KUMPULAN KATA MUTIARA SALAF
|
Foto : Bunga | Sumber Pixabay |
Al-Ashma'i mengatakan : "Barang siapa tidak mau (bersabar) menanggung kehinaan menuntut ilmu meskipun hanya sesaat, maka dia akan tetap berada dalam hinanya kebodohan untuk selama-lamanya."
- Thobaqotus Syafi'iyyah hal.149
__________
Sufyan bin Uyainah mengatakan:
"Orang yang berakal bukanlah orang yang mengetahui kebaikan dan keburukan. Tiada lain orang yang berakal adalah seseorang yang apabila melihat kebaikan, ia pun mengikutinya. Dan apabila melihat keburukan, ia pun menjauhinya."
- Hilyatul Auliya karya Abu Nuaim (8/339) & Syuabul Iman karya Al Baihaqi (4664).
__________
Nasihat
Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah
Wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasihati kalian, bukan berarti aku orang yang terbaik diantara kalian, bukan pula orang yang paling shalih di antara kalian.Sungguh, akupun telah banyak melampaui batas terhadap diriku.Aku tidak sanggup mengekangnya dengan sempurna, tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam menaati Rabb-nya.
Andaikata seorang muslim tidak memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya menjadi orang yang sempurna, niscaya tidak akan ada para pemberi nasihat.
Akan menjadi sedikit jumlah orang yang mau memberi peringatan dan tidak akan ada orang-orang yang berdakwah di jalan ALLAH ‘Azza wa Jalla, tidak ada yang mengajak untuk mentaati-Nya, tidak pula melarang dari bermaksiat kepada-Nya.
Namun dengan berkumpulnya ulama dan kaum mukminin, sebagian memperingatkan kepada sebagian yang lain, niscaya hati-hati orang-orang yang bertakwa akan hidup dan mendapat peringatan dari kelalaian serta rasa aman dari lupa dan kekhilafan.
Maka terus meneruslah -semoga ALLAH mengampuni kalian- engkau berada pada majelis-majelis dzikir (majelis ilmu), bisa jadi satu kata yang terdengar merendahkan diri kita sangat bermanfaat bagi kita. Bertaqwalah kalian semua kepada ALLAH ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim.”
(Mawai’zh lilImam Al-Hasan Al-Bashri, hal.185)
__________
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
"Harta, jikalau tidak bermanfaat untuk pemiliknya maka pasti akan merugikannya. Demikian halnya dengan ilmu, kekuasaan dan kemampuan. Semua itu jika tidak bermanfaat bagi pemiliknya niscaya akan merugikannya. Karena semua perkara ini adalah sarana untuk sampai kepada berbagai tujuan yang baik atau buruk. Apabila terabaikan untuk menjadi sarana menuju kepada tujuan-tujuan yang baik, maka akan menjadi sarana kepada lawannya (tujuan-tujuan yang buruk).
Manusia yang paling beruntung adalah seseorang yang menjadikannya sebagai sarana menuju ALLAH dan negeri akhirat. Itulah yang bermanfaat untuk kehidupan dunia & akhiratnya. Adapun manusia yang paling merugi adalah siapa saja yang menjadikannya sebagai sarana untuk memuaskan hawa nafsunya, syahwatnya & berbagai tujuan duniawi sehingga dia pun merugi di dunia serta akhirat.
- Uddatus Shabirin 188 karya Ibnul Qayyim rahimahullah ˙
__________
Berkata
Malik bin Dinar رحمه الله :
“Sesungguhnya apabila badan sakit, maka makan,minum, tidur dan istirahat tidak enak baginya. Begitu juga dengan HATI...apabila ia cenderung kepada DUNIA maka nasihat-nasihat tidak lagi berguna baginya.”
- (Shifatush Shafwah : 3/278).
__________
Berkata
Ja’far bin Muhammad kepada Sufyan Ats-Tsauri رحمهما الله:
Tidaklah sempurna perbuatan baik kecuali dengan tiga perkara :
- Segera mengerjakannya [ tanpa menunda-nunda ]
- Menganggapnya sebagai amalan yang kecil [ meskipun amalan yang besar ]
- Menyembunyikannya [dari manusia].”
- [Hilyatul Auliya': 3/198]
__________
Berkata
Yahya bin Mu’adz رحمه الله :
"Wahai manusia... engkau mencari dunia dalam keadaan engkau bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya dan engkau mencari akhirat dalam keadaan seperti orang yang tidak membutuhkannya (malas-malasan).
