Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

memberikan hak hewan dan jangan menzaliminya

6 tahun yang lalu
baca 12 menit

"Tangisan Sang Unta" 

Oleh: Al Ustadz Abu Bakar Al Jombangi

Apa yang terjadi bila hewan mengadu kepada manusia? Ungkapan kesedihan dia lontarkan, agar diperhatikan dan disayangi. Dia meminta makanan, minuman, dan hak-haknya yang lain. Hewan bisa bersedih. Dia bisa bergembira. Bahkan hewan bisa marah.

Shahabat mulia Abu Ja'far Abdullah bin Ja'far radiyallahu anhu pernah menuturkan sebuah kisahnya bersama Nabi Muhammad. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim pada kitab Shahihnya.

Shahabat Abu Ja'far Abdullah bin Ja'far berkata, "Pada suatu hari, aku dibonceng oleh Nabi di belakang beliau. Nabi memberitakan kepadaku suatu perkara rahasia. Aku tidak akan menceritakannya kepada seorang pun dari manusia. Dan dahulu benda yang paling disenangi Nabi untuk dijadikan sebagai tirai dari pandangan manusia tatkala buang hajat adalah sebuah hadaf (benda tinggi yang memiliki bayangan) atau pagar suatu kebun kurma."

Kata ahli ilmu, hadaf adalah benda yang memiliki bayangan yang dipakai untuk berlindung atau bersembunyi sehingga tidak tampak oleh pandangan orang lain tatkala buang hajat. Pada perkara ini terdapat ada dalam buang hajat yaitu bersembunyi atau menjauh dari manusia, sehingga tidak menimbulkan bau atau suara yang mengganggu orang lain.

KETAWADHUAN NABI

Dari penuturan shahabat Abu Ja'far, tampak ketawadhuan (rendah hati) Nabi. Beliau tidak gengsi untuk mengendarai seekor hewan kecil, baghal yang merupakan hasil perkawinan antara kuda dan keledai. Bahkan beliau sendiri yang mengendalikan tunggangan tersebut. Tentu konsekuensinya. mengarahkan, membelokkan, menjalankan, dan menghentikan hewan tunggangannya.

Ketinggian dan kemuliaan yang beliau miliki, tidaklah menghalangi perbuatan tersebut. Selain Abu Ja'far Abdullah bin Abbas, dan Al Fadhl bin Abbas juga pernah membonceng di belakang Nabi. Tentu nabi melakukan hal demikian karena melihat bahwa tunggangan tersebut mampu untuk mengangkut beban diatasnya.

Hewan tersebut bisa membawa beban dua orang manusia. Kalau tidak mampu, maka kita dilarang untuk berboncengan diatas hewan tersebut. Agar kita tidak membebani hewan diluar kemampuannya. Dari sini pula, kita bisa mengambil pelajaran tentang etika berkendaraan. Entah sepeda onthel, sepeda motor, maupun mobil, hendaklah kita mengukur kemampuan kendaraan yang kita naiki, sehingga kendaraan tersebut tidak rusak.

Tentu perhatian dalam perkara ini akan mendukung kenyamanan dalam berkendara dan keamanan tatkala berjalan. Patut bagi kita untuk mengecek kelayakan kendaraan yang akan kita pakai sebelum berjalan. Terlebih perjalanan yang jauh, yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Serta biaya yang tidak sedikit. Butuh persiapan yang lebih matang. Mulai bekal yang dibutuhkan dalam perjalanan hingga ditempat tujuan.

Pada riwayat Ahmad, Al Baihaqi, dan yang lain, ada beberapa tambahan. Abu Ja'far menuturkan, "Nabi mengendarai Baghalnya (hewan hasil perkawinan antara kuda dan keledai). Beliau memboncengku di belakangnya. Dahulu tatkala Nabi ingin buang hajat, beliau senang untuk berlindung dengan hadaf atau pagar kebun kurma. Maka beliau masuk kebun milik seorang Anshar. Ternyata didalamnya terdapat unta milik seorang shahabat Anshar. Tatkala dia melihat Nabi, dia mengeluh dan kedua matanya mengalirkan air mata. Maka Nabi turun. Nabi mengelus-elus punuknya dan puncaknya. Unta itupun diam.

