📝Pertanyaan:
Ada saudara kita yang bertanya tentang seorang yang mengimani shalat dalam keadaan dia tidak memakai penutup kepala (kopiah).
📖Jawaban:
Hal itu tidaklah mengapa. Karena kepala tidak termasuk aurat. Hanya saja yang disunnahkan shalat menggunakan izar (sarung) dan rida' (kain yang menutupi pundak) berdasarkan perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wassalam:
(لا يصلي أحدكم في الثوب الواحد ليس على عاتقه منه شيء)
Janganlah salah seorang dari kalian shalat memakai satu kain, tanpa mengenakan suatu kain pun di atas pundaknya.”
Kalau dia shalat dengan kepala terbuka (tanpa memakai kopiah) maka tidak masalah, akan tetapi ketika dia memakainya dan menyempurnakan keindahan pakaiannya tentu ini lebih utama. Berdasarkan firman Allah
{يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ} [الأعراف :31].
“Wahai Bani Adam pakailah pakaian yang bagus setiap hendak memasuki masjid.” (Al A'raf: 31)
Jika sudah memperbagus pakaiannya dan kebiasaan masyarakat di negaranya adalah menutup kepala (ketika shalat) maka hal ini tentunya lebih utama.
Adapun jika menutup kepala ketika shalat bukan kebiasaan di negaranya, justru sebaliknya kebiasaan di sana dengan tanpa menutup kepala maka dalam hal ini tidak mengapa dia shalat dengan tanpa menutup kepala (kopiah).
📚Fatawaa Nur 'Alad Darbi Lisamahati Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah
📩 #السؤال :
يسأل أخونا عن إمام يصلي بالناس وليس على رأسه غطاء؟
📋 #الجواب :
لا حرج في ذلك ؛ لأن الرأس ليس من العورة ، إنما السنة أن يصلي بالإزار والرداء ، لقول النبي ﷺ : (لا يصلي أحدكم في الثوب الواحد ليس على عاتقه منه شيء) ، فإذا صلى مكشوف الرأس فلا حرج في ذلك ، لكن إذا أخذ زينته واستكمل الزينة يكون #أفضل ، لقول الله سبحانه : {يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ} [الأعراف :31].
فإذا استكمل الزينة التي اعتادها في بلاده مع جماعته وكان من عادتهم أنهم يسترون الرءوس فهذا أفضل ، أما إذا كان في بلاده ليس من عادتهم هذا بل من عادتهم كشف الرءوس فلا بأس أن يصلي مكشوف الرأس. نعم.
🎙فتاوى نور على الدرب لسماحة الشيخ ابن باز رحمه الله
•••••••
🌍https://binbaz.org.sa/fatwas/6842/حكم-من-صلى-بالناس-وهو-حاسر-الرأس
✍🏻Alih bahasa: Abu Ubaidah Aiman
📲 Join & Share Channel: https://t.me/salafy_sorowako
🖥 Website: https://salafysorowako.net
======================
Sebenarnya, yang diperintahkan dalam shalat adalah berhias dan berpenampilan bagus karena hendak berdiri di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala. Apabila seseorang merasa malu bertemu dengan seorang raja atau pembesar di muka bumi ini dengan pakaian kotor, bau, kusut masai, atau terbuka separuh tubuhnya, bagaimana dia tidak malu berdiri di hadapan Raja Diraja, Penguasa alam semesta dengan pakaian yang tidak patut dikenakannya ketika shalat?
Karena itulah, Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma pernah bekata kepada maulanya, Nafi’, yang shalat dalam keadaan tidak menutup kepala (dengan peci dan semisalnya), “Tutuplah kepalamu! Apakah engkau biasa keluar ke hadapan manusia dalam keadaan membuka kepalamu?”
Nafi’ menjawab, “Tidak pernah.”
“Allah adalah Dzat yang lebih pantas untuk engkau berhias bila hendak menghadap-Nya,” kata Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma. (Syarh Ma’anil Atsar, 1/377)
Dengan demikian, semakin pahamlah kita bahwa yang sebenarnya dituntut dalam shalat tidak sekadar menutup aurat, tetapi mengenakan zinah. Seseorang yang hendak shalat dituntut agar berada dalam penampilan yang bagus dan indah karena ia akan berdiri di hadapan Allah azza wa jalla. (adz-Dzakhirah karya al-Qarafi 2/102, al-Mulakhkhash al-Fiqhi 1/93)
https://asysyariah.com/syarat-syarat-shalat/
https://t.me/asysyariah/1597