Oleh Al Ustadz Abu Hamzah Yusuf
Ikhwani fiddin, rahimani wa rahimakumullah
Salah satu dari tabiat kehidupan dunia yang penting untuk kita ketahui adalah berubah-ubahnya situasi dan kondisi, atau keadaan yang kita hadapi.
Dari waktu ke waktu, dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan hingga dari tahun ke tahun. Terkadang kita ada dalam situasi dan kondisi yang menyenangkan, namun terkadang kita juga dihadapkan pada situasi dan kondisi yang menyedihkan.
Adakalanya kita berada dalam situasi dan kondisi dimana kita diberikan kemudahan. Namun, adakalanya kita juga dihadapkan pada situasi dan kondisi dimana kita menghadapi banyak kesulitan didalamnya.
Semua ini sejalan dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala yang terdapat di Al Quran surat Ali Imran ayat ke 140, Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan :
… وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ…
“… kehidupan dunia itu hanyalah hari demi hari yang Kami putar di tengah-tengah manusia..”
Ayat ini turun ketika terjadi peristiwa Perang Uhud, dimana kaum Muslimin yang dipimpin langsung oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa ala alihi wasallam mengalami kekalahan. 70 orang terbaik gugur sebagai syuhada, bahkan Rasulullah shalallahu alaihi wa alihi wasallam sendiri terluka, darah mengalir dari luka Beliau.
Padahal sebelumnya kaum Muslimin mendapatkan kemenangan yang besar dalam Perang Badar. Terjadi perubahan situasi dan kondisi, dalam Perang Badar kaum Muslimin mendapatkan kemenangan tetapi di saat perang Uhud mereka mengalami kekalahan.
Setelah itu terjadi peristiwa perang Ahzab, kaum Muslimin mendapatkan kemenangan. Kemudian terjadi lagi Perang Hunain, pada awalnya kaum muslimin kalah tetapi berikutnya mendapatkan kemenangan. Sekali lagi, terjadi perubahan situasi dan kondisi.
Ikhwani fiddin, rahimani wa rahimakumullah
Perubahan-perubahan situasi dan kondisi ini akan terus kita hadapi selama kita hidup di dunia. Satu hal yang patut untuk kita cermati adalah bagaimana para syalafus sholeh menghadapi semua ini. Karena mereka tentunya hidup lebih awal, mendahului kita, mereka telah menghadapi berbagai macam hal, perubahan situasi dan kondisi telah mereka alami, dan ternyata tidak ada yang mereka khawatirkan, tidak ada yang mereka takutkan dalam menghadapi perubahan situasi dan kondisi itu kecuali hilangnya keimanan, hilangnya aqidah yang shahihah, hilangnya sunnah.
Imam Sufyan ats Tsaury rahimahullahu ta’ala, seperti disebutkan dalam kitab Siyarul ‘Alam an Nubala, suatu ketika Beliau menangis kemudian ditanya : ما يبغيك “Apa yang membuat mu menangis?”
Beliau rahimahullahu taala menjawab : " " انّى اخاف ان أسلب الإيمان قبل ان اموت sesungguhnya aku khawatir / sesungguhnya aku takut jika keimanan ku dicabut sebelum aku mati. Ini yang dikhawatirkan dan ditakutkan oleh para salaf.
Mereka tidak khawatir kehilangan harta benda, mereka tidak khawatir kehilangan tempat tinggal, mereka tidak khawatir kehilangan kedudukan dan jabatan. Oleh karena itu, sepanjang hidupnya para syalafus sholeh tetap istiqamah meskipun menghadapi dan mengalami perubahan situasi dan kondisi.
Ikhwani fiddin, rahimani wa rahimakumullah
Dulu sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman radhiallahu ta’ala anhu pernah menyampaikan wasiat. Wasiat Beliau antara lain adalah :
يا مَعْشَرَ القُرَّاءِ اسْتَقِيمُوا فقَدْ سَبَقْتُمْ سَبْقًا بَعِيدًا، فإنْ أخَذْتُمْ يَمِينًا وشِمالًا، لقَدْ ضَلَلْتُمْ ضَلالًا بَعِيدًا.
الراوي : همام بن الحارث | المحدث : البخاري | المصدر : صحيح البخاري
الصفحة أو الرقم: 7282 | خلاصة حكم المحدث : [صحيح]
Wahai kaum muslimin, istiqamah lah kalian, jika kalian tetap istiqamah, maka sesungguhnya kalian mendahului siapa pun dengan sangat jauh, tetapi kalau kalian mengambil jalan ke kanan dan ke kiri, maka sungguh kalian telah sesat dengan kesesatan yang jauh pula.
والحمد الله, segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, kita patut bersyukur kepada-Nya, karena hingga saat ini kita masih diberikan keistiqamahan di atas agama ini, kita masih dapat melaksanakan ketaatan kepada Allah, kita masih dapat menuntut ilmu, kita masih menikmati majelis-majelis ilmu, kita masih mengikuti dakwah ini, kita masih berada di atas manhaj salaf, tetapi kita harus ingat bahwa tidak ada seorang pun diantara kita yang menjamin untuk tetap seperti ini sampai akhir hayat kita.
Maka yang dibutuhkan adalah tetap istiqamah, jaga diri! Kita khawatir jika kita terlena kita akan tersesat baik dalam keadaan sadar atau tidak sadar. Jaga nikmat yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepada kita, jauhi sebab-sebab yang membuat kita jauh dari keimanan, yang membuat kita jauh dari sunnah, yang membuat kita jauh dari Manhaj Salaf.
Dalam sebuah hadits dari Sahabat Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim, Nabi Shallalahu alaihi wa ala alihi wasallam mengingatkan :
إِنَّ أَحَدَكُمْ أَوْ الرَّجُلَ يَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا غَيْرُ بَاعٍ أَوْ ذِرَاعٍ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا غَيْرُ ذِرَاعٍ أَوْ ذِرَاعَيْنِ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا
“Sesungguhnya seseorang pada awalnya benar-benar melakukan amalan-amalan ahli neraka sampai tidak ada jarak antara dia dengan neraka itu kecuali satu hasta saja, namun takdir telah mendahuluinya, ketetapan Allah subhanahu wa ta’ala telah mendahuluinya hingga di akhir hayatnya dia justru melakukan amalan-amalan ahli surga yang dengan itu dia masuk ke dalam surga. Dan sebaliknya ada seseorang pada awalnya benar-benar melakukan amalan ahli surga, sampai-sampai digambarkan antara dia dengan surga tidak ada jarak kecuali hanya satu hasta saja, tetapi takdir mendahuluinya, ketetapan Allah subhanahu wa ta’ala telah mendahuluinya, sehingga di akhir hayat justru dia melakukan amalan-amalan ahli neraka sehingga dengan itu dia pun masuk ke dalam neraka.
Satu yang menjadi cita-cita kita semua tentunya husnul khatimah. Karena sesungguhnya Nabi Shallalahu alaihi wa ala alihi wasallam menegaskan :
إنما الأعمال بالخواتيم
Sesungguhnya yang akan dilihat yang jadi patokan semua amalan itu adalah yang menjadi penutupnya. Kalau yang menjadi penutupnya baik, maka seseorang akan mendapatkan husnul khatimah. Tetapi kalau tidak maka tidak akan demikian.
Oleh karena itu amat sangat wajar kekhawatiran para salaf, ketakutan para salaf dalam kehidupan yang telah dilaluinya takut khawatir hilang keimanan, takut khawatir hilang aqidah yang shahihah, tidak berada di atas sunnah.
Maka ini pula yang seharusnya menjadi kekhawatiran dan ketakutan kita. Soal situasi soal kondisi yang terus berubah-rubah itu memang sudah tabiat kehidupan dunia, tidak akan sama dari satu waktu ke waktu lainnya, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun akan terus terjadi perbedaan. Banyak hal yang akan kita lihat banyak hal yang akan kita rasakan, tapi yang paling penting adlah kita tetap menjaga keistiqamahan. Takutlah kalau-kalau keimanan kita hilang, kita mesti khawatir jika tidak berada di atas sunnah Nabi Shallalahu alaihi wa ala alihi wasallam.
Allah subhanahu wa ta’ala berwasiat kepada kita semua :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian semua kepada Allah dengan sebenar-benarnya, jangan sekali-kali kalian mati, kalian meninggalkan dunia ini kecuali dalam keadaan Islam, berserah diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. (QS. Ali Imran : 102)
Maka berdoalah selalu kepada Allah agar Allah memberikan kekokohan dan keistiqamahan.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Wahai Rabb kami, jangan engkau palingkan hati-hati kami setelah Engkau beri petunjuk, anugerahkan lah kepada kami rahmat, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. (QS. Ali Imran : 8)
Bersemangatlah untuk terus menuntut ilmu agama, memperbanyak pengetahuan ilmu agama, karena itu sebagai salah satu jalan untuk kita tetap menjaga keimanan, menjaga agar konsisten di atas sunnah, di atas manhaj salaf.
Kemudian waspadalah dari sikap al-ghurur tertipu dengan keadaan diri sendiri, jangan pernah merasa puas ketika sudah melakukan satu ketaatan, sesungguhnya ketaatan yang kita lakukan harus dibarengi dan diikuti dengan ketaatan-ketaatan yang lain. Kita adalah makhluk yang butuh kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ
Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian itu fakir butuh kepada allah subhanahu wa ta’ala. (QS. Fathir :15)
Semoga Allah memberikan kekuatan keistiqamahan kepada kita semuanya hingga akhir hayat kita.
Baca juga : SEBAB-SEBAB ISTIQAMAH DI ATAS HIDAYAH
Ditranskrip dari Tausiyah Ba'da Shubuh Ustadz Abu Hamzah di Ma'had Daarul Atsar
Ditranskirp oleh Syabab Salafy Tasikmalaya