengisyaratkan kepada mereka.
📄 Catatan kaki:
[8] Tanbih Dzawil Afham, hlm. 24
📂 BERSAMBUNG INSYA ALLAH
🌎 Kunjungi || http://forumsalafy.net/bantahan-terhadap-asy-syaikh-shalih-suhaimy-bagian-7/
⚪️ WhatsApp Salafy Indonesia
⏩ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
TAHDZIR ASY-SYAIKH MUHAMMAD BIN HADY AL-MADKHALY HAFIZHAHULLAH TERHADAP ASY-SYAIKH SHALIH AS-SUHAIMY
Sungguh asy-Syaikh Muhammad bin Hady al-Madkhaly telah mentahdzir asy-Syaikh Shalih As-Suhaimy dengan mengatakan, "Saya tidak menasehatkan untuk menghadiri pelajarannya, dan saya mengatakan ini sepenuh mulutku, karena sungguh saya telah bersabar terhadapnya selama 5 tahun."
Hal itu beliau katakan pada malam Sabtu, 30 Syawwal 1436 H, di maktabah masjid at-Taqwa di Jazan yang dihadiri juga oleh asy-Syaikh Usamah al-Amry dan asy-Syaikh Fawwaz al-Madkhaly serta sekian banyak para penuntut ilmu.
Ditulis oleh: Yahya bin Ali an-Nahary
Rabu pagi, 4 Dzulqa'dah 1436 H
Majmu'ah an-Nahjul Audhah
Teks arabic:
التحذير من صالح السحيمي هداه الله المحامي على المبتدع الضال إبراهيم الرحيلي والمزكي للمفتون احمد النجار وزمرة المأربة الليبين في الجامعة الإسلامية ومنهم المفتون الطعان في العلماء المكني بأبي جعفر الهجرسي،
والمفتون طارق الهاشمي الزنتاني،
والمفتون عبد الواحد مزرد،
والمفتون لطفي خشيم،
وغيرهم من جماعة الرحيلي والذين على حد زعمهم لا يبدعون الحلبي والرمضاني والمأربي.
وبالمقابل يطعنون في البخاري ومحمد بن هادي وغيرهم من العلماء.
نقل هذا التحذير الشيخ يحيى بن على النهاري قال:
أقول: إن الشيخ محمد بن هادي المدخلي حذّر من الشيخ صالح السحيمي وقال: ((لا انصح بحضور دروسه، وأقولها بملئ فمي، فقد صبرت عليه خمس سنين))
وذلك ليلة السبت ٣٠ شوال ١٤٣٦ بمكتبة جامع التقوى بجازان بحضور الشيخ أسامة العمري والشيخ فواز المدخلي ومجموعة كبيرة من طلاب العلم.
كتبه صبيحة الأربعاء ٤ ذي القعدة ١٤٣٦
يحيى بن علي النهاري
………......
TAZKIYAH TERHADAP ASY-SYAIKH YAHYA BIN ALI AN-NAHARY
Asy-Syaikh Fawwaz bin Ali al-Madkhaly berkata, "Asy-Syaikh Yahya bin Ali an-Nahary termasuk salah seorang penuntut ilmu yang terbaik dan pemilik manhaj Salaf yang jelas dan terjun dalam dakwah Salafiyyah. Beliau juga termasuk yang bermulazamah dengan asy-Syaikh Ahmad bin Yahya an-Najmy dan asy-Syaikh Zaid bin Muhammad al-Madkhaly -rahimahumallah- dalam waktu yang cukup lama, dan beliau masih terus berada di atas jalan keduanya. Demikianlah menurut saya, dan Allah saja yang lebih mengetahui keadaannya."
Teks arabicnya:
● تزكية الشيخ فواز المدخلي للشيخ يحيى النهاري حفظهما الله.
السائل: شيخنا الحبيب أبا علي، ماذا تعرفون عن الشيخ يحيى النهاري؟
● الشيخ: سلفي قح.
السائل: اللهم بارك والله وددت أن انقل ذلك شيخنا.
● الشيخ: انقل ولا حرج وهو من خواص طلاب الشيخين النجمي والمدخلي رحمهما الله، نعم.
