Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan;
Setiap hadits yang menyebutkan tentang Khidir dan kehidupannya (yang abadi) semuanya dusta. Tidak ada satupun hadits shahih yang menyebutkan Khidir masih hidup (hingga sekarang).
Seperti hadits yang menyebutkan bahwasannya ketika Nabi ﷺ sedang di Masjid tiba-tiba mendengar seseorang berbicara dari belakangnya, mereka pun melihatnya, ternyata itu adalah Khidir. [ disebutkan Ibnu Ady dalam Al-Kamil: 6/2083 dan Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhu'at: 1/308-309]
Demikian juga hadits yang menyebutkan bahwasannya Khidir dan Ilyas berjumpa setiap tahun. [ Disebutkan Ibnu Ady dalam Al-Kamil: 2/740; beliau mengatakan, "Hadits Munkar", Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhu'at: 1/311, dan Al-Uqailiy dalam Adh-Dhu'afa: 1/225]
Dan juga hadits yang menyebutkan bahwa di Arafah berkumpul Jibril, Mikail, dan Khidir. Disebutkan dalam sebuah hadits panjang yang dibuat-buat secara dusta. [ Disebutkan Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhu'at: 1/312 ]
Ibrahim Al-Harbiy ditanya terkait dipanjangkannya umur Khidir dan bahwa beliau itu masih hidup, maka beliau menjawab, "Siapa yang yang menekuni perkara ghaib seperti ini dia tidak bisa bersikap proporsional. Tidak ada yang membisikkan hal seperti ini kepada manusia melainkan syaithan".
Imam Bukhari juga ditanya tentang Khidir dan Ilyas; apakah keduanya masih hidup, beliau menjawab, "Bagaimana mungkin itu terjadi sementara Nabi ﷺ bersabda;
لا يبقى على رأس مائة سنة ممن اليوم هو على وجه الأرض أحد
“Tidak akan tersisa seorang-pun yang hari ini masih hidup di muka bumi ini pada seratus tahun yang akan datang.” HR. Bukhari 116 dan Muslim 6426
Para Imam yang lain juga ditanya seperti itu, maka mereka menjawab, "Allah ta'ala berfirman;
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَۗ
"Dan Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia sebelum engkau (hai Rasul)" Qs. Al-Anbiya: 34
Seandainya Ia masih hidup tentulah dia termasuk yang hidup abadi".
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah juga ditanya tentang hal ini, maka beliau menjawab, "Seandainya Khidir masih hidup tentunya wajib baginya untuk datang kepada Nabi Muhammad ﷺ, berjihad bersamanya, dan belajar darinya.
Dan Nabi ﷺ berdoa saat perang Badr;
اللهم إن تهلك هذه العصابة لا تعبد فى الأرض
"Ya Allah, jika pasukan ini binasa, niscaya Engkau tidak lagi disembah di muka bumi" [ HR. Muslim 4563 ]
Mereka saat itu jumlahnya 313 orang, dan diketahui nama-nama mereka serta nama-nama bapak-bapak mereka, di manakah Khidir saat itu ?!" [ Majmu' Fatawa: 27/100 ]
📚Al-Manarul Munif Fis Shahih Wadh Dha'if, hal. 63-64
----------------------
Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah mengakatan;
Ibnul Jauzi berkata: dalil yang menunjukkan bahwasannya Khidir sudah tidak lagi hidup di dunia ada empat. Yaitu; Al-Qur'an, Sunnah, kesepakatan para ulama, dan secara rasional.
Adapun dalil (dari) Al-Qur'an yaitu firman-Nya;
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَۗ اَفَائنْ مِّتَّ فَهُمُ الْخٰلِدُوْنَ
"Dan Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia sebelum engkau (hai rasul); maka jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal?". Qs. Al-Anbiya: 34.
Dari hadits yaitu sabdanya ﷺ;
أرأيتُكم ليلتُكم هذه ؟ فإنَّ على رأسِ مائةِ سنةٍ منها لا يبقى على ظهرِ الأرضِ ممن هو اليوم أحدٌ
”Apakah kalian mengetahui malam kalian ini? (maka ingatlah) Karena sesungguhnya pada seratus tahun kedepan, tidak tersisa di muka bumi ini seorang pun yang pada hari ini masih hidup". HR. Bukhari 116 dan Muslim 6436
Disebutkan di dalam shahih Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu'anhuma berkata; Rasulullah ﷺ bersabda;
ما من نفسٍ مَنفُوسةٍ اليومَ ، يأتِي عليْها مِائةُ سنةٍ ، وهِيَ يومَئِذٍ حيَّةٌ
"Tidak ada jiwa yang masih bernyawa (hari ini), kemudian datang kepadanya seratus tahun kemudian, dalam keadaan dia masih hidup saat itu". HR. Muslim 6428
Kemudian Ibnul Jauzi menyebutkan ucapan dari Imam Bukhari dan Ali bin Musa Ar-Ridha bahwasannya Khidir telah wafat. Imam Bukhari ditanya apakah Khidir masih hidup, beliau menjawab; "Bagaimana mungkin itu terjadi sementara Nabi ﷺ bersabda;
لا يبقى على رأس مائة سنة ممن اليوم هو على وجه الأرض أحد
“Tidak akan tersisa seorang-pun yang hari ini masih hidup di muka bumi ini pada seratus tahun yang akan datang.” HR. Bukhari 116 dan Muslim 6426.
