NASIHAT ASY-SYAIKH AL 'UTSAIMIN TERUNTUK SEGENAP SUAMI DAN ISTRI TERKAIT POLIGAMI
Beliau rahimahullah berkata:
"Tidak sepantasnya bagimu untuk menikah lagi kecuali bila memiliki kesanggupan dalam hal;
- Harta,
- Fisik,
- dan sikap adil.
Bila seseorang tidak memiliki kemampuan dalam hal harta; bisa jadi pernikahan kedua justru jadi sebab menumpuknya utang dan banyak orang yang datang menagih.
Bila tidak memiliki kemampuan dalam hal fisik; boleh jadi ia tidak mampu menunaikan hak istri kedua atau bahkan kedua istrinya sekaligus.
Sedang bila seseorang tidak punya kemampuan untuk berlaku adil [ dalam perkara lahir ]; maka Allah telah berfirman:
فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً
"Jika kamu takut tidak dapat berlaku adil; maka (kawinilah) seorang saja." QS. An-Nisa' : 3
Namun bila seseorang punya kemampuan pada urusan harta, fisik, dan sikap adil; maka yang utama dia menikah dengan lebih dari satu wanita. Karena banyak maslahat yang muncul dari sini. Seperti:
- Menjaga kemaluan istri kedua,
- Memperbanyak turunan -yang mana turunan yang banyak ini disenangi oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
- Serta bisa menghilangkan rasa ingin menikah lagi-nya." (Fatawa Nuur 'alad Darb, XII/50)
"Aku nasihatkan pada para wanita agar jangan menghalangi seseorang dengan hal yang Allah syari'atkan.
Bahkan selayaknya apabila seorang wanita memandang suaminya ingin menikah lagi dan dia memiliki kemampuan dalam hal harta, fisik, dan bisa berlaku adil; agar ia menyemangatinya.
Karena sejumlah maslahat yang terdapat dalam poligami yang telah kami isyaratkan padanya [ di point nasihat bagi suami ].
Dan hendaklah seorang wanita menyadari bahwa:
- Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam pun memiliki beberapa istri.
- Dan bisa jadi pula itu menjadi kebaikan untuknya. Seperti istri kedua bisa membantunya, atau menyelesaikan hak-hak suami mereka yang terkadang istri pertama tidak sanggup menunaikannya pada sebagian keadaan.
Dan penting, ku nasihatkan pada para wanita untuk tidak kelewat cemburu bila suaminya menikah lagi. Hendaklah ia:
• Bersabar,
• dan berharap pahala dari Allah,
• Meski itu terasa berat.
• Dan rasa berat dan susah ini hanya terasa pada awalnya. Bila sudah berjalan waktu maka keadaan akan jadi seperti biasa." (Fatawa Nuur 'alad Darb, XII/50-51)