يوم الخميس
تاريخ: ٢٧ صفر ١٤٣٧ هـ
http://cdn.top4top.co/i_6a7ad0aaea0.png
〰〰〰〰
الشيخ فواز المدخلي حفظه الله:
الشيخ يحيى بن علي النهاري من خيار طلبة العلم وصاحب منهج سلفي واضح ودعوة سلفية وهو ممن لازم الشيخ أحمد بن يحيى النجمي والشيخ زيد بن محمد المدخلي رحمهما الله مدة طويلة وما زال على طريقتهما.
أحسبه كذلك والله حسيبه.
http://cdn.top4top.co/i_b687a2d1640.png
〰〰〰〰
Anti Terrorist Menyajikan Bukti & Fakta Yang Nyata
Channel Telegram: http://bit.ly/tukpencarialhaq
http://tukpencarialhaq.com || http://tukpencarialhaq.wordpress.com
BENARKAH MEMBANTAH ASY-SYAIKH AS-SUHAIMY BERARTI MENCELA ASY-SYAIKH AL-FAUZAN?!
Asy-Syaikh Abu Ammar Ali bin Husain asy-Syarafy al-Hudzaify hafizhahullah
Pertanyaan: Assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Syaikh kami yang tercinta, Abu Ammar, kami mendapatkan jarh dari guru kita yang tercinta yaitu asy-Syaikh Muhammad bin Hady terhadap asy-Syaikh Shalih as-Suhaimy. Maka salah seorang ikhwah ada yang mengatakan, “Celaan terhadap asy-Syaikh as-Suhaimy konsekuensinya adalah mencela al-Allamah al-Fauzan yang telah menyetujui tulisan beliau dan memberi kata pengatar, demikian juga konsekuensinya adalah mencela al-Allamah al-Muhaddits Abdul Muhsin al-Abbad, kita berlindung kepada Allah dari kehinaan.”
Bagaimana kita membantah ucapan semacam ini?
Jazakumullah khairan.
Jawaban: Seorang ulama terkadang memberi kata pengantar bagi sebuah kitab, padahal tetangga dari si penulis lebih mengetahui maksud dari penulis dan tujuannya dari penulisan kitab tersebut.
Katakan juga kepada orang yang menulis ucapan di atas: “Sesungguhnya para ulama ketika mereka mentahdzir Adnan 'Ar'ur, apakah itu artinya mereka mencela asy-Syaikh al-Albany yang ketika itu memujinya?!”
Malam Rabu, 19 Rabi'ul Awwal 1437 H
Sumber || Majmu'ah Durus wa Muhadharat Masyayikh Aden
Kunjungi || http://forumsalafy.net/benarkah-membantah-asy-syaikh-as-suhaimy-berarti-mencela-asy-syaikh-al-fauzan/
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
BAGAIMANA MENYIKAPI PUJIAN ASY-SYAIKH AL-FAUZAN TERHADAP TULISAN ASY-SYAIKH AS-SUHAIMY?
Asy-Syaikh Abu Ammar Ali bin Husain asy-Syarafy al-Hudzaify hafizhahullah
Pertanyaan: Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah menasehatkan agar membaca tulisan asy-Syaikh as-Suhaimy yang berjudul "Tanbih Dzawil Afham..." dan menyerukan untuk meninggalkan siapa saja yang mentahdzir asy-Syaikh as-Suhaimy dan tulisannya, sementara kita harus selalu bersama ulama besar.
Maka bagaimana bimbingan Anda?
Jazakumullah khairan.
Jawaban: Tulisan tersebut telah ditahdzir oleh Masayikh Kibar, seperti asy-Syaikh Ubaid dan asy-Syaikh Muhammad (Hady), serta yang lainnya. Dan saya tidak mengira asy-Syaikh Rabi' ridha terhadap kitab tersebut, kalau tidak demikian maka kenapa beliau tidak memujinya.
Dahulu beberapa ulama yang mulia memuji kitab as-Sirajul Wahhaj tulisan Abul Hasan (al-Ma'riby), sementara beberapa ulama yang lain mengkritik kitab tersebut. Jadi hujjah (dalil) adalah yang menjadi penengah (yang menjadi ukuran untuk menilai mana yang benar) dari kedua pihak tersebut.
Rabu, 9 Syawwal 1437 H
Sumber || Majmu'ah Durus wa Muhadharat Masyayikh Aden
Kunjungi || http://forumsalafy.net/bagaimana-menyikapi-pujian-asy-syaikh-al-fauzan-terhadap-tulisan-asy-syaikh-suhaimy/
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎💎