ALLAH MEMERINTAHKAN AGAR KITA BERSIKAP ADIL
Allah Ta'ala berfirman:
وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ.
"Dan jika kalian berkata maka bersikaplah yang adil walaupun terhadap kerabat." (Al-An'am: 152)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika menjelaskan ayat ini:
"Hal ini seperti firman Allah Ta'ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰ أَنفُسِكُمْ.
"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang-orang yang menegakkan keadilan dan menjadi saksi-saksi karena Allah walaupun merugikan diri kalian sendiri." (Al-Maidah: 8)
Demikian juga ayat yang serupa dalam surat an-Nisa' ayat ke-135.
Allah memerintahkan untuk bersikap adil dalam perbuatan dan ucapan, baik kepada orang dekat maupun orang jauh. Dan Allah memerintahkan untuk bersikap adil untuk siapapun, pada setiap waktu, dan pada semua keadaan."
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di rahimahullah berkata ketika menjelaskan ayat di atas:
"Jika kalian mengucapkan sebuah ucapan yang dengannya kalian mengadili manusia, memutuskan perkara diantara mereka, dan mengkritik ucapan-ucapan dan keadaan-keadaan, maka bersikaplah yang adil dalam ucapan kalian, yaitu dengan memperhatikan kejujuran, baik terhadap orang-orang yang kalian cintai mau terhadap orang-orang yang kalian benci, bersikap inshaf (tidak berat sebelah dan sportif), dan tidak menyembunyikan hal-hal yang harus dijelaskan, karena cenderung merugikan orang yang engkau benci dengan mencela dirinya atau ucapannya termasuk kezhaliman yang diharamkan. Bahkan jika seorang ulama membantah ucapan-ucapan ahli bid'ah, wajib atasnya untuk memberikan hak kepada setiap orang yang memiliki hak, menjelaskan yang benar dan yang batil dalam ucapan-ucapan tersebut, dan tidak mengabaikan jauh atau dekatnya ucapan-ucapan tersebut terhadap kebenaran. Dan para ulama ahli fikih menyebutkan bahwa seorang hakim wajib untuk bersikap adil diantara pihak-pihak yang bersengketa, baik dalam perhatiannya maupun dalam ucapannya."
Allah juga berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.
"Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian menjadi orang-orang yang selalu menegakkan keadilan dan menjadi saksi-saksi karena Allah, dan janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum menyeret kalian kepada sikap yang tidak adil. Bersikaplah yang adil karena hal itu lebih dekat kepada ketakwaan, dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa saja yang kalian perbuat." (Al-Maidah: 8)
Ketika menjelaskan ayat ini, asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di rahimahullah berkata:
"Maksudnya dengan semangatnya gerakan-gerakan kalian baik yang lahir maupun yang batin untuk menegakkan keadilan, dan yang mendorong upaya tersebut adalah semata-mata karena Allah, bukan karena salah satu dari kepentingan-kepentingan duniawi, dan kalian memang menginginkan keadilan, tanpa berlebihan dan tanpa meremehkan dalam ucapan dan perbuatan kalian. Dan lakukanlah hal itu baik terhadap orang dekat maupun terhadap orang yang jauh, kepada kawan maupun kepada lawan."
Beliau rahimahullah juga berkata di tempat yang sama:
"Sebagaimana kalian bersaksi yang menguntungkan orang yang kalian cintai, bersaksilah walaupun merugikan dirinya. Dan sebagaimana kalian bersaksi yang merugikan musuh kalian, bersaksilah walaupun menguntungkan dirinya. Sekalipun dia orang kafir atau ahli bid'ah (apalagi seorang muslim, apalagi salafy –pent), wajib untuk bersikap adil terhadapnya, dan menerima kebenaran yang dia bawa karena itu merupakan kebenaran, bukan karena dia yang mengucapkannya, dan kebenaran tidak boleh ditolak semata-mata karena dia yang mengucapkannya, karena hal semacam ini termasuk kezhaliman terhadap kebenaran."
Dan pada diri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam terdapat teladan terbaik dalam segala kebaikan, termasuk dalam bersikap adil kepada siapapun. Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ، وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الحَدَّ، وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا.
"Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah dahulu jika yang mencuri di kalangan mereka adalah seorang yang terpandang maka mereka tidak menghukumnya, namun jika yang mencuri di kalangan mereka adalah seorang yang lemah maka mereka menegakkan hukuman hadd terhadapnya. Demi Allah, seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya."
(Al-Bukhari no. 3475 dan Muslim no. 1688)
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang menegakkan keadilan karena Allah, walaupun merugikan diri kita sendiri, karena keridhaan Allah lebih baik dari dunia seisinya, bahkan lebih baik dari kenikmatan surga.
|
Allah Memerintahkan Agar Kita Bersikap Adil |
WAJIB BERSIKAP ADIL TERHADAP SEORANG MUSLIM YANG TERJATUH PADA KESALAHAN
Allah Ta'ala berfirman:
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ.
"Dan janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum menyeret kalian kepada sikap yang tidak adil. Bersikaplah yang adil karena hal itu lebih dekat kepada ketakwaan." (Al-Maidah: 8)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan ayat ini:
"Ayat ini turun disebabkan kebencian terhadap orang-orang kafir, dan ini memang kebencian yang diperintahkan. Jika kebencian yang diperintahkan oleh Allah orang yang melakukannya dilarang untuk menzhalimi orang yang dia benci, maka bagaimana dengan kebencian terhadap seorang muslim yang (terjatuh kepada kesalahan) disebabkan oleh ta'wil (penafsiran yang keliru), atau syubhat, atau hawa nafsu?! Tentu dia lebih berhak untuk tidak dizhalimi, bahkan harus bersikap adil terhadapnya."
Minhajus Sunnah, 5/126
https://t.me/jujurlahselamanya/1665