Nabi bertanya, "Siapa pemilik unta ini?"  Lalu datanglah seorang pemuda dari Anshar. Dia berkata, "Saya". Nabi berkata, "Tidakkah engkau takut kepada Allah pada binatang yang Allah tundukkan kepadamu? Sesungguhnya dia mengeluhkan kepadaku tentang perlakuanmu. Engkau membuatnya kelaparan dan kecapekan." Lalu Nabi pergi ke pagar kebun tersebut dan menunaikan hajatnya. Beliau berwudhu.

Nabi mendatangiku. Sementara air menetes dari jenggotnya ke atas dada beliau. Beliau memberitakan kepadaku suatu rahasia. Aku tidak akan menceritakannya kepada seorangpun. Sebagaimana kami, para shahabat, sangat berat untuk menceritakan rahasia Nabi. Aku tidak akan menceritakan rahasia tersebut sampai Nabi menghadap Allah." [Lihat Shahih Abu Dawud dan Ash Shahihah No. 23]

ISLAM AGAMA PENUH RAHMAT

Saudaraku yang dimuliakan oleh Allah.
Allah menjadikan agama ini sebagai rahmat bagi alam semesta. Rahmat bagi kaum mukminin pada hidupan dunia dan akhirat mereka. Mereka mendapatkan kebahagiaan dalam kalbunya, yang tidak dirasakan orang kafir. Dengan hidayat, ilmu, amal, dan ibadah kaum mukminin merasakan ketenangan dan ketentraman hidup yang luar biasa melebihi nikmat harta benda dan dunia.

Dengan sebab iman dan amal saleh, Allah memasukkan mereka ke dalam surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan kekal abadi di dalamnya. Sebagaimana pula, Islam memperbolehkan bagi kaum mukminin untuk menikmati kehidupan dunia dengan batasan sewajarnya.

Islam juga menjadi rahmat bagi orang kafir, walaupun hanya di dunia. Allah menetapkan ketentuan-ketentuan syariat terhadap mereka. Allah menurunkan hukum bagaimana kaum muslimin berinteraksi dengan mereka. Mereka memiliki hak-hak yang perlu diperhatikan oleh seorang muslim. Tidak menzalimi mereka. Tidak bertindak sewenang-wenang kepada mereka.

Walaupun demikian, orang-orang kafir akan masuk neraka dan mendapatkan berbagai siksa yang kekal abadi. Tatkala mereka mati dalam keadaan kafir dan menyekutukan Allah, tiada lagi manfaat harta dan perbuatannya. Tatkala mereka enggan memilih agama Islam dan terus di atas agama batil mereka, tidak akan ada manfaat banyaknya anak dan kedudukan mereka di dunia.

Sebaliknya, seorang kafir masuk Islam, kebaikan yang sebelumnya dilakukan antar sesama manusia, dituliskan bagi mereka. Selain itu, Allah juga menghapuskan dosa-dosa mereka selama kekafirannya.
Silakan pelihara hewan, tapi tunaikan haknya

Berdasarkan hadis di atas, tampak rahmat Islam terhadap hewan. Islam menjadi rahmat bagi hewan. Mulai dari hewan yang dipelihara, hingga hewan yang mengganggu manusia. Tatkala seorang muslim memiliki hewan peliharaan, semisal ayam, kambing, sapi, kerbau, burung, dan hewan halal dimakan, Allah wajibkan bagi mereka untuk menunaikan hak-hak hewan tersebut.

Bukan hanya itu, Nabi bahkan memberikan janji pahala bagi siapa saja yang memberi makan hewan peliharaannya, jika dia berharap ganjaran kepada Allah. Nabi bersabda:

فِيْ كُلِّ كَبِيْدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

"Pada setiap kalbu yang hidup, terdapat pahala". [Muttafaqun 'alaih]

Subhanallah, begitu indah agama Islam. Satu sisi Allah izinkan hal yang bermanfaat bagi dunia mereka. Disisi lain, mereka juga bisa meraih pahala di sisi Allah.

Setiap mukmin bisa bersedekah setiap hari. Keutamaan ini, tidaklah bisa diraih oleh orang kafir. Namun, bukan berarti kita diperbolehkan untuk berlebihan terhadap hewan peliharaan.

