BISMILLAH.
Rihlah Ke Jakarta
Kata seorang teman, biaya yang dikeluarkan untuk Daurah Nasional ke Jakarta lumayan tinggi. Ia menyoroti bekal perjalanan, terutama makan dan minum. Pengalaman tahun lalu membuatnya terkaget-kaget. Semangkuk mie ayam atau bakso sampai menyentuh angka 40 ribu. Masya Allah!
Saya hanya mencoba mendengarkan detail perkiraannya.
Setelah itu, saya mengajaknya berpikir lebih luas. Sesempit pikiran yang saya anggap luas.
Membaca sejarah rihlah yang dilakukan Salaf, rasa-rasanya makan minum bukanlah faktor yang dijadikan alasan penghalang. Bahkan sebaliknya, ada cerita-cerita yang menakjubkan tentang mereka.
Lapar dan haus adalah teman perjalanan mereka. Banyak dari mereka memilih berpuasa. Serba terbatas bahkan serba tidak ada. Namun, hal itu bukan jurang yang mampu memisahkan mereka dari rihlah thalabul Ilmi.
Ada ulama yang sampai kencing darah. Ada pula yang jatuh pingsan karena lapar. Ada yang tak sempat mengolah dan memasak. Banyak dari mereka yang membawa roti kering sebagai bekal. Roti kering itu harus dicelupkan ke air supaya bisa dikonsumsi. Subhaanallah!
Ingat, hal itu dilakukan bukan hanya berbulan. Bertahun-tahun mereka jalani. Allah memberkahi mereka juga memberkahi ilmu yang dimilikinya.
Bagaimana dengan kita yang akan rihlah ke Jakarta? Bukankah hanya beberapa hari saja? Bukannya kita menyatakan diri sebagai pengikut Salaf? Nah, mengikuti Salaf juga diwujudkan dengan meneladani mereka dalam rihlah thalabul Ilmi.
Dalam obrolan dengan sejumlah teman, biaya untuk bekal perjalanan ke Jakarta memang tinggi. Kita mesti berpikir, bagaimana caranya agar ekonomis dan hemat?
Akhirnya, kita pun sepakat.
Ayo dikoordinir untuk membuat ketupat. Lauk kering dimaksimalkan. Bisa abon, ikan asin, sambel pecel dan kerupuk keripik.
Air minum tidak perlu dianggarkan untuk dibeli. Cukup bawa dari rumah sebanyak mungkin. Bukankah bagasi bis lebih dari cukup?
Kompor gas ikut dipersiapkan untuk membuat minuman panas. Mie instan jangan dilupakan. Minuman sachet yang sehat perlu dibawa.
Intinya biaya perjalanan dibuat irit. Sehingga tidak perlu bingung untuk singgah di warung makan atau restoran mana. Selain harga tinggi, kita sendiri tentu ingin lebih tenang dengan membawa bekal makanan dan minuman sendiri.
Semoga menjadi rihlah yang diberkahi. Menjadi jalan memudahkan masuk surga. Menjadi keberkahan untuk keluarga yang ditinggalkan. Menjadi pembuka pintu-pintu rezeki. Menenangkan hati. Dan masih banyak manfaat rihlah yang dapat diharapkan. Bukan hanya manfaat akhirat, manfaat keduniaan pun bisa didapat.
Selamat ber-rihlah, saudaraku! Semoga Allah meridhoi. Dan jangan lupa ; ikhlaskan niatmu.
Baarakallahu fiik
*
Abu Nasiim Mukhtar Iben Rifai
|
Rihlah Ke Jakarta | Dauroh Nasional JIC |