Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kesalahan-kesalahan di masa virus corona (covid 19)

5 tahun yang lalu
baca 17 menit

KESALAHAN-KESALAHAN DI MASA COVID 19

Ditulis oleh :
Al-Ustadz Muhammad Afifuddin حفظه الله تعالى

nasihat kesalahan selama covid 19
Kesalahan-kesalahan di Masa Virus Corona (Covid 19)

Bismillah. Sengaja kita menulis tentang kesalahan-kesalahan yang terjadi di masa pandemi covid 19 supaya bisa diambil ibrohnya lalu ditinggalkan karena Allah dan menggantinya dengan kebaikan dan perbaikan serta hal-hal  yang benar lagi bermaslahat.

1. Menganggap remeh dan mengentengkan pandemi covid 19 dengan beragam stetmen dan tindakan yang bisa membahayakan dirinya atau orang lain, akan disebutkan diantaranya dalam poin-poin  berikutnya.

2. Terlalu berlebihan dalam menyikapi pandemi covid 19 sampai shock, depresi, ketakutan yang sangat, ada yg sampai stroke, kena jantung, darah tinggi dan tidak bisa aktifitas sama sekali.

3. Menyakini bahwa covid 19 yang mematikan korban.
Ini adalah aqidah yg rusak karena meyakini ada yg mematikan dan menghidupkan selain Allah, juga secara riil korban covid 19 beragam kondisi, ada yang mati, ada yg masih berjibaku dalam sakit, ada yg sembuh. Semua itu dengan taqdir Allah.
Yang benar adalah bahwa covid 19 salah satu virus yg bisa menyebabkan kematian dengan taqdir Allah. Jangan meremehkan,  namun jangan pula memiliki aqidah yang rusak.

4. Tidak menghiraukan bahkan terkesan menentang himbauan-himbauan pemerintah terkait covid 19, seperti : himbauan sholat 5 waktu dirumah, jum'atan diganti dhuhur 4 rokaat di rumah, sholat taraweh di rumah, sholat ied di rumah tanpa khotbah, menghindari kerumunan baik dalam moment olah raga, keagamaan, pengajian, pernikahan, takziyah, pemakaman jenazah dll  yang sudah diedarkan pemerintah pusat maupun daerah terutama tuk wilayah-wilayah zona merah.

Padahal himbauan-himbauan tersebut :
a. Sesuai dengan fatawa kibar ulama.
b. Datang dari pemerintah yg mana muslimin diperintah tuk patuh dan taat.
c. Tuk kemaslahatan bersama dan perbaikan bersama.
d. Upaya pencegahan dan ikhtiyar mubah bahkan syar'i dalam memutus mata rantai covid 19.

Oknum atau pihak yang tidak menghiraukan bahkan terkesan menentang himbauan pemerintah sengaja atau tidak telah melakukan tindakan-tindakan  yang tercela :
a. Mengancam keselamatan diri bahkan nyawanya.
b. Membahayakan orang lain dengan tindakannya.
c. Tidak adanya kepatuhan dan ketaatan kepada penguasa muslim, ini merupakan kerusakan aqidah menyerupai faham khowarij dan link-linknya.
d. Menyelisihi bimbingan ulama kibar dalam NAWAZIL, ini adalah tanda penyimpangan.

5. Optimisme tinggi dan berfikir positif yang berujung kepada :

a. Sikap meremehkan dan menyepelekan pandemi covid 19.
b. Tidak ada usaha PHBS dan CTPS pada diri dan keluarganya.
c. Tidak mengindahkan imbauan-imbauan pemerintah bahkan cenderung menyelisihi dan menentang.
d. Bahkan melakukan dengan sengaja(nekat) atau kelalaian akut hal-hal yang membahayakan diri dan lingkungannya, seperti : membuat kerumunan dan semisalnya.
e. Bahkan menganggap tidak ada pandemi covid 19 dan meyakininya sebagai sebuah makar atau strategi perang atau politik atau strategi ekonomi dll dari pihak-pihak  tertentu.

