🔥 KOMUNISME DAN LIBERALISME
📄 Buletin Al-Faidah Edisi 71
📂 Vol. 2 | Tahun-5 | 1440 H
🖋 Penyusun: Tim Buletin Al-Faidah
LIBERALISME
Bermula dari prinsip 'laissez faire-laissez passer' yang secara harfiah berarti 'biarkan terjadi-biarkan lewat', ideologi liberalisme yang mulai berkembang sejak abad ke-18 Masehi, mengajarkan doktrin bahwa pada dasarnya manusia sama sekali tidak jahat dan sejarah umat manusia disimpulkan sebagai sejarah kemajuan menuju suatu tatanan rasional dalam kehidupan, dengan didorong rasionalisme yang menyatakan bahwa rasio (akal) manusia dapat menerangkan segala hal di dunia ini secara komprehensif dan tuntas, sehingga tuntunan spiritual dari lembaga agama apapun tidak lagi diperlukan.
Dari ideologi liberalisme ini lahirlah paham sekularisme yang merupakan karya orang-orang Yahudi, meskipun pada mulanya bertujuan untuk menghancurkan pengaruh gereja di Eropa tapi pada akhirnya berusaha menghancurkan umat beragama lainnya tak terkecuali umat Islam.
Paham sekularisme disebarluaskan ke negeri-negeri kaum muslimin lewat literatur dan sarjana-sarjana muslim lulusan universitas-universitas barat.
Di Indonesia sendiri, yang dianggap sebagai pencetus liberalisme dan sekularisme adalah seorang tokoh bernama Nurcholis Madjid. Ketika menyampaikan orasi pada tanggal 3 Januari 1970, dia mengumandangkan gagasan sekularisasi dan liberalisasi. Pada tahun 1992, kedua kalinya Nurcholis Madjid melakukan orasi kebudayaan melalui forum Taman Ismail Marzuki. Ketika itulah lahir pemikiran mengenai pluralisme yang ditandai dengan gejala lahirnya spiritualisme melawan agama terlembaga.
Berkembangnya liberalisasi pemikiran, baru nampak kemudian pada awal abad ke-21, dengan lahirnya kelompok ”Jaringan Islam Liberal” yang digagas oleh Luthfi Assyaukanie, walaupun yang menonjol adalah Ulil Abshar-Abdalla.
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah سبحانه و تعالى, Hakikat dari liberalisme adalah berlepas dari keterikatan dengan ajaran agama. Prinsip ini memberi manusia hak untuk meyakini apa saja yang dia maukan serta mengumumkannya dan negara wajib memberikan jaminan hak ini kepada penduduknya.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang liberalis Indonesia bernama Budhy Munawar Rachman dalam bukunya berjudul “Argumen Islam untuk Liberalisme” hal. 4, atau di bukunya yang lain berjudul “Islam dan Liberalisme” hal. 3, dia mengatakan: 'Liberalisme merupakan paham kebebasan, artinya manusia memiliki kebebasan atau kalau kita lihat dengan perspektif filosofis, merupakan tata pemikiran yang landasan pemikirannya adalah manusia yang bebas. Bebas, karena manusia mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan.' Lebih lanjut dia menegaskan: 'Salah satu agenda liberalisme adalah mengandalkan rasio dan kesadaran sosial para individu untuk menunaikan kewajiban-kewajibannya. Selain itu, ia juga mengandalkan pembangunan mandiri masyarakat tanpa intervensi yang berlebihan dari negara.'
Dengan demikian, kebertumpuan kepada akal serta keterlepasan dari nilai-nilai agama dan akhlak mulia menjadi ciri khas paham liberalisme. Sebab, akal liberalis adalah akal yang tidak beriman melainkan kepada sesuatu yang tampak saja, bukan yang ghaib.
