Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kedatangan raja salman, mengapa ada yang sinis ?

8 tahun yang lalu
baca 9 menit

Kedatangan Raja Salman, mengapa ada yang sinis⁉


Datangnya Raja Salman membuat heboh negeri kita. 

Banyak faktornya :
▪ kaitan dengan Al Haramain,
▪ tanah suci Mekah dan Madinah yang berada di wilayah negara beliau ;
▪ keberadaan beliau yang hafal Al Quran di usia 10 tahun ;
▪ besarnya rombongan yang beliau bawa ;
▪ nilai investasi super besar yang akan ditanamkan dalam lawatan beliau kali ini dan berbagai faktor lain yang menghebohkan.

Jadi, baik dari sudut pandang agama dan dunia kedatangan beliau berdampak positif. Disambut gembira oleh kaum muslimin dan juga oleh mereka yang hanya melihat dari sisi dunia dan ekonomi belaka.
Ironisnya, segelintir orang dengan sinis menilai kedatangan beliau ke negeri kita.

Sumber: tukpencarialhaq.com

Ada yang mengusulkan dipasang spanduk penolakan kedatangan beliau karena dianggap mendukung perang di Yaman dan Suriah.

Yang terbaru, ada kiriman via medsos dari seorang kenalan berisi tulisan seorang yang bergelar doctor, isinya meragukan kedatangan Raja Salman membawa manfaat bagi kita.

Sebenarnya ketika melirik apa yang tertera di bawah namanya,  sebagai wakil talqin seorang mursyid tarekat di Suryalaya-sebuah daerah di Tasikmalaya- maka saya langsung paham apa yang mendasari tulisan tersebut.

Memang bukan sesuatu yang mengejutkan kebencian mendalam kaum sufi terhadap kerajaan Saudi Arabia. Adapun nama si penulis begitu pula nama si mursyid tarekat, rasanya terlalu mulia kalau sampai disebutkan disini,. Yang penasaran silahkan browsing di internet.

Keterbatasan ruang dan waktu membuat saya memaparkan beberapa poin saja dari tulisan tersebut. Diantara yang dia sampaikan (saya kutip sebagaimana aslinya):
________________

Kapitalis Saudi tidak melihat umat Islam suatu negara sebagai saudara seagama. Apa yang telah dibuatnya untuk saudara-saudara seagamanya di Mesir, Libya, Palestina, Suriah, Iraq dan Yaman yg berada dalam lingkungan terdekatnya ? Sepanjang tdk mendatangkan keuntungan ekonomi, tak ada tindakan berarti yg dibuatnya untuk saudara-saudara seagamanya itu.
__________________

Demikian cuplikan dari tulisan itu. Sungguh sangat lancang kalau tidak boleh dikatakan sebagai kedustaan yang nyata.

Berikut saya sebutkan secuil dari berbagai kebaikan yang banyak dari negara Saudi Arabia kepada saudara  saudara seiman di berbagai negara.

Sengaja saya kutip sumbernya dari media  media ternama karena saya khawatir kalau saya kutip dari media  media Islam maka akan dituduh sebagai kebohongan atau membela yang sealiran dengannya.

▪ Buat Suriah. Izin tinggal, pendidikan gratis, kesehatan dan pekerjaan bagi 100 ribu pengungsi Suriah. Bantuan dana 700 juta dollar. (sumber : detik.com )

▪ Buat Palestina. 500 juta dollar (sekitar Rp. 6,8 triliun) buat kaum muslimin Palestina. Nominal ini hanya di awal tahun 2016 saja. Tidak termasuk yang sebelum  sebelumnya dan sesudahnya. Bantuan disalurkan melalui UNWRA ( organisasi PBB untuk para pengungsi Palestina). Saudi menjadi donatur terbesar ketiga di lembaga tersebut..(sumber : tempo.co)

▪ Buat Yaman. 10 miliar dollar ( sekitar Rp. 133,4 triliun) untuk membantu renovasi Yaman pasca perang.( sumber : sindonews.com )

Buat Indonesia.
▪ Untuk korban tsunami Aceh : 30 juta dollar (sumber : tempo.co)

Para pembaca rahimakumullah, yang saya kutip disini sekedar secuil dari (kalau boleh saya katakan)  lautan kebaikan negara Arab Saudi. Kalau mau mencoba menulis semuanya, lembar bulletin ini tidak akan mencukupi. Atau mungkin penulis beranggapan semua bantuan itu bermotif ekonomi dibaliknya ? Jika benar, tentu merupakan tuduhan keji yang perlu dibuktikan.