Ibnul Jauzi melanjutkan: di antara yang mengatakan bahwasannya Khidir telah wafat adalah Ibrahim bin Ishaq Al-Harby dan Abul Hasan ibnul Munadiy. Keduanya merupakan para imam. Bahkan Ibnul Munadiy menerangkan jeleknya pendapat yang menyatakan Khidir masih hidup.
Al-Qadhiy Abu Ya'la menghikayatkan dari murid-murid Imam Ahmad, bahwasannya Khidir telah wafat. Dan beliau menyebutkan dari sebagian ulama bahwasannya mereka berhujjah andaikan Khidir masih hidup tentu wajib baginya untuk mendatangi Nabi ﷺ.
Imam Ahmad berkata: bercerita kepada kami Suraij bin Nu'man, bercerita kepada kami Haitsam, memberitakan kepada kami Mujalid dari Asy-Sya'biy dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu'anhuma bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda;
والذي نفسي بيده لو أنَّ موسى كان حيًّا ما وسِعَه إلا أن يَتبَعني
"Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya Nabi Musa masih hidup maka tidak ada keluasan baginya melainkan (wajib) mengikutiku". Al-Musnad 3/338, 387
Ibnul Jauzi melanjutkan: maka betapa jauhnya pemahaman yang menetapkan keberadaan Khidir (dalam keadaan masih hidup) sedang dia lupa bahwa pada penetapannya itu terdapat sikap berpaling dari syariat ini.
📚Al-Manarul Munif Fis Shahih Wadh Dha'if, hal. 64-66
--------------------------
Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan;
Berkata Ibnul Jauzi: adapun dalil secara rasional maka itu ditinjau dari sembilan sisi.
Pertama: yang menetapkan Khidir sekarang masih hidup menyatakan bahwa Khidir adalah putranya Nabi Adam yang diciptakan dari tulang punggungnya.
Pendapat ini bathil dari dua sisi;
1. Berarti umurnya Khidir sekarang sudah 6000 tahun, sebagaimana disebutkan dalam sebagian kitab para pakar sejarah. Yang semisal ini mustahil terjadi pada diri manusia.
2. Seandainya Khidir adalah anaknya Nabi Adam yang diciptakan dari tulang punggungnya, atau cicit keempat yang terlahir dari cucu Nabi Adam, tentunya ia sepantaran dengan Dzul Qarnain. Dan manusia pada zaman itu postur tubuhnya tidak seperti sekarang. Bahkan memiliki postur yang tinggi dan besar.
Disebutkan di dalam kedua kitab shahih (Bukhari dan Muslim) dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dari Rasulullah ﷺ bersabda;
خلق الله آدم و طوله ستون ذراعا، فلم يزل الخلق ينقص بعده
"Allah ta'ala menciptakan Adam dalam keadaan tingginya enam puluh hasta, setelahnya postur tubuh (keturunannya) selalu berkurang". [ HR. Bukhari 3326 dan Muslim 7092 ]
Sementara itu, tidak ada seorang pun yang katanya pernah melihat Khidir, ia melihatnya dengan postur tubuh yang besar, padahal seharusnya beliau manusia dengan postur tubuh paling tinggi.
Kedua: seandainya Khidir itu ada sebelum lahirnya Nabi Nuh, tentulah ia akan menaiki perahu bersama Nabi Nuh. Namun, tidak satupun yang menukilkan hal ini.
Ketiga: para ulama sepakat bahwasannya ketika Nabi Nuh turun dari kapal semua yang bersamanya meninggal dunia dan juga keturunannya, sehingga tidak tersisa kecuali keturunannya Nabi Nuh saja. Dalilnya adalah firman Allah ta'ala;
وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهٗ هُمُ الْبَاقِيْنَ
"Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan". Qs. Ash-Shaffat: 77
Dan ini menunjukkan bathilnya yang menyatakan bahwa Khidir itu lahir sebelum Nuh.
