HIDAYAH UMUM BAGI SETIAP MAKHLUK
Ditulis oleh: Al-Ustadz Muhammad Afifuddin
Segenap makhluk di sini meliputi manusia, jin, dan hewan.
Allah berfirman:
“Sucikanlah nama Rabbmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), yang menentukan kadar (masing-masing), dan yang memberi petunjuk.” (al-A’la: 1—3)
Yang dimaksud dengan hidayah dalam ayat di atas adalah hidayah umum kepada segenap makhluk hidup dan kemaslahatan hidup mereka. (Syifa’ul ‘Alil hlm. 163)
Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya menegaskan,
“Inilah hidayah umum yang bermakna bahwa Allah menunjuki segenap makhluk kepada kemaslahatannya.”
(Taisir al-Karim ar-Rahman, surat al-A’la: 3)
Allah juga berfirman:
Musa berkata, “Rabb kami ialah (Rabb) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (Thaha: 50)
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah dan Qatadah rahimahullah menafsirkan, “Allah memberikan kemaslahatan kepada segala sesuatu dan menunjukinya kepada kemaslahatan tersebut.”
Adapun Adh-Dhahhak rahimahullah dan yang lainnya menafsirkan, “Allah memberikan bentuk dan rupa kepada segala sesuatu yang sesuai dengan kemanfaatannya, seperti tangan untuk memegang dengan kuat, kaki untuk berjalan, lisan untuk berbicara, mata untuk melihat, dan telinga untuk mendengar.” (Fathul Qadir, asy-Syaukani, pada tafsir surat Thaha: 50. Lihat Syifa’ul ‘Alil hlm. 186—187)
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma menjelaskan, “Allah menciptakan pasangan hidup bagi segala sesuatu, lalu mengarahkannya kepada pernikahan, makan dan minumnya, serta tempat tinggal dan kelahirannya.” (Tafsir ath-Thabari, pada surat Thaha: 50)
Semua penafsiran di atas mengandung satu makna, yaitu hidayah umum bagi segenap makhluk.
As-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya menegaskan, “Inilah hidayah umum yang dapat disaksikan pada seluruh makhluk. Anda akan mendapati segenap makhluk melakukan aktivitas yang bermanfaat baginya dan menghindari mudarat (bahaya) dari dirinya, sesuai kodrat penciptaannya.”
Hidayah ini tidak ada sangkut-pautnya dengan masalah iman dan kafirnya seseorang.
Tidak pula terkait dengan pahala dan dosa, atau surga dan neraka.
Hidayah ini hanyalah bersinggungan dengan ciptaan Allah, kesempurnaan penciptaan segenap makhluk, dan petunjuk Allah bagi segenap makhluk dalam melakukan aktivitas kehidupannya.
Hidayah ini sangatlah luas dan beragam. Untuk mengetahuinya secara detail, seseorang harus menyibak keajaiban-keajaiban yang ada pada setiap makhluk di muka bumi ini.
Artinya, dia harus mencermati ayat-ayat Allah yang kauniyah dan membongkar rahasia yang terkandung di dalamnya.
Allah berfirman tentang lebah:
Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah, “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah ) bagi orang-orang yang memikirkan. (an-Nahl: 68—69)
Hidayah Allah kepada lebah sangat banyak, di antaranya:
1. Rumah yang dibuat oleh lebah, di gunung-gunung, di pohon-pohon, dan rumah lebah yang dibuat oleh manusia. Rumahnya sangat bagus, kokoh, tidak ada celah yang rusak sehingga mudah dimasuki musuh.
2. Makanan lebah. Lebah bisa memakan semua jenis buah-buahan dan bunga, lalu menghasilkan madu sesuai dengan jenis nektarnya.