Padahal dunia sudah mencukupimu walaupun engkau tidak mencarinya. Sedangkan akhirat hanya didapatkan dengan usaha yang sungguh-sungguh dalam mencarinya. Maka pahamilah keadaanmu"
- (Ad-Dunya Zhillun Zail, hal.31)
__________
Berkata
Imam Abu Hatim Muhammad Ibnu Hibban رحمه الله :
“Wajib bagi orang yang berakal untuk senantiasa menetapi (mencari) keselamatan dirinya dengan meninggalkan perbuatan tajassus (mencari-cari aib orang lain), hendaklah ia senantiasa sibuk memperbaiki aibnya sendiri.
Karena sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan aibnya sendiri dan melupakan aib orang lain, maka hatinya akan menjadi tenteram dan tidak akan merasa lelah.
Maka setiap kali dia melihat aib yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa ringan tatkala melihat aib yang serupa ada pada saudaranya.
Sementara orang yang senantiasa sibuk dengan mencari aib orang lain dan melupakan aibnya sendiri, maka hatinya akan buta, badannya akan merasa letih dan akan sulit baginya meninggalkan kejelekan dirinya.”
- (Raudhatul ‘Uqala Wa Nuzhatul Fudhola' hal. 131).
__________
Berkata sahabat
Jabir radhiyallahu‘anhu
“Jika kamu berpuasa maka puasakanlah : pendengaranmu, penglihatan, lisanmu dari dusta dan hal-hal yang diharamkan.
Janganlah menyakiti pembantu/ pelayanmu dan hendaknya kamu bersikap tenang pada hari puasamu.
Jangan kamu samakan hari puasamu dan hari berbukamu.”
- Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 3/3.
__________
Imam Syafi'i rahimahullah berkata :
“Tidak mungkin menuntut ilmu orang yang mudah bosan dan merasa puas jiwanya lantas ia berhasil meraih keberuntungan.
Akan tetapi seseorang yang menuntut ilmu dengan kerendahan jiwa, kesempitan hidup, dan berkhidmat untuk ilmu maka dialah yang akan beruntung.”
- (Tadribur Rawi 2/584)
__________
Berkata
Ibnu Rajab :
"Dahulu para salaf jika hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka merekapun menasehatinya secara rahasia. Sampai-sampai sebagian mereka mengatakan;
"Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yang menasehatinya di hadapan orang banyak maka tiada lain dia telah mempermalukannya."
Al-Fudhail bin 'Iyadh mengatakan, :
"Seorang mukmin akan menutupi aib saudaranya dan menasihatinya. Adapun orang yang jahat akan membongkar aibnya dan mempermalukannya."
- Kedua kutipan di atas (Ibn Rajab dan Fudhail) dari Jamiul 'Ulum wal Hikam karya Ibnu Rajab 77.
__________
Berkata
Al Hafizh Ibnu Rojab رحمه الله :
“Sesungguhnya Alloh apabila menerima amalan seorang hamba , maka Alloh akan memberikan kemampuan kepadanya untuk melakukan amal shalih lagi setelahnya."
Sebagaimana ucapan sebagian salaf:
"Ganjaran kebaikan adalah kebaikan lagi setelahnya, barangsiapa yang melakukan suatu kebaikan kemudian ia ikutkan kebaikan tersebut dengan kebaikan yang lain maka itu adalah tanda diterimanya amal kebaikan dia yang sebelumnya, begitupula orang yang melakukan kebaikan kemudian ia ikutkan kebaikan tersebut dengan kejelekan, maka itu adalah tanda ditolaknya kebaikan dan amalan yang tidak diterima".
- Sumber : (Lathooif Al-Ma’aarif: 244)
__________
Berkata
Umar bin al-Khatthab radhiyallahu anhu
Kalaulah bukan karena tiga hal, tentu aku lebih suka menghadap Allah ta'ala (meninggal). Tiga hal itu adalah:
- Sekiranya aku tidak dapat berjalan menempuh jihad di jalan Allah
- Meletakkan keningku bersujud kepada Allah di atas tanah
- Atau duduk bersama orang-orang yang memetik ucapan-ucapan yang baik sebagaimana dipetiknya buah-buahan yang lezat.
- Sumber : Minhajus Sunnah karya Ibnu Taimiyah 6/75
__________
Berkata Ibnu Baththah rahimahullah :
Ketahuilah wahai saudara-saudaraku sesungguhnya aku telah memikirkan tentang sebab yang bisa mengeluarkan orang dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Mendorong mereka terjatuh ke dalam bid’ah dan keburukan, membuka pintu malapetaka atas kalbu-kalbu mereka, dan menjadi penghalang cahaya kebenaran dari pandangan mereka. Maka aku mendapatkan bahwa semua itu disebabkan karena 2 perkara :
Yang pertama adalah membahas, mencari dan banyak bertanya tentang perkara yang tidak penting (bermanfaat), tidak berdampak buruk bagi orang berakal yang tidak mengetahuinya, dan tidak pula bermanfaat bagi pemahaman seorang mukmin.
Yang kedua adalah bermajelis dengan orang yang tidak aman dari fitnahnya dan menyebabkan rusaknya hati jika berteman dengannya.