Keempat: andaikan benar Khidir termasuk manusia keturunan Adam yang hidup dari semenjak dilahirkan sampai hari kiamat, dan terlahir sebelum Nuh, tentunya ini termasuk tanda kekuasan Allah yang besar serta keajaiban (ciptaan-Nya), niscaya beritanya akan disebutkan di dalam Al-Qur'an tidak pada satu tempat saja. Karena ini termasuk tanda-tanda kerububiyahan Allah. Padahal Allah telah menyebutkan orang yang diberi kehidupan hingga 950 tahun lamanya, dan menjadikannya sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya, lalu bagaimana dengan yang diberi kehidupan hingga hari kiamat. Karenanya, sebagian ulama mengatakan, "Tidak ada yang membisikkan hal seperti ini kepada manusia kecuali syaithan".
Kelima: bahwasannya pernyataan Khidir masih hidup itu mengucapkan sesuatu atas Allah tanpa adanya ilmu. Dan itu perbuatan haram berdasarkan nash Al-Qur'an.
Jika memang Khidir benar masih hidup niscaya akan ditunjukkan di dalam Al-Qur'an, Sunnah, dan Ijma' ummat.
Ini Al-Qur'an, di manakah terdapat penyebutan kehidupan Khidir padanya ? Ini sunnah rasul-Nya ﷺ, di manakah terdapat penyebutan kehidupan Khidir dengan bentuk seperti itu ? Dan mereka para ulama, apakah mereka bersepakat menyatakan Khidir masih hidup ?
Keenam: bahwa orang yang berpendapat Khidir masih hidup, puncak tertinggi yang mereka jadikan pegangan adalah cerita-cerita yang dinukilkan. Seorang mengkhabarkan bahwa dia melihat Khidir..
Duhai mengherankannya! Apakah Khidir memiliki tanda sehingga bisa diketahui oleh setiap orang yang melihatnya ? Bahkan mayoritas mereka tertipu dengan ucapannya, "Saya adalah Khidir". Padahal telah diketahui bahwa seorang tidak boleh membenarkan ucapan seperti itu tanpa ada bukti yang jelas dari Allah. Dari mana orang yang melihat itu bisa tahu kalau yang menyatakan dirinya Khidir itu jujur, tidak bedusta ?
Ketujuh: bahwasannya Khidir berpisah dengan Nabi Musa bin Imran; Nabi yang diajak bicara langsung oleh Allah. Khidir berkata kepadanya, "Ini adalah perpisahan antara aku dan dirimu" [Qs. Al-Kahfi: 78]. Bagaimana mungkin Khidir meridhai dirinya berpisah dengan semisal Nabi Musa hanya untuk berkumpul dengan para ahli ibadah yang jahil, keluar dari syariat, tidak menghadiri shalat Jum'at, shalat berjama'ah dan mejelis ilmu, dan sama sekali tidak mengenal syariat ?
Setiap mereka mengatakan, "Khidir berkata kepadaku, Khidir datang menemuiku, Khidir berwasiat kepadaku".
Betapa mengherankannya! Bagaimana mungkin Khidir rela berpisah dengan Nabi Musa dan malahan berkeliling dengan ditemani orang-orang jahil yang tidak mengetahui bagaimana tatacara wudhu (yang benar), tidak mengetahui bagaimana tatacara shalat (yang benar) ?!
Kedelapan: bahwasannya ummat sepakat bilamana yang menyatakan dirinya Khidir mengatakan, "Aku mendengar Rasulullah ﷺ berkata demikian dan demikian" maka tidak ditoleh ucapannya dan tidak bisa dijadikan hujjah dalam agama, melainkan akan dikatakan, "Khidir tidak mendatangi Rasulullah ﷺ tidak juga membaiatnya".
Atau apakah orang jahil ini akan mengatakan, "Rasulullah ﷺ tidak diutus kepada Khidir". Maka (kalau demikian) hal ini termasuk kekufuran.
Kesembilan: seandainya Khidir masih-masih hidup tentu dia akan berjihad melawan orang-orang kafir, dan berjaga-jaga di jalan Allah,
Dan berdirinya beliau di tengah barisan (mujahidin) walau sesaat, menghadiri shalat Jum'at, shalat berjama'ah, dan mengajarkan ilmu itu lebih utama daripada berkelana di antara binatang buas di tengah sahara.
Dan bukankah bila seperti ini malahan menjadi celaan besar buatnya ?
📚 Al-Manarul Munuf Fis Shahih Wadh Dha'if, hal. 66-69
https://t.me/RaudhatulAnwar1