Pertanyaan,
Bismillah. Semoga Allah menjaga ustad. Afwan ustad, bagaimana hukumnya harta yang telah diberikan oleh orang tua istri diambil kembali oleh orang tuanya, apakah itu boleh ustad?
Jawaban,
al-Ustadz Abu Fudhail 'Abdurrahman bin 'Umar hafizhahullah,
Di dalam hadis disebutkan,
لا يحلُّ لرجلٍ أن يعطيَ عطيةً ، أو يهبَ هبةً ، فيرجعَ فيها ، إلَّا الوالدَ فيما يعطي ولدهُ ، ومثَلُ الّذي يعطي العطيَّةَ . ثمَّ يرجعُ فيها كمثلِ الكلبِ يأكلُ ، فإذا شبِع قاء ثمَّ عاد في قيئهِ
"Tidak halal bagi seseorang yang memberikan suatu pemberian lalu dia menarik kembali pemberiannya kecuali pemberian seorang ayah kepada anaknya. Permisalan orang yang memberi dengan suatu pemberian kemudian dia menariknya seperti anjing yang sedang makan, apabila dia telah kenyang, dia muntahkan kemudian dia ambil kembali muntahnya tadi" (Shahih Abi Daud, no. 3.539).
Yang semakna dengan ayah di dalam hadis ini adalah ibu. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata,
واستدل به أيضا على أن للأب أن يرجع فيما وهبه لابنه وكذلك الأم وهو قول أكثر الفقهاء
"Dalam hal ini terdapat dalil juga bahwa boleh bagi seorang ayah menarik pemberian yang telah diberikannya kepada anaknya, dan demikian pula ini berlaku pada ibu. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama ahli fikih" (Fath al-Bārī, 5/ 215).
Ibnu Qudamah menyebutkan di dalam al-Mughnī, (6/56-58), 4 syarat bolehnya kedua orang tua menarik pemberiannya dari anaknya:
1. Barang tersebut tetap dalam kepemilikan anak. Jika sudah tidak lagi menjadi miliknya karena telah dia jual, diberikan ke orang lain, diwakafkan, telah diwariskan atau selain itu, maka tidak boleh bagi orang tua untuk menariknya karena haknya menjadi batal disebabkan barang tersebut telah dimiliki oleh orang lain.
أن تكون باقية في ملك الابن، فإن خرجت عن ملكه، ببيع أو هبة أو وقف أو إرث أو غير ذلك، لم يكن له الرجوع فيها؛ لأنه إبطال لملك غير الوالد
2. Jika barang dalam wujud budak yakni tetap dalam pengaturan anak dari sisi dia bisa memelihara budak yang telah diberikan tersebut. Jika budak pemberian orang tua tersebut telah melahirkan, tidak boleh bagi ayah menarik pemberiannya karena kepemilikannya tidak boleh dipindah kepada selain tuannya.
أن تكون العين باقية في تصرف الولد، بحيث يملك التصرف في رقبتها، فإن استولد الأمة، لم يملك الأب الرجوع فيها؛ لأن الملك فيها لا يجوز نقله إلى غير سيدها
3. Tidak berkaitan dengan keinginan pada selain anak.
أن لا يتعلق بها رغبة لغير الولد
Syekh Salim Bamuhriz menerangkan makna dari syarat yang ketiga ini. Beliau menyebutkan contoh pada syarat ini yaitu seperti seseorang diberi ayahnya harta untuk mahar pernikahannya. Setelah menikah dan mahar tersebut sudah menjadi milik pasangan perempuan, tidak boleh bagi orang tuanya mengambil kembali mahar tersebut karena hal ini berkaitan dengan hak orang lain yaitu mahar yang diberikan anak untuk istrinya
(https://bit.ly/3O7sQME).
4. Pemberian tersebut tidak bertambah dengan tambahan yang bersambung contohnya gemuk. Seperti seorang ayah memberi anaknya domba yang kurus, lalu anak tersebut mengurusinya sampai gemuk, maka dalam kondisi seperti ini tidak boleh baginya untuk menarik pemberiannya.
الرابع أن لا تزيد زيادة متصلة، كالسمن
Wallahua'lam
📃 𝐒𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫: 𝐌𝐚𝐣𝐦𝐮'𝐚𝐡 𝐚𝐥-𝐅𝐮𝐝𝐡𝐚𝐢𝐥
✉️ 𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢: https://t.me/TJMajmuahFudhail