Yang cukup menggelikan, saya coba menelusuri rekam jejak si penulis itu sebagaimana tertuang dalam hasil wawancara si penulis itu dengan seorang wartawan. Dengan bangga dia menceritakan kisah hidupnya. Tersebut di situ dia mengaku pernah menjadi pengikut wahabi sebelum akhirnya mendalami tarekat.

Ternyata dia pernah mendapatkan beasiswa belajar di sebuah institusi pendidikan di Jakarta yang berada di bawah naungan pemerintah Saudi sekaligus mendapat

kucuran dana dari sana. Sampai dia bilang mendapatkan fasilitas belajar yang terbilang mewah dan membuatnya cukup berlimpah uang.

Pengakuan yang bertolak belakang dengan apa yang dia tulis di atas. Apakah dia lupa atau memang kebencian dan iri dengki membuatnya berani berdusta ?. Tapi, yang semodel dengan si penulis ini memang tidak sedikit.

Bahkan ada yang menikmati kuliah sampai S3 di Arab Saudi dengan beasiswa dan berbagai fasilitas lainnya namun sekembalinya ke Indonesia justru memusuhi negara Arab Saudi dan dakwah tauhid.

Ungkapan si penulis :

Kapitalis Saudi tdk melihat umat Islam suatu negara sebagai saudara seagama begitu pula saudara-saudara seagamanya.

Saya khawatir penulis termasuk orang-orang yang beranggapan bahwa pemerintah Saudi adalah wahabi dan wahabi hobi menganggap kafir dan sesat orang lain yang tidak sepaham dengannya.

Kekhawatiran saya diperkuat dengan ungkapan saudara-saudara seagamanya Mengapa penulis menggunakan tanda petik di sini ?

Cukuplah kemurahan hati dan kebaikan pemerintah Arab Saudi, para ulama dan sebagian besar penduduknya sebagai bukti kasih sayang mereka kepada kaum muslimin di seluruh dunia.

Para ulama Saudi sangat berhati-hati dalam memvonis sesat dan ahli neraka kepada orang lain. Maka, di sini saya meminta kepada si penulis bukti yang valid kalau Saudi tidak melihat umat Islam suatu negara sebagai saudara seagama.
Masalah sistem kerajaan dan demokrasi.

Si penulis dengan nada nyinyir dalam tulisan itu mencoba mengkritik dan menyerang Kerajaan Saudi Arabia dan mengaitkannya dengan dilarangnya demokrasi di sana. Pembahasan tentang demokrasi membutuhkan bahasan yang lebih detail dan mendalam.

Namun, di sini yang perlu menjadi pertanyaan mendasar : apakah sistem demokrasi sesuai dengan ajaran Islam ?

Apakah prinsip bahwa semua orang dianggap sama di mata demokrasi sesuai dengan ayat Al Quran yang artinya Tidaklah kami menyamakan antara orang  orang yang beriman dan beramal shalih seperti orang yang berbuat kerusakan di dunia, dan tidaklah kami menyamakan antara orang yang bertakwa dengan orang yang bergelimang maksiat ! ( Terjemah Al Quran surat Shad ayat ke-28 ). Masih banyak ayat  ayat serupa.

Di sisi lain, perlu kita ketahui bersama walaupun negara Saudi Arabia bersistem kerajaan namun dalam pewarisan tahta tidak seperti yang umumnya terjadi di suatu kerajaan bahwa anak pertama dari raja sebelumnya dialah yang menjadi putra mahkota alias penerus tahta. Raja Salman misalnya. Beliau tidak mewarisi dari ayahnya namun dari saudara tirinya.

Begitu pula calon pengganti Raja Salman bukan putra beliau Muhammad bin Salman yang terkenal pintar dan rupawan, justru beliau menunjuk keponakan beliau Muhammad bin Nayef sebagai pengganti jika sewaktu  waktu mangkat.