Adapun optimisme dan berfikir positif yang disertai dengan :
a. Rasa tawakkal yang tinggi kepada Allah semata.
b. Berdo'a dan ta'awwudz kepada Allah dari pandemi dan ragam penyakit.
c. Ikhtiyar maksimal secara syar'i dan mubah sesuai arahan medis dan pemerintah.
d. Meningkatkan kewaspadaan terhadap covid 19.
e. Memberi sumbangsih yg dia mampu tuk masyarakatnya baik itu edukasi-edukasi atau bantuan sosial.
f. Lebih menyemangati diri tuk melakukan yang syar'i atau hal-hal positif dan mensuport lingkungannya tuk berbuat yang sama,
maka sikap seperti ini yang seharusnya ditunjukkan oleh setiap muslim dan semua lapisan anak bangsa dalam menghadapi covid 19.

6. Menyibukkan diri dengan berita tentang covid 19 yang berefek :
a. Mencari info dari sumber-sumber yang tidak jelas atau tidak bertanggung jawab.
b. Semakin membuat dirinya shock, depresi dan ketakutan yan berlebih.
c. Pudarnya semangat tawakkal kepada Allah dan tidak ada selera berikhtiyar syar'i atau mubah sesuai arahan medis dan pemerintah.
d. Tidak ada semangat hidup, pasrah untuk mati, hilang selera makan dll.

Namun bila sibuk terkait covid 19 yang membawa kemaslahatan diri dan lingkungan, seperti :
a. Mengambil info-info dari  sumber resmi pemerintah atau sumber-sumber yang  dapat dipertanggung jawabkan.
b. Yang dengan itu maklumat dan gambaran tentang covid 19 semakin jelas baginya.
c. Lalu dia bergerak dengan segenap kemampuannya untuk :
➡️1. Waspada akan bahaya covid 19.
➡️2. Semakin patuh dan taat dengan imbauan pemerintah.
➡️3. Memberi arahan2-arahan kepada keluarga dan masyarakatnya terkait covid 19 sesuai arahan ulama, medis dan pemerintah.
➡️4. Peka terhadap kondisi masyarakatnya sehingga dia memberi sumbangsih dg edukasi-edukasi dan dana sosial.
➡️5. Dan hal-hal  lain yang positif.

Maka kesibukan tersebut termasuk dalam ta'awun alal birri wat taqwa dan bernilai dakwah dan ibadah.

7. Berdebat sengit terkait covid 19, membuat polemik dan perseteruan yang berakibat saling memusuhi, bertikai, saling caci, saling menyalahkan, rusak tali persaudaraan dan hal-hal negatif lainnya.

Padahal di masa pandemi seperti ini semua pihak seyogyanya bersepakat :
a. Pandemi covid 19 sangat berbahaya dan bisa membawa kepada kematian dengan taqdir Allah.
b. Semua pihak harus PHBS dan CTPS, dimulai dari diri sendiri lalu keluarga inti dan kemudian masyarakat.
c. Semua pihak semestinya mematuhi arahan-arahan ulama, pemerintah dan medis terkait covid 19, untuk kemaslahatan bersama.
d. Bersinergi dengan kemampuan masing-masing untuk peduli sesama di masa pandemi ini, yang kaya mengambil kesempatan untuk berinfaq dan bershodaqoh, tim medis berjibaku menangani korban-korban covid 19, para muballigh memberi edukasi dan bimbingan syar'i dan masyarakat mematuhi arahan, semua itu adalah tugas dan amalan mulia di masa-masa seperti ini.

Waffaqol jamii' limaa yuhibbu wa yardhoo.

8. Terlena dengan kondisi sebagian masyarakat atau pihak yang masih sering keluar rumah, masih berkerumun dan lainnya yang berujung kepada tindakan menyepelekan bahaya covid 19 :

a. Keluar rumah tanpa masker.
b. Tidak perhatian dengan  PHBS dan CTPS.
c. Sering berkerumun di cafe atau warung-warung.
d. Berkerumun di pojok-pojok  kampung atau ujung-ujung  gang.
e. Berkerumun  bahkan berdesakan di pasar-pasar tradisional atau modern.
f. Nekat melakukan acara-acara yang mendatangkan kerumunan orang baik itu pernikahan atau semisal.
g. Nekat keluar masuk wilayah-wilayah zona merah walau mungkin niatannya baik.