Sebagaimana pula diperbolehkan untuk memiliki dan memelihara hewan untuk dimanfaatkan sebagai tunggangan atau mengangkut barang-barang yang kita butuhkan. Semua itu adalah dari Allah bagi umat manusia. Kemudahan dari-Nya sehingga hewan-hewan tunduk untuk menunaikan hajat manusia.

BERIKAN HAK HEWAN DAN JANGAN MENZALIMINYA

Disisi lain, Nabi juga benar-benar mengancam siapa saja yang menelantarkan hewan peliharaannya. Dia tidak memberikan hak hewan tersebut. Tidak diberi makan yang cukup, sehingga kelaparan. Sebagaimana hadis diatas, Nabi marah terhadap tindakan pemuda itu terhadap untanya. "Tidakkah engkau takut kepada Allah dan hewan yang Allah kuasakan kepadamu. Engkau telah membuatnya kelaparan. Engkau telah membuatnya keletihan." Nabi juga bersabda:

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوْتُ

"Cukuplah seseorang dinilai berdosa, tatkala seseorang  melalaikan siapa saja yang menjadi tunggangannya." [H.R. Abu Dawud. Lihat Al Irwa no.894 dan Shahih Abu Dawud]

Bukan perkara yang sepele. Namun sekian banyak manusia menyepelekannya. Tidakkah mereka takut terhadap murka Allah? Tidakkah mereka takut terhadap azab Allah?

Bahkan orang yang menahan hewan dengan sengaja sehingga hewan itu mati, dia akan masuk neraka. Sebagaimana kisah wanita yang masuk neraka, karena dia mengikat seekor kucing hingga dia mati. Dia tidak memberi makanan untuk kucing tersebut. Sehingga tidak  bisa mencari makanan sendiri dari hewan-hewan yang ada di tanah. Nabi bersabda:

دَخَلَتِ امْرَأَةٌ النَّارَ فِيْ هِرَّةٍ رَبَطَتْهَا، وَلاَ هِيَ أَرْسَلَتْهَا تَاْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الأَرْضِ، حَتَّى مَاتَتْ هَزْلًا

"Seorang wanita masuk neraka karena seekor kucing yang ia ikat. Dia tidak memberinya makanan. Tidak pula dilepas sehingga (mencari makan sendiri) dari hewan yang ada di atas tanah. Sampai kucing itu mati." [Muttafaqun 'alaih]

Lalu bagaimana lagi dengan orang yang menzalimi hewan yang dikuasakan padanya. Dia mengikatnya. Menyiksanya atau mengurungnya sehingga hewan itu mati. Memukul dengan pukul yang menyakitkan dengan tujuan menyiksa hewan itu? Sungguh dia berbuat zalim.
Hewan punya hak. Mana kasih sayangnya kepada hewan yang lemah tersebut? Akibatnya, dia mendapatkan balasan yang setimpal di sisi Allah. Benar yang dikatakan oleh Nabi yang artinya,
"Siapa saja yang tidak merahmati, maka dia tidak dirahmati." Bila kita ingin dirahmati dan dikasihi Allah, rahmatilah orang lain dan rahmatilah makhluk-makhluk Allah. Tidak ada balasan kebaikan melainkan kebaikan. Alla berfiman di dalam al Quran:

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

"Tidak ada balasan kebaikan melainkan kebaikan (pula).."[Q.S. Ar Rahman:60]

Termasuk kezaliman terhadap hewan, adalah membebani tugas di luar kemampuannya. Mempekerjakan dengan berlebihan, sehingga keletihan. Seperti hadis di atas, "Tidakkah engkau takut kepada Allah dan hewan yang Allah kuasakan kepadamu. Engkau telah membuatnya kelaparan. Engkau telah membuatnya keletihan."

Memaksakan hewan kerja terus menerus, adalah bagian dari perkara yang haram. Termasuk pula, sengaja menakut-nakuti hewan, menyiksanya tanpa alasan, memisahkan anak dari induknya lalu tidak memberikan hak-hanya, dan hal-hal yang tidak bermanfaat yang lain.

Namun bila hewan tersebut membiat kerusakan, justru yang wajib adalah membunuh hewan tersebutkarena mudarat yang datang darinya. Seperti cicak, tokek, kalajengking, ular, tikus, dan lain sebagainya.