Yang jelas, di Saudi penunjukan putra mahkota melalui seleksi dewan kerajaan dimana yang menjadi salah satu kriteria utamanya adalah kepiawaian dalam mengurus negara dan menyelesaikan persoalan.

Mungkin faktor inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa Raja Salman ditunjuk sebagai pengganti raja sebelumnya yaitu Raja Abdullah; yaitu beliau terkenal sebagai negosiator dan juru damai dalam menyelesaikan berbagai persoalan rumit. Padahal, jika memandang senioritas dan umur, banyak anggota kerajaan di atas Raja Salman.

Adapun anggapan bahwa sistem kerajaan di Saudi bertujuan untuk memperkaya dan melindungi klan/dinasti Saud bisa terbantahkan dengan berita yang menghebohkan dunia beberapa waktu lalu.

Seorang pangeran kerajaan yang termasuk dinasti Saud dihukum mati karena membunuh orang lain dengan semena - mena. Dunia tersentak, ternyata penegakan hukum Islam di Saudi tidak pandang bulu. Hukum tidak hanya tajam ke bawah tapi juga tajam ke atas.

Masalah Saudi menarik biaya atas visa haji dan umrah

Diantara yang disinggung si penulis tentang kebijakan pemerintah Saudi beberapa waktu lalu untuk memungut bea visa haji dan umrah. Si penulis dengan kejamnya mengungkapkan bahwa Saudi memeras umat Islam dunia.

Mari kita bersikap adil dan jujur. Perlu diketahui bahwa Amerika Serikat dan Cina, dua negara yang disebut  sebut ekonominya lebih kuat dibandingkan Saudi menerapkan juga bea visa masuk.

Adapun Saudi, bea visa dikenakan bagi mereka yang haji dan umrah untuk kedua dan seterusnya. Adapun untuk haji dan umrah yang pertama kali dilakukan seorang muslim : gratis bea visa.

Sisi lain, masalah ini sebenarnya kembali ke kebijakan intern tiap negara. Toh, selama ini selama puluhan tahun umat Islam dari seluruh dunia menikmati berbagai fasilitas selama di Arab Saudi.

Kalaupun pemerintah Saudi mengenakan bea visa masuk haji dan umrah kita husnuzhan kembalinya kepada maslahat umat Islam juga.

Satu contoh saya sebutkan di sini. Sejak puluhan tahun silam Pemerintah Saudi membagikan secara gratis begitu banyak mushaf Al Quran termasuk terjemahannya yang sudah diterjemahkan ke puluhan bahasa di dunia.

Bahkan, sebagian referensi menyebutkan bahwa untuk terjemahan ke bahasa Inggris saja telah tercetak 1,9 miliar eksemplar yang disebarkan ke berbagai belahan dunia yang penduduknya berbahasa Inggris. Terjemahan ke bahasa Cina 1 miliar eksemplar. Belum bahasa  bahasa lain di seluruh dunia. Gratis !!!

Semangat luar biasa mendakwahi umat manusia ke agama Islam yang mulia ini.
Nasihat

Saya nasihatkan kepada si penulis dan orang  orang setipenya dengan firman Allah taala (artinya) : Dan janganlah kebencian kalian pada suatu kaum membuat kalian berlaku tidak adil. Adillah ! karena dia[keadilan] paling dekat dengan takwa..( terjemah surat Al Maidah ayat ke-8 )

Juga dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam (artinya) : "Tidak akan bisa bersyukur kepada Allah seorang yang tidak berterima kasih kepada manusia" (HR. Ahmad dan lainnya, Syaikh al-Albani menganggapnya shahih).

Sebagai bagian dari sikap adil saya katakan bahwa Arab Saudi sebagai suatu negara bukanlah negara yang ma'shum dan bebas dari segala kesalahan. Tidak. Ada kekurangan dan terjadi kesalahan. Namun, bukan berarti kemudian kita menyampaikan kebohongan demi merusak citra negara itu.

Sebagai bentuk sayang kepada sesama muslim, mari kita berusaha menasehati pemerintah Saudi atas kesalahan yang terjadi sebagaimana kita menasehati pemerintah kita jika terjadi kesalahan.

wallahua'lam

Faidah dari Al-ustadz Utsman Hafidzhahullah

Salafy Madiun

Disalin dari channel Telegram
t.me/penuhduniailmu