Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

mengajarkan tauhid kepada anak-anak

8 tahun yang lalu
baca 6 menit

MENGAJARI ANAK KALIMAT TAUHID DARI SEBELUM DISAPIH.


Syaikh Abdussalam bin Abdillah Al-Sulaimaan hafizhahullah.

فأول ما يبدا الطفل بالنطق ينبغي للوالدين تعليمه كلمة التوحيد فيلقنه إياها،

Pertama kali apa yang dimulai oleh seorang anak berbicara, hendaknya kedua orang tuanya mengajari kalimat tauhid, hendaknya dia menuntunnya. 

عن ابن عباس رضي الله عنهما عن النبي ﷺ :

Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, dari Nabi ﷺ :

افتحوا على صبيانكم أول كلمة : لا إله ألا الله ولقنوهم عند الموت لا إله إلا الله

“Bukalah anak-anak kalian  kalimat pertama Laa ilaaha illallahu. Dan tuntunlah mereka ketika hendak meninggal kalimat Laa ilaaha illallahu.”

وكانت أم السليم تلقن ابنها أنسا  قل لا أله إلا الله قل أشهد أن محمدا رسول الله) وذلك قبل الفطام.

Dulu Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anhaa menuntun putranya yang bernama Anas : 
“Katakan Laailaaha illallaahu,” katakan : “Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”
Dan itu terjadi sebelum disapih.

📑 Tarbiyatul Aulad fi dhau'i Al-Kitaab was sunnah 30

BAGAIMANA MENGAJARKAN TAUHID KEPADA ANAK-ANAK?

BAGAIMANA MENGAJARKAN TAUHID KEPADA ANAK-ANAK?
Sumber gambar : https://i.ytimg.com/vi/OaiBT93Lh6Q/maxresdefault.jpg

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjawab,

Mengajarkan tauhid kepada anak-anak seperti mengajari mereka berbagai permasalahan agama yang lain. Di antara pengajaran yang paling baik untuk mereka adalah mengajarkan kitab Tsalatsatul Ushul karya Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab. Jika anak-anak telah mampu menghafalnya di luar kepala, jelaskan kepada mereka makna dan kandungannya sesuai dengan tingkat pemahaman dan nalar mereka, maka ini merupakan kebaikan yang banyak. Hal ini karena kitab tersebut (beberapa permasalahannya, pent) disebutkan dalam konteks tanya jawab dengan ungkapan dan kalimat yang jelas dan mudah.

 Kemudian perlihatkan kepada anak-anak beberapa tanda kekuasaan Allah dalam rangka menerapkan apa yang terkandung dalam kitab yang kecil tersebut.

Perlihatkan kepada mereka matahari, lalu tanyai mereka, “Siapa yang menciptakan matahari?” Demikian pula bulan, bintang, malam, dan siang, tanyakan kepada mereka, “Siapa yang mampu menciptakan dan mengaturnya?” Semuanya merupakan ciptaan Allah azza wajalla. Dialah yang mengatur semuanya. Terus hal ini dilakukan hingga benih fitrah di dalam diri mereka terairi dan tumbuh dengan subur, karena manusia itu sendiri secara fitrah berada pada sikap mentauhidkan Allah ‘azza wajalla, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

كل مولود يولد على الفطرة ، فأبواه يهودانه أوينصرانه أو يمجسانه

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia sebagai Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.”

Demikian pula ajarkan kepada mereka wudhu’ dan cara berwudhu secara langsung dengan contoh perbuatan. Seperti katakan, “Wudhu itu seperti ini.” Sambil mempraktekkan wudhu di depannya. Demikian juga shalat.

Itu semua diiringi dengan isti’anah (permohonan tolong) kepada Allah ta’ala serta permohonan hidayah kepada-Nya.

Di samping itu hendaknya menjauhi segala bentuk perkataan yang menyelisihi akhlak mulia maupun perbuatan haram di depannya. Tidak membiasakan mereka berbuat dusta, khianat, dan berbagai akhlak yang tidak terpuji. Sampaipun kalau seandainya orang tua terjatuh ke dalam perbuatan maksiat, seperti merokok, maka janganlah merokok di hadapan anak-anak karena mereka akan memandang perbuatan itu adalah hal biasa dan remeh.

Dan ketahuilah bahwa kepala rumah tangga itu bertanggung jawab terhadap anggota keluarganya, berdasarkan firman Allah ta’ala,

يَا أَيُّهَاالَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً

“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka.”

Tidaklah penjagaan kita dan keluarga kita dari api nereka kecuali jika kita membiasakan mereka untuk beramal shalih dan meninggalkan amal kejelekan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah menegaskan yang demikian dalam sabdanya,

الرجل راع في أهله ومسؤول عن رعيته

“Seseorang itu sebagai pemimpin dalam keluarganya, maka ia akan ditanyai (bertanggung jawab) tentang mereka.”

Hendaknya seorang ayah mengetahui bahwa keshalihan anak-anak merupakan maslahat baginya di dunia dan akhirat, karena sesungguhnya orang yang paling dekat dengan ayah dan ibunya adalah anak-anak yang shalih dan shalihah.

وإذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له

Jika seseorang meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan untuknya.”

Kita memohon kepada Allah agar memberikan pertolongan kepada kita semua untuk mampu memikul amanah dan tanggung jawab ini.

Diterjemahkan dengan sedikit penyesuaian dari http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=141579

Dikutip dari: http://cut.by/dvChx

Majmu’ah Tarbiyatul Aulad
Join Telegram: https://tlgrm.me/TarbiyatulAulad

JANGAN HANYA SEPERTI INDUK HEWAN TERNAK


al-'Allamah al-Imam asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah,

"Apabila ayah kondisinya telah rusak, berbuat kerusakan, menyia-nyiakan shalat, tidur melalaikan shalat, tidak pulang ke rumah kecuali hanya untuk makan dan minum! Atau kalau tidak, maka dia bersantai-santai, di istana kemewahan, wisata, atau yang lainnya. Tidak pernah bertanya tentang kondisi anak-anaknya. 

Apakah ini seorang ayah?! 

Ini hanya induk hewan ternak!! 
Bukan seorang ayah yang siap mengemban tanggung jawab di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Khutbah Jum'at berjudul « Tarbiyah Yang Tepat untuk Anak-Anak »

Dikutip dari: @ManhajulAnbiya

Majmu’ah Tarbiyatul Aulad
Join Telegram: https://tlgrm.me/TarbiyatulAulad

AQIDAH HARUS DIPENTINGKAN DAN DIUTAMAKAN

asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah,

🏅 "Aku nasehatkan kepada para pemuda dan kaum muslimin agar mementingkan aqidah pada prioritas utama dan sebelum segala sesuatu.

Karena aqidah merupakan pondasi yang di atasnya ditegakkan seluruh amalan, apakah amalan tersebut diterima ataukah ditolak.

Apabila aqidahnya benar, sesuai dengan aqidah yang dibawa oleh para rasul, khususnya penutup para nabi yaitu nabi kita Muhammad - shallallahu 'alahi wa sallam - maka seluruh amalannya akan diterima apabila amalan tersebut ikhlas mengharap wajah Allah dan sesuai dengan syari'at Allah dan Rasul-Nya.

Namun apabila aqidahnya rusak, atau sesat, dibangun di atas tradisi atau taqlid kepada ayah dan kakek, atau aqidah syirik, maka amal akan tertolak tidak diterima satu pun."

al-Ajwibah al-Mufidah, hal. 97

#aqidah #amal
#al_Fauzan

Majmu'ah Manhajul Anbiya
Oleh:
Atsar ID