Adab Kepada Allah : #3 Takut Kepada Allah (Al Khouf)
Adab Kepada Allah Ta'ala
Telah berlalu penyebutan pembagian adab yaitu : Adab kepada Allah Ta'ala dan Adab kepada makhluk- makhluknya,
Dalam pertemuan ini kita akan melanjutkan membahas adab kepada Allah Ta'ala, yang merupakan seagung-agungnya adab dan terpenting disamping adab kepada Rasul serta Makhluk- makhluk-Nya.
Dan diantara adab kepada Allah Ta'ala yaitu :
الخوف من الله تعلى
Takut kepada Allah Ta'ala
Takut kepada Allah Ta'ala adalah adab yang agung, diantara perkara yang bisa mendatangkan rasa takut kepada Allah Ta'ala yaitu :
1. Pengetahuan seorang hamba akan keagungan kekuasaan Allah Ta'ala,
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (sambil berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” [Ali ‘Imran Ayat 190-191].
Penggambaran Kebesaran Allah Ta'ala Juga diriwayatkan Oleh sahabat Abu Dzarr Radhiallahuanhu beliau berkata: “Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ﻣَﺎ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕُ ﺍﻟﺴَّﺒْﻊُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻜُﺮْﺳِﻲِّ ﺇِﻻَّ ﻛَﺤَﻠَﻘَﺔٍ ﻣُﻠْﻘَﺎﺓٍ ﺑِﺄَﺭْﺽِ ﻓَﻼَﺓٍ ﻭَﻓَﻀْﻞُ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻜُﺮْﺳِﻲِّ ﻛَﻔَﻀْﻞِ ﺗِﻠْﻚَ ﺍﻟْﻔَﻼَﺓِ ﻋَﻠَﻰ ﺗِﻠْﻚَ ﺍﻟْﺤَﻠَﻘَﺔِ
“Tidaklah tujuh langit dibandingkan kursi (Allah Ta'ala) kecuali seperti cincin yang dilemparkan di tanah lapang dan besarnya ‘Arsy dibandingkan kursi adalah seperti tanah lapang dibandingkan dengan cincin“ (dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah no. 109)
Berkata Syeikh Shalih Fauzan hafidzahullah :
"Arsy adalah makluk yang bertempat tertinggi diantara makluk - makhluk lainya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits :
إنَ السماواتِ السبعَ بالنسبةِ للكرسيِ كسبعِ دراهمَ ألقيتْ في تُرسِ"
"Sesungguhnya langit yang tujuh lapis dibandingkan dengan kursi adalah bagaikan tujuh lempeng dirham yang dilemparkan diatas perisai ( tameng untuk berperang)"
Yakni maksudnya : Langit yang tujuh tingkat dengan segala keagunganya serta isinya dibandingkan dengan kursi adalah bagaikan tujuh lempeng uang dirham yang ditaruh diatas perisai yang digunakan oleh seorang pasukan perang. Maka seperti apa kecilnya uang dirham tadi dibandingkan perisai besar yang melingkar? Tentulah sangat kecil.
Maka renungi dimana posisi kamu wahai hamba Allah? dibumi sebelah dimana engkau berpijak? apakah kedudukanmu, hartamu, fisikmu dll yang engkau sombongkan dari Nya ? seberapa besarnya kamu wahai manusia dibandingkan makhluk Allah yang begitu besar, maka fikirkanlah ini, karena dengan mengakui kelemahanmu dan dosamu, bisa membuat sadar akan kebesaran Allah Ta'ala dan menumbuhkan rasa takut yang menghasilkan ketaatan dan ibadah kepada Allah Ta'ala.
2. Mengilmui dan merenungi serta mentadaburi dari
Dalil-dalil ancaman, baik ya Allah Ta'ala langsung kisahkan didunia ini sebagai pelajaran dari kehidupan suatu kaum pada zaman-zaman para nabi dan rasul yang Allah Ta'ala siksa dengan dahsyat.
Allah Ta'ala Berfirman tentang kaum Nabi Nuh Alaihi Wassalam :
وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَلَبِثَ فِيهِمۡ أَلۡفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمۡسِينَ عَامٗا فَأَخَذَهُمُ ٱلطُّوفَانُ وَهُمۡ ظَٰلِمُونَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. [Al ‘Ankabut:14]
Allah Ta'ala berfirman tentang kaum nabi Luth alaihi wassalam :
{فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ}
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami jungkir balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,” (Surat Huud ayat 82)
Kisah Nabi Musa Alaihi wassalam :
وَإِذۡ فَرَقۡنَا بِكُمُ ٱلۡبَحۡرَ فَأَنجَيۡنَٰكُمۡ وَأَغۡرَقۡنَآ ءَالَ فِرۡعَوۡنَ وَأَنتُمۡ تَنظُرُونَ
Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan. [Al Baqarah:50]
Dan seterusnya dari kisah-kisah ayat Alqur'an dan ayat kauniyah Allah Ta'ala.
3. Dengan mengilmui dan merenungi pedihnya siksa didalam alam kubur, dahsyatnya hari dibangkitkan dan digiringnya bahkan sebagian manusia berdosa diseret dipadang mahsyar, serta dahsyatnya hari pembalasan yang hendaknya setiap diri merenung bekal apa yang harus dipersiapkan dihari tidak bisa beranjak kaki seorang hamba sampai mereka ditanya tentang amanahnya didunia ini, juga dengan mengingat kengerian ketika berjalan diatas sirat, dan kedahsyatan neraka.