Padahal kalau kita cermati orang-orang yang ada di luaran sana kondisi mereka beragam :

a. Ada yang sedang mengerjakan tugas mulia terkait covid 19, seperti :

1. Para tenaga medis yang terus berjibaku menangani korban covid 19, mereka dengan tulus berjuang mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, meninggalkan keluarga dalam waktu yang cukup lama, bahkan mengorbankan nyawa.

Mereka ini adalah para pahlawan tanpa tanda jasa di masa pandemi covid 19. Semoga Allah memberi ketabahan, kesabaran dan pahala besar kepada mereka yang ikhlas dalam berjuang di masa covid 19.

2. TNI/POLRI  yang juga tidak kalah sibuknya mengatur masyarakat dan mengayomi mereka, baik di jalan raya, di rumah sakit rujukan covid 19, mengawal para medis yang menangani korban dan tugas mulia lainnya.

3. Petugas yang membawa jenazah covid 19 dan yang memakamkannya.
Mereka juga bertaruh nyawa untuk mengurusi tugas mulia ini, karena bukan jenazah biasa dan tidak semua mau melakukannya.
Dan pihak-pihak lain yang tidak disebutkan disini yang punya tugas mulia dimasa covid 19.

b. Orang-orang pemerintahan yang kadang harus keluar rumah untuk menangani ragam problem masyarakat terkait covid 19, musyawarah, koordinasi dan lainnya dengan tetap memperhatikan protokoler covid 19.
Mereka semua adalah orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya.
Harus disuport dan didoakan dengan kebaikan.

c. Orang-orang yang terpaksa harus keluar rumah untuk hajat mendesak pribadi dan atau keluarganya dengan tetap memperhatikan protokoler covid 19.

d. Atau oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang tidak mengindahkan imbauan pemerintah dan protokoler covid 19.
Mereka ini pihak yg harus diarahkan dan banyak diberi pengertian tentang bahaya covid 19 bukan dijadikan sebagai hujjah untuk ditiru dan dicontoh.

KALAU KITA TIDAK BISA MEMBERI ANDIL DAN SUMBANGSIH TUK MUSIBAH COVID 19 SEPERTI PARA PAHLAWAN DIATAS MAKA PALING TIDAK JANGAN MENJADI OKNUM ATAU PIHAK YG MEMBAHAYAKAN DIRI DAN ORANG LAIN.

9. Melemparkan masalah-masalah ilmiyyah untuk dijadikan syubhat yang berujung kepada meremehkan bahaya covid 19 dan melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan diri dan orang lain, seperti :

a. Tidak jujur dalam menyampaikan riwayat perjalanan saat menjalani pemeriksaan.

b. Masih nekat keluar masuk wilayah-wilayah zona merah.

c. Melanggar imbauan pemerintah yang memberlakukan PSBB dibeberapa daerah.

d. Ketika statusnya ODP atau PDP yang seharusnya isolasi justru nekat keluar rumah, atau tidak mau dirawat ditempat karantina bahkan kabur atau pulang kampung.

e. Bahkan ketika statusnya sudah positif covid 19 yang harus diisolasi ketat dia justru kabur pulang kampung, atau masih keluar rumah interaksi dengan banyak pihak.
Padahal tindakan nekat yg dia lakukan sangat berdampak negatif bagi banyak pihak dan masyarakatnya, seperti :

a. Membuat orang-orang, masyarakat bahkan tenaga medis yang sangat diperlukan tenaganya untuk menangani covid 19 menjadi ODP atau PDP bahkan positif COVID 19.

b. Membuat sebuah wilayah yang tadinya zona aman menjadi zona kuning bahkan zona merah, berakibat aktifitas masyarakat dalam hal ibadah, ekonomi dll terganggu bahkan terhenti.

c. Memperpanjang dan memperluas penyebaran covid 19 di tengah masyarakat atau sebuah bangsa yang membuat banyak pihak semakin panik dan kondisi semakin runyam.