Sumber : al-Ibanah al-Kubra karya Ibnu Baththah 1/390
__________
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
“Berkatalah Rasul, ‘Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran ini sebagai sesuatu yang diabaikan” (QS. Al-Furqon: 30).
Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa Hajr terhadap al-Qur'an (meninggalkan dan mengabaikan al-Qur'an) ada beberapa jenis yaitu sebagai berikut :
- Tidak mau mendengarkan, mengimani dan memperhatikan al-Qur'an.
- Tidak mau mengamalkan al-Qur'an, tidak menghalalkan apa yang dihalalkannya, dan tidak mengharamkan apa yang diharamkannya meskipun dia membaca dan mengimaninya.
- Tidak menjadikan al-Qur'an sebagai hakim (landasan hukum) dalam berbagai urusan agama.
- Tidak berupaya menghayati dan memahami makna-makna yang terkandung dalam al-Qur'an
- Sumber : al-Fawaid karya Ibnul Qayyim 1/82
__________
Apakah banyak bicara itu pintar, perhatikan
ucapan Salaf berikut :
"Sungguh begitu banyak manusia dari generasi akhir yang terfitnah dengan hal ini
yaitu bahwa siapa saja yang banyak bicara, berjidal dan berdebat dalam berbagai urusan agama, berarti dia lebih berilmu daripada orang yang karakternya tidak demikian. Ini tiada lain merupakan suatu kebodohan.
Lihatlah pembesar para shahabat dan ulamanya mereka seperti Abu Bakr, Umar, Ali, Muadz, Ibnu Masud, Zaid bin Tsabit, bagaimana kondisi mereka:question:
Ucapan mereka lebih sedikit daripada Ibnu Abbas namun mereka lebih berilmu daripada beliau.
Begitu pula ucapan para tabiin lebih banyak daripada ucapan shahabat namun para shahabat lebih berilmu daripada mereka.
Demikian halnya tabi'ut tabiin, ucapan mereka lebih banyak daripada ulama tabi'in namun demikian para tabi'in lebih berilmu daripada mereka.
Ilmu tidaklah ditimbang dengan banyaknya riwayat dan ucapan.
Akan tetapi ilmu adalah cahaya yang diberikan kepada kalbu seorang hamba.
Dengannya hamba tersebut bisa memahami dan membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
Ia mampu mengutarakan kebenaran tersebut dengan berbagai ungkapan yang ringkas namun bisa menghasilkan tujuan yang diinginkan.
- Sumber : Fadhlu 'Ilmis Salaf 'alal Kholaf karya Ibnu Rajab 5
__________
Al-Ashma'i mengatakan :
"Barang siapa tidak mau (bersabar) menanggung kehinaan menuntut ilmu meskipun hanya sesaat, maka dia akan tetap berada dalam hinanya kebodohan untuk selama-lamanya."
- Thobaqotus Syafi'iyyah hal.149
__________
Diriwayatkan dari Ibnu Aun dari Ibnu Sirin bahwa beliau berkata,
"Mereka (para shahabat) membenci tidur ketika imam sedang berkhutbah.
Mereka mencelanya dengan celaan yang keras." Ibnu Aun berkisah, "Kemudian setelahnya aku bertemu lagi dengan Ibnu Sirin. Beliau pun bertanya,
'Tahukah kamu apa komentar para shahabat tentang perbuatan tersebut? Para shahabat menyatakan bahwa para pelakunya seperti sebuah pasukan perang yang gagal (tidak mendapatkan ghanimah sama sekali)."
- Sumber : Tafsir Al-Qurthubi 18/117.
__________
Abul Hasan al-Jauzajani pernah ditanya, "Bagaimana caranya merealisasikan Sunnah?"
Beliau menyatakan, "Hal itu akan terwujud dengan :
- Menjauhi bid'ah
- Mengikuti apa yang telah disepakati oleh ulama generasi awal umat ini
- Menjauhi ahli kalam dan majlis-majlis mereka
- Al-'Itishom 1/92 karya asy-Syathibi
__________
Berkata Hatim al-Ashom rahimahullahu ta'ala,
"Janganlah engkau sekali kali merasa takut terhadap kefakiran. Sesungguhnya Allah tidaklah menakutimu dengan kefakiran namun Allah menakutimu [ mengancammu ] dengan api neraka."
Sumber : al-Fawaid wal Akhbar 152
__________
Berkata al-Hafidz ibnu Al-Jauzi rahimahullahu ta'ala
"Barangsiapa ingin amalannya tidak terputus setelah kematiannya, maka hendaklah ia menyebarkan ilmu."
- Sumber : Tadzkiroh fi wa'dz 55
==========
Dikompilasi dari Channel Telegram : https://bit.ly/KajianIslamTemanggung