PETUALANGAN ROH
Oleh : Al Ustadz Abu Hamid Fauzi bin Isnaini hafizhahullah
Teringat peristiwa beberapa tahun silam, ketika jasad ayah tergeletak tak berdaya. Kedua matanya terpejam, mulutnya sedikit terbuka. Ia terbujur kaku di atas pembaringan. Tiada tawa. Namun tatapan-tatapan mata kosong penuh iba dan isak tangis kesedihan terdengar dari sudut-sudut bilik rumah sakit.
Ibu terbenam dalam diam, sembari mengusap sudut-sudut matanya yang tiada henti melelehkan air mata. Abang, walaupun berusaha untuk tegar meredam duka, namun air mukanya tak bisa menyembunyikan isi hati yang memang begitu terhenyak atas kematian mendadak ayah tercinta.
"Bersabarlah wahai jiwa! Ini sudah takdir Allah. Bukankah anak manusia adalah pinjaman dari Allah?"
"Ajal itu bukanlah urusan manusia. Jika seorang telah datang ajalnya, maka tidak ada yang mampu menahan."
"Semoga saja diampuni dosa dosanya, dimasukkan dalam jannah- Nya, Amin."
Anak manusia itu telah tiada. Padahal kemarin segar bugar bertenaga. Berjalan, berlari, naik turun, berputar putar mengisi dunia yang penuh sandiwara. Itulah anak Adam. Dahulu, ia tidak pernah disebut-sebut. Saat ayah bundanya menikah, mulailah ia tumbuh sebagai benih dalam kegelapan alam rahim yang pekat berlapis-lapis.
Awalnya hanyalah setetes air tak berharga. Lambat laun berubah wujud menjadi serpihan-serpihan darah merah merona. Lalu membesar menjadi segumpal daging. Setelah itu, tulang belulangnya pun bersemi.
Ketika genap berusia 4 bulan, ia yang hanya seorang diri dalam rahim ibu kedatangan tamu mulia. Datang menjalankan titah Yang Maha Mulia. Tidak ada perjamuan yang dihidangkan kepada sang utusan yang ternyata membawa misi kehidupan.
Jabang bayi yang kemarin raganya tergolek lemah dan terbungkus selaput itu kini bergerak-gerak. Tidak lama berselang. Sang utusan memang baru saja meniupkan roh untuk anak adam.
Dicatatnya untuk jabang bayi ini jatah rezekinya, jatah umurnya. Bahkan nasib yang akan dialaminya ketika kembali ke haribaan Allah pun tak luput dari catatan.
Setelah 40 pekan berada dalam alam rahim. Ia lalu keluar, menghirup udara segar. Menyadap suara, mengamati lingkungan sekitar, menyerap ilmu sedikit demi sedikit. Dari yang sederhana hingga yang butuh nalar.
Saat dilahirkan dari rahim ibu, anak adam tiada punya dosa. Sedikitpun. Ia telah mengenal siapa penciptanya. Dia tahu bahwa Allah sajalah yang berhak diibadahi. Itulah fitrah yang Allah tanamkan dalam sanubari setiap insan. Hanya saja keadaan ayah ibu, dan lingkungan sangat mempengaruhi fithrah tersebut tetap kokoh atau malah melemah dan tercabut dari sanubarinya?
Selama menjalani kehidupan di alam dunia ini, roh dan jasad anak Adam terus menyatu hingga ketika berakhir jatah kehidupan, roh berpisah dari jasadnya. Kemana? Roh, adalah sesuatu yang tak bisa dilihat mata. Ia ada namun tak bisa diraba. Roh adalah makhluk Allah. Bukan ada dengan sendirinya, Allah yang Memiliki, Allah pula yang Menguasai. Dialah yang menentukan kapan ditiupkan kapan pula diambil.
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. [Q-s. Az Zumar:42]
Allah, dialah yang mengambil saat datang kematian dan saat manusia tidur. Jiwa orang yang tidur itu akan tetap Ia tahan jika vonis mati dijatuhkan. Dan akan dikembalikan lagi bila masa tersisa jatah hidup hingga waktu yang telah ditentukan.
Sekali lagi, jika waktu yang telah ditentukan itu tiba, roh akan keluar dari jasad. Selalu
on time. Tidak pernah tertinggal sedetik jua dari jadwal, atau terburu keluar, berkelana sebelum ajal. Kemana?
Pembaca yang saya cintai, Al Bara bercerita panjang tentang petualangan roh-roh manusia cerita nyata dan haq. Sebab ceritanya bersumber dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang lisannya tidaklah mengucapkan sesuatu kecuali haq. Mari kita simak penuturannya.