Di antara masalah ilmiyyah yang dijadikan syubhat adalah :

A. TIDAK ADA PENYAKIT MENULAR, JANGAN TAKUT DENGAN CORONA, KALAU WAKTUNYA SAKIT ATAU MATI PASTI MATI JUGA TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN CORONA.

Jawabannya:
1. Di dalam prinsip islam memang tidak ada penyakit yang menular dengan sendirinya semua dengan taqdir Allah semata.
Dalam hadits :

~{ لا عدوى }~

"Tidak ada penyakit menular".

2. Sesuatu yang wajib diyakini dalam islam adalah bahwa semua yang Allah taqdirkan ada sebabnya dan secara syar'i kita diperintah untuk menjalankan sebab.
Dalam hadits :

~{ فرّ من المجذوم فرارك من الاسد }~

"Larilah kamu dari orang yg kena lepra seperti engkau lari dari singa".

3. Pemahaman yang benar adalah taqdir kita imani, prinsip bahwa tidak ada penyakit menular dengan sendirinya kita yakini dan bimbingan syar'i untuk menjauh dari penyakit bahkan wabah dan orang-orang yang menjadi korban wajib kita laksanakan.

4. Upaya-upaya yang dilakukan ulama dan pemerintah serta para medis dalam menangani civid 19 bukan menentang taqdir namun justru bentuk iman kepada taqdir dan sekaligus mengamalkan bimbingan islam dalam menjalankan sebab syar'i atau mubah.
Bahasa sahabat umar  رضي الله عنه :

"Kita lari dari taqdir Allah menuju taqdir Allah yang lain".

B. KENAPA AKTIFITAS KEBAIKAN SEPERTI : DAKWAH, PENGAJIAN ATAU IBADAH SEPERTI : JAMA'AH 5 WAKTU DAN JUM'ATAN DILARANG KARENA CORONA ? BUKANKAH PANDEMI SEPERTI INI DIHILANGAKAN DENGAN BANYAK IBADAH KEPADA ALLAH ?!

Jawabannya :
1. Setiap musibah besar atau fenomena mengerikan yang terjadi berbeda-beda dalam menanganinya sesuai dengan sebab dan kondisinya :

a. Kalau yang terjadi adalah semisal tsunami, gempa, gunung meletus, banjir bandang dan semisal maka diantara solusinya adalah memakmurkan tempat-tempat ibadah dengan kegiatan-kegiatan dan amal sholih sesuai syariat.

b. Kalau yang terjadi adalah pandemi pada binatang semisal : flu burung, mars pada onta dan tidak bermutasi pada manusia maka di antara solusinya adalah penanganan khusus terkait hewan tersebut dan sebagai manusia harus waspada dan ikhtiyar. Kegiatan ibadah dan ekonomi normal saja.

c. Tapi kalau yang terjadi adalah pandemi pada binatang yang bermutasi kepada manusia atau pandemi pada manusia itu sendiri seperti kasus covid 19 yang dampaknya sudah mendunia maka diantara solusinya adalah dengan MEMUTUS MATA RANTAI COVID 19.

Upaya-upaya dunia dan imbauan-imbauan dunia terkhusus ulama dan pemerintah serta para medis adalah langkah syar'i dan mubah dalam menangani covid 19, diantaranya adalah melarang adanya kerumunan baik ditempat ibadah, tempat wisata atau yang lain termasuk larangan jama'ah dan jum'atan bagi umat islam.

2.kasus pandemi seperti ini bukan kali pertama dalam sejarah dunia dan secara khusus sejarah islam, sudah terjadi sebelumnya ragam pandemi yang merenggut nyawa jutaan manusia.

Kalau membaca litelatur-literatur  yang ada kita temukan kenyataan yang sama atau lebih dahsyat di antaranya adalah penutupan tempat-tempat ibadah dalam kurun waktu yang lama, diberlakukannya PSBB bahkan lockdown.