Tak heran, produk-produk yang lahir dari ideologi filsafat liberalisme seperti kapitalisme, sekularisme, dan pluralisme, semuanya berorientasi pada penuhanan akal. Padahal shahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه pernah mengatakan:
لَوْ كَانَ الدِّيْنُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلاَهُ، وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ
“Kalau seandainya agama ini dibangun di atas akal, maka mengusap bagian bawah khuf tentu lebih utama daripada mengusap bagian atasnya, dan sungguh aku melihat Rasulullah n mengusap bagian atas kedua khuf beliau (bukan bagian bawahnya).” [H.R. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ad-Daruquthni, dan Al-Baihaqi]
KOMUNISME
Menurut asal-usulnya, komunisme merupakan buah dari akar pemikiran yang digulirkan oleh seorang Yahudi berkebangsaan Jerman bernama Karl Marx (1818–1883 M) yang dibantu oleh temannya yang bernama Friedriech Engels (1820–1895 M). Ideologi komunis yang melahirkan sosialisme ini muncul dalam praktek nyata pada abad ke-19 sebagai anti-thesis (baca: penentangan) terhadap kapitalisme yang dianggap menimbulkan keserakahan kalangan atas (borjuis) sehingga menyengsarakan rakyat kalangan bawah (proletar).
Sejarah mencatat, bahwa dengan dalih menentang penindasan kaum borjuis, kaum komunis telah melakukan pemberontakan/kudeta di banyak negara. Selama 74 tahun (1917-1991) komunisme pernah berkuasa di 28 negara. Pada awalnya komunisme dianggap aliran 'baik' yang ingin mensejajarkan kelas di masyarakat tanpa ketimpangan. Tapi kemudian, Allah سبحانه و تعالى nampakkan hakikat jatidiri komunis yang ekstrim, kejam dan menakutkan karena mayoritas dijalankan oleh pemimpin diktator berdarah dingin. Pembunuhan, kekejaman fisik, adu domba, pembantaian merupakan hal yang wajar bagi mereka untuk mewujudkan paham komunis.
Di Indonesia, komunis tercatat melakukan percobaan kudeta berdarah (pemberontakan) sebanyak tiga kali (1926, 1948, dan 1965), Walhamdulillah ketiga-tiganya gagal.
Akan tetapi, potensi ancaman kebangkitan komunis di Indonesia masih terus ada. Bangsa Indonesia, khususnya umat Islam, harus mewaspadai gerakan komunis abad ke-21 yaitu komunis gaya baru (disingkat KGB). Beberapa karakteristik KGB, yang membedakannya dengan komunis gaya lama, adalah menggunakan pendekatan strategis Soft Power melalui seluruh sendi kehidupan, kendaraan politik boleh dengan partai apa saja tapi nuansa sosialis dan komunis berkembang di dalamnya, tidak lagi anti agama tapi agama dianggap sebagai instrumen kelembagaan dan dibutuhkan sebagai tahap peralihan menuju komunisme untuk selanjutnya mencengkeramkan kuku-kuku komunisme lebih dalam lagi yang pada akhirnya sampai pada tahap pemusnahan agama sama sekali.
Maka, komunisme tetaplah komunisme, apapun nama dan bentuknya tetap menjadi ancaman bagi umat Islam. Ibarat musang berbulu ayam atau serigala berbulu domba, mereka lebih berbahaya dibanding pemangsa lainnya.
Liberalisme dan komunisme merupakan hasil karya orang-orang kafir Yahudi. Meskipun secara teori kedua ideologi tersebut nampak saling bertolak belakang, namun keduanya sama-sama bertentangan dengan syariat Islam yang suci dan mulia, dan keduanya sama-sama berbahaya bagi masa depan Indonesia dan kaum muslimin khususnya. Sehingga wajib bagi umat Islam untuk meningkatkan kewaspadaan darinya, jika tidak ingin musibah menimpa negeri Indonesia tercinta ini.
Allah سبحانه و تعالى berfirman:
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ
"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Ma’idah: 49)
Pembaca yang semoga dirahmati Allah سبحانه و تعالى. Sudah saatnya kaum muslimin membentengi dirinya dan generasi muda, dengan kembali kepada Islam, mempelajari dan memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan dijalankan oleh para shahabat dan generasi awal umat ini.
Kita memohon kepada Allah سبحانه و تعالى semoga dilindungi dari makar kaum liberalis dan kaum komunis, dan semoga Allah سبحانه و تعالى menjauhkan umat Islam dari paham-paham dan ideologi yang menyesatkan.
و صلّى الله على نبيّنا محمّد و على آله و صحبه و سلّم و الحمد لله ربّ العا لمين
Sumber:
- Website Resmi Majalah Asy-Syari'ah
- Website Anti Terorisme
- Al-Mausu’ah Al-Muyassarah Fil Adyan wal Madzahib wal Ahzab Al-Mu’ashirah
⏳ Selesai Walhamdulillah.
Sumber : https://t.me/buletinalfaidah