Saat itu kami bersama Nabi mengiringi jenazah saudara kami dari Anshar. Saat tiba di tanah pekuburan, Nabi duduk kami pun ikut duduk nang mengitarinya. Tiada sedikit pun badan kami berkutik seolah di atas kepala kami bertengger seekor burung yang tak kami inginkan terbangnya.
(Suasana hening dan khusyuk meliputi kami). Tangan beliau yang mulia memegang ranting, sembari digerakkan menggores tanah pekuburan. Kepala beliau yang diberkahi menengadah ke langit lalu bersabda,
"Mintalah kalian perlindungan kepada Allah dari azab kubur!"
"Sesungguhnya, setiap orang yang beriman di saat kematian datang menjelang, berpisah dari dunia menuju alam akhir, akan didatangi oleh serombongan malaikat yang turun dari langit. Wajah mereka putih bersih bak mentari. Membawa wewangian dan kafan surgawi. Duduk rapi mengelilingi orang ini sejauh batas pandang, sampai datang malaikat Pencabut Nyawa. Di samping orang ini, sang malaikat kepala menyeru:
'Wahai jiwa yang baik, keluarlah dan songsonglah ampunan dan keridhaan dari Allah.'"
Roh orang yang beriman akan keluar dengan mudah aliran yang keluar dari mulut kendi. Begitu keluar maka malaikat-malaikat segera membungkus roh yang baik ini dengan kafan surgawi beserta wewangiannya. Sungguh keharuman roh ini seperti hembusan aroma misik terbaik yang pernah ada di muka bumi ini. Setiap kali roh ni melewati sekumpulan malaikat, bertanya-tanya "Aroma wangi apakah gerangan?"
Malaikat yang lain menjawab, ini adalah roh si fulan putra fulan (orang itu akan disebut dengan nama yang paling baik saat di dunia) diarak sampai gerbang langit. Begitu gerbang dibuka, roh in melanjutkan perjalanannya, diantar oleh malaikat-malaikat yang berada pada tiap langit, demikianlah sampai di langit ke-7.
Allah a berfirman, "Catatlah hamba. Ku ini di 'illiyiin di langit ke-7. Lalu kembalikanlah ke jasadnya di muka bumi. Sesungguhnya dari sanalah ia Aku cipta, di sanalah ia dikubur dan dari sanalah ia akan Ku bangkitkan."
Setelah roh itu bergabung kembali dengan jasad, datanglah dua malaikat. Ia didudukkan dan ditanya, "Siapakah Rabb-Mu?" "Rabbku adalah Allah," "Apa agamamu?"
"Agamaku Islam."
"Tahukah kamu lelaki yang diutus di zamanmu?
"Dia adalah utusan Allah."
"Dari mana baca Kitab Allah kau tahu?"
"Dahulu aku membenarkan Aku mengimani dan semuanya"
Dalam hanyut keheningan, Nabi itu melanjutkan kisahnya. Seketika itu terdengar pekik dari arah langit,
"Benar jawaban hamba-Ku. Hamparkan untuknya permadani dari surga, sematkan untuknya pakaian ahli surga bukalah pintu surga."
Maka bertiuplah ke arahnya hawa surga yang wangi semerbak, kuburnya pun jadi luas sejauh batas pandang.
Lalu datanglah seorang pemuda dengan paras indah yang juga menebar keharuman. Dengan wajah berseri pemuda ini berkata, "Bergembiralah dengan segala yang membuatmu bahagia. Inilah hari yang telah dijanjikan untukmu."
"Siapakah engkau wahai pemuda? Wajahmu yang demikian berseri menyiratkan kebaikan, siapa?"
"Aku adalah amal kesalehanmu."
Demi merasakan kenikmatan kubur ini, maka anak adam yang beriman ini meminta, "Wahai Rabbku, segerakanlah hari kiamat! Wahai Rabbku, segerakanlah hari kiamat, agar aku kembali berkumpul bersama istri dan anak-anakku."
Kami tetap dalam keheningan dan khusyu' yang merambah relung hati. Nabi melanjutkan kisah tersebut.
"Sedangkan anak Adam yang kafir, maka ketika berada di tepi jurang kematian, malaikat-malaikat yang bermuka legam menyerbunya. Bersama mereka ada secarik kain kasar. Mereka merubung calon mayat ini sejauh batas pandang. Malaikat pencabut nyawa datang.
Lalu dengan kasar malaikat ini berseru
"keluar! Sambutlah kemurkaan Rabbmu amarahnya Nya"
Roh itupun berserakan dalam jasad. Malaikat mencabut roh tersebut dengan paksa sehingga urat uratnya terbawa bersama roh. Persis seperti sebatang kawat barkarat yang ingin dilepaskan dari kain wol basah yang melilitnya.