3. Allah memudahkan lebah menempuh perjalanan berat dan panjang. Menyusuri lembah-lembah nan luas, gunung-gunung yang menjulang, dan daratan yang ganas, lalu pulang kembali ke sarangnya tanpa tersesat. Bahkan, lebah bisa membawa serta sarang dan madunya berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Ibnul Qayyim rahimahullah menegaskan bahwa lebah adalah hewan yang paling banyak manfaat dan berkahnya.
Oleh karena itu, Allah anugerahkan kepadanya ilham dan hidayah secara khusus. (Syifa’ul ‘Alil hlm. 167, lihat Tafsir Ibnu Katsir pada surat an-Nahl: 69)
Coba cermati kisah Nabi Sulaiman 'alaihi sallam dengan semut, yang diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Wahai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (an-Naml: 17—18)
Keajaiban semut cukup banyak, di antaranya adalah:
1 Semut adalah hewan yang suka menasihati untuk kemaslahatan bangsa semut.
2 Nasihat yang disampaikan oleh seekor semut pada ayat di atas didengar oleh semua kalangan semut.
Hal ini memiliki dua kemungkinan:
A. Suaranya didengar langsung oleh semut-semut lain di lembah tersebut. Ini berarti Allah menganugerahkan pendengaran yang luar biasa kepada mereka. Ini adalah keajaiban yang sangat menakjubkan.
B. Suaranya didengar oleh sebagian semut yang ada di sekitarnya, lalu disampaikan kepada semut-semut lain hingga tersebar ke seluruh penjuru lembah. (Taisir al-Karim ar-Rahman, pada surat an-Naml: 17—18)
3 Semut memiliki sarang khusus untuk masing-masing jenis. Masing-masing jenis tidak masuk ke sarang jenis semut yang lain. (Syifa’ul ‘Alil hlm. 168—169)
Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan bahwa semut adalah hewan yang paling giat dan rajin.
Semut menjadi contoh tentang perwujudan etos kerja yang tinggi.
Semut juga dikenal sebagai hewan yang sangat ekonomis, tidak suka menghambur-hamburkan apa yang dimilikinya.
Selain itu, semut juga dianugerahi oleh Allah daya cium yang sangat tajam.
Semut mampu mencium keberadaan makanannya dari jarak yang jauh.
Semut juga dikenal sebagai hewan yang suka bergotong-royong, berjiwa sosial yang tinggi, memerhatikan kepentingan umum, dan tidak egois. Tidak ada istilah “korupsi makanan untuk kepentingan pribadi”. Hewan yang penyabar, pantang menyerah, dan panjang akal (cerdas).
Yang lebih menakjubkan, meskipun semut tidak memiliki pemimpin yang mengatur layaknya bangsa lebah, namun mereka memiliki sifat-sifat tersebut di atas. (Syifa’ul ‘Alil hlm. 168—171)
Masih banyak lagi keajaiban-keajaiban yang ada pada makhluk ciptaan Allah. Semua itu menunjukkan keluasan dan keragaman hidayah (petunjuk) Allah kepada makhluk-Nya, sekaligus sebagai bukti kekuasaan dan kebesaran Pencipta alam semesta.
Allah berfirman:
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Rabb-lah mereka dihimpunkan.” (al-An’am: 38) (lihat Syifa’ul ‘Alil hlm. 163—189, Kitab al-Adzkiya hlm. 263—373, karya Ibnul Jauzi rahimahullah)
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya, Badai’ul Fawaid (2/189), menyimpulkan, “Barang siapa merenungkan sebagian hidayah (petunjuk) Allah yang tersebar di alam raya ini, dia akan mempersaksikan bahwa tiada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allah. Dialah Dzat Yang Maha Mengetahui urusan yang ghaib dan yang tampak, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
Wallahu a’lam.
Sumber Artikel :
Majalah Asy Syariah
Edisi 64 Vol VI
1431 H
Halaman 13-15
Majmu'ah Riyadhus Salafiyyin
Channel Telegram || http://bit.ly/Riyadhussalafiyyin