3. Dalam fiqh islam dan ini merupakan fatwa Ulama-ulama besar sekarang bahwa dalam kondisi pandemi covid 19 saat ini :

a. Ada udzur tidak berjama'ah sholat 5 waktu dimasjid.
b. Ada udzur tidak jum'atan dan diganti dhuhur 4 rokaat dirumah.
c. Ada udzur tidak taraweh di masjid.
d. Ada udzur tidak ada sholat ied di lapangan dan dikerjakan di rumah pada waktunya dengan tata cara yang sama namun tanpa khotbah.
e. Bahkan ketika kondisinya sangat membahayakan bukan saja ada udzur namun sampai pada tingkatan DILARANG jama'ah dan jum'atan.

Jangankan di masjid-masjid muslimin secara umum larangan ini diberlakukan di masjid-masjid tanah suci makkah dan madinah, adanya ketentuan ketat untuk masjid haromain bahkan tidak ada thowaf di depan ka'bah, ada aturan ketat dalam thowaf.

4. Umat islam masih mungkin ibadah, taubat dan mendekatkan diri kepada Allah di rumah-rumah mereka tanpa membahayakan diri dan masyarakatnya.

Umat islam masih bisa dakwah dari rumahnya melalui tulisan-tulisan dan media-media yang ada tanpa membahayakan diri dan masyarakatnya.

JANGAN MERASA PALING SHOLIH DAN BERTAQWA DENGAN TINDAKAN YANG JUSTRU MEMBAHAYAKAN DIRI DAN MASYARAKAT.

IBADAH DAN TAQWA SERTA DAKWAH BUKAN DENGAN PERASAAN DAN AKAL SEMATA.

NAMUN HARUS DENGAN BIMBINGAN ISLAM DAN ARAHAN ULAMA DAN PEMERINTAH.

10. Mengangkat masalah yang diikhtilafkan ulama dan fuqoha sejak zaman dahulu untuk :

a. Menggembosi atau menyelisihi atau menentang kebijakan-kebijakan pemerintah dan ulama masa kini dalam menangani covid 19.

b. Bahkan menghujat pemerintah dan membodohkan ulama.
Merasa dirinya yang paling 'alim dan faqih.

c. Lalu melanggar aturan dan edaran pemerintah dalam pencegahan covid 19.

d. Tetap bandel dan ngeyel dengan apa yang dia pegangi walau sudah banyak jatuh korban dengan taqdir Allah dari pihaknya atau kelompoknya atau orang lain.

Dampaknya sangat nyata jelas negatif, covid 19 menyebar ke banyak daerah bahkan pelosok yang dahulunya zona aman di antara sebabnya adalah adanya tipe-tipe oknum seperti ini.

Masalah yang dimaksud adalah hadits yang berkaitan dengan wabah THO'UN, apakah itu khusus wabah tho'un sebagaimana pendapat banyak fuqoha? ataukah umum baik tho'un maupun wabah semisal secara umum sebagaimana pendapat sebagian ulama dan ini yang diamalkan ulama zaman ini dalam menangani covid 19 ?

Penjelasannya :

1. Kalau sekedar mengkaji masalah ilmiah dan mencari pendapat yang rojih dengan dalil tanpa memunculkan polemik apalagi fitnah dan kegaduhan tidaklah masalah.

Masalahnya adalah bila pendapatnya tidak sama dengan praktik ulama dan umaro saat ini lalu dia melakukan tindakan-tindakan tercela seperti diatas.

2. Terlepas mana yang rojih dari 2 pendapat di atas, ada hal penting yang perlu diperhatikan yaitu :

TIDAK SEMUA PENDAPAT YANG KITA ROJIHKAN DALAM MASALAH KHILAF BISA KITA AMALKAN DI TENGAH MASYARAKAT.

Adakalanya kita mengamalkan pendapat yang kita anggap lemah di tengah masyarakat dalam rangka melembutkan hati mereka atau menjaga persatuan di antara mereka atau untuk meredam fitnah, bahkan hal ini sangat dianjurkan ulama dan termasuk hikmah dalam dakwah.

SELAMA TIDAK MENINGGALKAN YANG WAJIB ATAU MENERJANG YANG HARAM.

Seperti : sholat pakai sandal.
Haditsnya sangat banyak menunjukkan bolehnya bahkan sunnahnya, namun bila kita lakukan akan menimbulkan fitnah maka tidak kita lakukan dalam rangka meredam fitnah.