Ketika roh itu berhasil dicabut, malaikat-malaikat bermuka legam itu segera membungkusnya dengan kain yang telah disiapkan. Roh itu mereka bawa ke langit. Baunya sangat busuk menyengat. Lebih busuk dari bangkai yang pernah ada di muka bumi.
Setiap melewat kerumunan malaikat, mereka bertanya "Siapa gerangan roh yang jelek ini?" "Fulan anak dari si Fulan".
Orang dipanggil dengan julukan terjelek yang disandangnya di dunia. Ketika sampa langit dunia, dan ingin meneruskan perjalananan menuju Allah, pengiring minta agar gerbang dibuka. Namun malaikat penjaga langit tidak bergeming dan tidak berkenan membukakan pintu untuk roh jahat itu.
Lalu Allah berfirman, "catatlah orang ini pada sijjil di dasar bumi yang ketujuh. Kembalikan roh ini ke jasadnya. Malaikat pun melontar roh jahat ke dalam jasad.
Setelah menyatu, datanglah malaikat untuk mengujinya dengan 3 pertanyaan tentang Rabbnya, tentang lelaki yang diutus, dan agama Satu pun tidak ada yang yang bisa dijawab Dia hanya bisa berucap, "Hah! Aku tidak tahu."
Seketika itu, terdengarlah seruan dari langit. "Dia dusta! Hamparkan untuknya tikar dari api neraka. Selubungkan untuknya pakaian neraka. Bukalah pintu-pintunya biar ia merasakan sengat api dan panas uapnya."
Tidak sebatas itu penderitaan anak adam yang kafir ini. Kuburnya pun mendadak menjadi sempit menghimpit, sehingga tulang rusuknya bersilangan Dalam penderitaan yang bertumpuk, tiba-tiba datanglah seorang yang bermuka seram dan muram menebar bau busuk menusuk. Lelaki itu adalah jelmaan dari amal kejelekan di dunia. Orang jelek ini berkata, membuatmu dengan segala yang akan menderita "Inilah hari yang telah dijanjikan untukmu."
Demi merasakan demikian ini, pun meminta "Wahai Rabbku batalkanlah hari kiamat. Wahai Rabb batalkanlah hari kiamat. Jangan Engkau tegakkan!"
Demikianlah pembaca, roh termasuk perkara ghaib. Kita sebagai hamba yang beriman dituntut untuk mengimani apa yang diberitakan oleh Allah dan Rasul Nya. Kisah Al Bara tadi adalah salah satu sisi kehidupan dari makhluk Allah yang bernama roh yang disampaikan ilmunya kepada kita. Ilmu tentang roh termasuk perkara Allah. Dan tidaklah kita diberi ilmu tentangnya kecuali sedikit.
Al Imam Al Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, Suatu ketika aku berjalan beriringan bersama Nabi di sebuah reruntuhan di salah satu sudut Madinah. Nabi berjalan dan bersandar pada sebilah tongkat dari pelepah kurma. Kami berpapasan dengan beberapa orang Yahudi. Lalu mereka saling bersahutan,
"Tanyakan kepadanya tentang roh." Yang lain berujar, "Jangan! Apakah kalian suka jika ia nanti memberi jawaban yang justru membuat kalian resah "Tidak peduli Aku akan tetap bertanya kepadanya." Dalam riwayat, mereka memang bertanya hanya sekedar menguji, apakah benar-benar Nabi atau seorang pendusta.
Maka salah satu dari mereka bangkit dan berseru, "Wahai Abul Qasim, apa itu ruh," Tiba-tiba Nabi terdiam. Aku yakin, Nabi pasti sedang mendapat wahyu. Setelah beberapa saat, beliau berseri dan membacakan sebuah ayat:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah bahwa, Roh itu termasuk perkara Rabbku." Dan kalian tidaklah diberi ilmu kecuali sedikit." [Q.S. Al Isra':85]
Terbuktilah kenabian beliau sebab beliau serahkan ilmu tentang hal ghaib ini kepada Allah. Maka dengan amat menyesal, mereka berujar, "Bukankah sudah aku katakan agar kamu tidak bertanya apapun kepadanya?".
Demikianlah perjalanan roh sejak jasad menuju perpisahannya dengan alam barzakh/kubur. Mudah-mudahan Allah menempatkan roh kita kelak di tempat yang tinggi, dan melapangkan kubur kita. Amin.
Sumber: Majalah Qudwah Edisi 03 Vol 01 2012
|
Sumber: Pixabay |