Semakin cepat mati, semakin utama. Sebagaimana Nabi membimbingkan kita tatkala membunuh cicak. Shahabiyah mulia Ummu Syarik berkata:

أَمَرَ بِقَتْلِ الوَزَغِ، وَقَالَ : كَانَ يَنْفُخُ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ

"Bahwa Nabi pernah memerintahkan untuk membunuh cicak karena dahulu meniup api yang dipakai untuk membakar Nabi Ibrahim." [H.R. Bukhari].

Pada riwayat Muslim dari Shahabat Sa'ad bin Abi Waqqash radiyallahu anhu disebutkan:

أَمَرَ بِقَتْلِ الوَزَغِ وَسَمَّاهُ فُوَيْسِقًا

"Nabi memerintahkan untuk emmbunuh cicak. Nabi  menamai dengan hewan yang fasik."

MUKJIZAT NABI

Pada hadis Abu Ja'far di atas, terdapat mukjizat Nabi. Nabi memahami maksud unta tersebut. Tidak ada satu mukjizat yang diberikan Allah kepada seorang Nabi dan Rasul, melainkan Allah berikan mukjizat tersebut untuk Nabi Muhammad.

Bahkan mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi kita, itu lebih agung. Sehingga umat terbanyak adalah ummat Nabi Muhammad. Kalau dahulu Nabi Saleh diberi mukjizat berupa unta, Nabi pun mendapatkan mukjizat berupa unta. Unta mengeluh dan menangis di hadapan Nabi. Nabi mengerti maksud unta tersebut.

Di antara mukjizat nabi, ada pohon kurma berjalan dan sujud di hadapan nabi. Tangan Nabi yang mengeluarkan air. Dan ayat-ayat yang lain yang amat banyak dan sangat jelas. Dan tidak ada yang mengingkari dan menolaknya kecuali orang-orang yang angkuh lagi membangkang.

Ayat atau mukjizat merupakan bagian dari ayat Allah untuk mengokohkan utusan-Nya. Allah tidak mengutus seorang utusan melainkan Allah berikan kepadanya ayat-ayat-Nya, yakni mukjizat, yang menunjukkan kenabiannya. Agar tidak didustakan manusia.

Karena jika dia datang kepada manusia lalu mengaku sebagai utusan Allah, tanpa membawa ayat, mereka tidak membenarkannya. Namun tatkala Allah berikan kepadanya ayat-ayat Allah, menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang jujur dan benar. Mereka adalah utusan Allah.

mukjizat terbesar para Nabi adalah mukjizatnya nabi kita Muhammad. Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata pada kitab Al Bidayah Wa An Nihayah, " Tidak ada satu ayatyang didatangkan oleh Alah untuk para nabi sebelumnya, kecuali nabi kita Muhammad memiliki yang semisal dengannya atau lebih agung darinya."

Tidak ada yang mendapatkan semisal mukjizat nabi Muhammad berupa Al Quran. Nabi diberi wahyu oleh Allah. Beliau berharap agar menjadi Nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat, karena wahyu masih terbaca hingga sekarang.

Beliau berharap agar umatnya menjadi umat yang paling banyak menghuni surga yang penuh dengan kenikmatan. Setiap manusia membaca Al Quran disertai dengan memahami dan melaksanakan kandungannya, maka iman mereka akan bertambah. Ini termasuk ayat-ayat Allah untuk nabi-Nya Muhammad.

Al Quran yang mulia dang agung, tidak ada yang mengingkari dan menolaknya kecuali orang yang sombong. Al Quran yang menjelaskan segala sesuatu. Al Quran sumber ilmu pengetahuan,  bagi siapa saja yang mau menimbanya.

Perkara dunia, agama, dan akhirat telah dibahas oleh al Quran dan sunnah Nabi kita Muhammad. Tinggal bagi kita serius untuk menelaah makna dan kandungannya. Membaca tafsir para ulama. Lautan ilmu yang sangat luas dan dalam. Karena al Quran adalah bagian dari firman Allah, Dzat Yang Menciptakan Alam Semesta ini.

Allah yang berbicara penuh dengan kebenaran dan hikmah yang agung. Semoga Allah menjadikan kita termasuk deretan umat Nabi Muhammad yang akan dimasukkan ke dalam surga Allah yang penuh dengan kenikmatan. Amin, ya rabbal alamain.

Sumber : Majalah Qudwah edisi 66/vol.06 1440H/2019M hal.50 

Memberikan Hak Hewan dan Jangan Menzaliminya