Sementara masalah covid 19 ini terkait dengan nyawa banyak manusia dan sudah nyata bahayanya serta sudah banyak memakan korban.

Tentu orang yang beriman dan berakal sehat serta bijak akan melaksanakan arahan pemerintah dan bimbingan ulama dalam menangani covid 19 walau dia tidak merojihkan pendapat mereka.

3. Pandemi covid 19 sekarang sudah masuk dalam kerangka NAWAAZIL (masalah besar kontemporer).

Bimbingan islam dalam bab ini adalah kembali kepada ulama besar masa kini dan penguasa, seperti nash al-Quran surat an-nisa ayat : 83.

Apa yang menjadi fatwa dan bimbingan ulama kibar masa kini tentang covid 19 itulah yang dipegang dan diamalkan dengan nash dalil di atas.

Apa yang  menjadi keputusan dan kebijakan pemerintah dalam menangani covid 19 itulah yang menjadi pegangan dan pedoman dalam menangani covid 19 selama bukan perkara yg melanggar syar'i.

4. Dengan ulasan di atas menjadi jelas bahwa sikap hikmah yang benar dalam bimbingan islam adalah

MENJADI WARGA YANG PATUH DAN TAAT KEPADA ULAMA DAN PEMERINTAH DALAM MASALAH COVID 19.

BARANGSIAPA YANG MENJALANINYA DENGAN IKHLAS DAN JUJUR MAKA DIA MENDAPATKAN PAHALA, MENJAGA KEAMANAN DIRI, KELUARGA DAN MASYARAKAT, DAN TIDAK MENJADI SEBAB KEMADHOROTAN BAGI MASYARAKAT DAN BANGSANYA.

1. Sesungguhnya masih banyak kesalahan yang muncul dan terjadi di masa covid 19 baik dari pribadi maupun komunitas.
Kita cukupkan dengan 10 poin. Semoga bisa menjadi acuan untuk bisa menilai yang selainnya.

Intinya semua kesalahan kembali kepada dua hal :

a. Menyepelekan dan meremehkan pandemi covid 19.

b. Ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan terhadap covid 19.

Semoga Allah ta'ala memberi taufiq dan hidayah kepada kita semua ke jalan dan sikap yg benar.

2. Masyarakat dalam menanggapi pandemi covid 19 ada 3 tipe :

a. Masyarakat yang menyepelekan bahaya covid 19.

b. Masyarakat yang terlalu berlebihan dalam menanggapi covid 19.
Masing-masing dari dua jenis di atas secara riil melakukan tindakan-tindakan yang bisa membahayakan diri dan orang lain.

c. Masyarakat yang bijak dalam melihat pandemi covid 19, selalu waspada, mematuhi imbauan ulama dan pemerintah, berikhtiyar secara syar'i dan medis yang mubah.

Semoga Allah memberi taufiq kepada kita untuk bisa bersikap bijak.

3. Sebagai seorang muslim wajib memberi apresiasi terhadap upaya dan usaha pemerintah dalam menangani covid 19.

Bentuknya adalah dengan mematuhi dan mentaati imbauan-imbauan mereka dengan penuh ikhlas, jujur dan  mengharap pahala dari Allah  ta'ala.

4. Para medis yang berjibaku menangani pasien covid 19 adalah pahlawan bangsa masa pandemi ini, kita harus suport mereka, do'akan kebaikan untuk  mereka.

5. Sebagai seorang muslim, ujian covid 19 ini harus disikapi dengan :

a. Sabar dan tabah atas musibah.

b. Banyak taubat dan istighfar dari semua dosa.

c. Perbanyak amal kebajikan dan tinggalkan kemaksiatan terutama saat momen ramadhan.

d. Memberi sumbangsih dan andil positif semampunya.

e. Ikhtiyar secara syar'i dengan ta'awwudz dan doa, dan secara medis dengan PHBS dan CTPS.

Semoga Allah ta'ala segera mengangkat wabah ini dan kita semua bisa aktifitas ibadah lainnya secara normal.

Aamiin yaa mujiibas saailiin. [selesai]


Sumber : https://t.me/MAHADALBAYYINAH