Bismillah,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh,
Afwan mengganggu waktunya ustadz, ijin bertanya...
Bolehkah belajar ilmu agama kepada selain ahlusunah seperti rodja dan yang lainnya tatkala belum dijumpai pengajian ahlusunah?
Jawaban
Oleh al-Ustadz Abu Fudhail 'Abdurrahman Ibnu 'Umar hafizhahullah
وعليك السلام ورحمة الله وبركاته
Hendaknya seorang muslim belajar agama di sisi ahlusunah yang diketahui keistikamahan dan komitmen mereka dalam berpegang terhadap agama ini. Tidak boleh mengambil ilmu dari orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya, mengajak kepada golongannya dari kalangan hizbiyin (orang-orang yang menyelisihi metode dan sunah Nabi shallallahu alaihi wa sallam).
Disebutkan di dalam muqaddimah shahih Muslim bahwa Muhammad bin Sirin salah seorang tabi'in yang mulia rahimahullah berkata,
إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم
"Sesungguhnya ilmu itu adalah agama, maka perhatikan dari siapa kalian mengambil agama kalian."
Dalam bab mencari ilmu agama, kita harus selektif, tidak semua yang pandai berbicara bisa diambil ilmunya, tolok ukurnya adalah yang sesuai dengan metode Nabi dan para sahabat dalam berdakwah yakni jalannya ahlusunah.
Adapun orang-orang yang bukan dari ahlusunah maka tidak diambil ilmu agama dari mereka, karena mereka akan memasukkan racun secara perlahan-lahan ke pikiran kita tanpa kita rasakan. Syekh Rabi' hafizhahullah berkata,
لا تستمع لأشرطة الحزبيين، ولا فيها فائدة، استفد من كتاب الله ومن سنة رسول الله عليه الصلاة والسلام لأن هؤلاء يدسون سمومهم بحيث لا ينتبه لها إلا الفطناء وأما المساكين من طلاب العلم الصغار ومن العوام فإن هذه السموم المدسوسة تسري في عقولهم وفي كيانهم من حيث لا يشعرون
"Jangan engkau dengarkan ceramah dari kaset-kaset hizbiyin! Tidak ada sama sekali faedahnya. Ambilah faedah dari kitabullah dan sunah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka (hizbiyun) akan menyusupkan racun-racun mereka yang tidaklah mengetahuinya melainkan orang-orang yang cerdas(dari kalangan orang-orang yang berilmu). Adapun penuntut ilmu agama yang masih muda, sangat kurang ilmunya, orang-orang awam, maka racun yang disusupkan ini akan berjalan masuk ke dalam akal dan batin mereka dalam keadaan mereka tidak merasakannya." (https://www.rabee.net/ar/questions.php?cat=34&id=720)
Beliau juga berkata pada kesempatan lain,
، أمّا عن الدعاة، أمّا عن السحرة، أما عن أصحاب البدع الغليظة كالرفض، فهؤلاء لا، ولا كرامة ولا يأخذ منه أي علم، ولو مات على فطرته مع جهل خير له من أن يفسد فطرته وعقله ودينه على أيدي أهل البدع ولو حاز بعد ذلك
"Adapun mengambil ilmu dari ahli bidah yang menyeru bidahnya, tukang sihir, pelaku bidah yang melampaui batas seperti rafidhah, maka tidak boleh diambil ilmu agama dari mereka, tidak ada kemuliaan, tidak diambil ilmu apapun darinya. Jika seseorang meninggal berdasarkan fitrahnya yang masih bersih disertai dengan kebodohannya terhadap syariat, itu lebih baik daripada dia merusak fitrah, akal dan agamanya dengan belajar dihadapan ahli bidah walaupun dia menjadi berilmu setelah itu." (https://www.rabee.net/ar/questions.php?cat=34&id=723).
Maka tidak boleh mengambil ilmu agama dari ahli bidah dan hizbiyin seperti sufiyin, rafidah, sururiyin dan yang lainnya. Kalau racun itu sudah masuk, sulit untuk membersihkannya, oleh karena itu tidak heran kita lihat seseorang yang baru mendengar kajian mereka, dia berpemahaman bolehnya demonstrasi, memberontak kepada pemerintah, melawan kedua orang tua, dan akhlak-akhlak buruk lainnya.
Solusinya jika keadaannya seperti yang ditanyakan, hendaknya dia tetap belajar al-Quran dan Sunah sesuai dengan yang dimudahkan Allah, dengan membaca buku-buku ahlusunah, mendengarkan kajian melalui media yang dimudahkan atau berupaya agar dimudahkan pindah ke komunitas ahlusunah dan tidak lepas dari itu semua doa, berdoalah kepada Allah agar selalu dibimbingNya di dunia ini.
Barakallahu fiykum
📃 Sumber: Majmu'ah al-Fudhail
✉️ Publikasi: https://t.me/TJMajmuahFudhail