Diantara Gambaran Dahsyatnya kematian dan Alam Kubur :
Allah Ta'ala berfirman :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. [Ali Imran :185]
Rasul Shalallahu alaihi wassalam bersabda :
وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ : مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ : هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا دِينُكَ ؟ فَيَقُولُ : هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ ؟ فَيَقُولُ: هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ أَنْ كَذَبَ فَافْرِشُوا لَهُ مِنَ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلَاعُهُ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ قَبِيحُ الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوءُكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ, فَيَقُولُ: مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالشَّرِّ فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ فَيَقُولُ رَبِّ لَا تُقِمِ السَّاعَةَ
"Kemudian ruhnya dikembalikan di dalam jasadnya. Dan dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya. Kedua malaikat itu bertanya, “Sipakah Rabbmu?” Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak kenal”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah agamamu?” Dia menjawab, “Hah, hah, aku tidak kenal”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?”Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak kenal”.
Lalu penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah berkata dusta, berilah dia hamparan dari neraka, dan bukakanlah sebuah pintu untuknya ke neraka.” Maka panas neraka dan asapnya datang mendatanginya. Dan kuburnya disempitkan, sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan.
Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya, berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan, “Terimalah kabar yang menyusahkanmu ! Inilah harimu yang telah dijanjikan (keburukan) kepadamu”. Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, janganlah Engkau tegakkan hari kiamat”. [Shahih Aljami’ no: 1672]
Gambaran hari dibangkitkan dan dikumpulkan dipadang Mahsyar:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً
“Manusia akan dikumpulkan pada hari Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan.” ( Riwayat Imam Muslim, no. 5102 )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّكُمْ تُحْشَرُوْنَ رِجَالاً وَرُكْبَانًا وَتُجَرُّوْنَ عَلَى وُجُوْهِكُمْ
“Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (ke Padang Mahsyar) dalam keadaan berjalan, dan ada juga yang berkendaraan, serta ada pula yang berjalan di atas wajah-wajah kalian.” (Diriwayatkan Oleh Imam Tirmidzi dan dihasankan Syeikh Albaniy Rahimahullah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُوْنَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ، قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ : فَوَاللهِ، مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيْلِ أَمَسَافَةَ اْلأَرْضِ أَمْ الْمِيْلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ، قَالَ : فَيَكُوْنُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا، وَأَشَارَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ إِلَى فِيْهِ
“Pada hari kiamat, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk hingga tinggal sejauh satu mil.” –Sulaim bin Amir (perawi hadits ini) berkata: “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan, atau alat yang dipakai untuk bercelak mata?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sehingga manusia tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya (yakni dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua mata kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang tenggelam dalam keringatnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan meletakkan tangan ke mulut beliau.” ( Diriwayatkan Imam Muslim no. 2864)
Gambaran kesulitan sirath dan dahsyatnya siksa api neraka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمُؤْمِنُ عَلَيْهَا كَالطَّرْفِ وَكَالْبَرْقِ وَكَالرِّيحِ وَكَأَجَاوِيدِ الْخَيْلِ وَالرِّكَابِ فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ وَنَاجٍ مَخْدُوشٌ وَمَكْدُوسٌ فِي نَارِ جَهَنَّمَ حَتَّى يَمُرَّ آخِرُهُمْ يُسْحَبُ سَحْبًا ( متفق عليه)
Orang Mukmin di atasnya (yakni shirath), ada yang secepat kedipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat kuda yang amat kencang berlari, dan ada yang secepat pengendara. Maka ada yang selamat setelah tertatih-tatih dan ada pula yang dilemparkan ke dalam neraka. Mereka yang paling terakhir merangkak secara pelan-pelan”. (Muttafaqun ‘alaih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يُؤتَى بأنْعَم أهل الدنيا مِنْ أهل النار فيُصْبَغُ في النارِ صَبْغَةً ثم يُقَال: يا ابنَ آدمَ هل رأيتَ خيراً قطُّ هل مَرَّ بكَ نعيمٌ قط؟ فيقولُ لا والله يا ربِّ، ويؤْتَى بأشَدِّ الناسِ بؤساً في الدنيا مِنْ أهل الجنة فيصبغُ صبغةً في الجنة فيقال: يا ابن آدمَ هل رأيتَ بؤساً قط؟ هل مَرَّ بك من شدة قط؟ فيقولُ: لا والله يا ربِّ ما رأيتُ بؤساً ولا مرّ بِي مِنْ شدةٍ قَطُّ
“Didatangkan penduduk neraka yang paling banyak nikmatnya di dunia pada hari kiamat. Lalu ia dicelupkan ke neraka dengan sekali celupan. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan kebaikan sedikit saja? Apakah engkau pernah merasakan kenikmatan sedikit saja?’ Ia mengatakan, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku.” Didatangkan pula penduduk surga yang paling sengsara di dunia. Kemudian ia dicelupkan ke dalam surga dengan sekali celupan. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan keburukan sekali saja? Apakah engkau pernah merasakan kesulitan sekali saja?’ Ia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku! Aku tidak pernah merasakan keburukan sama sekali dan aku tidak pernah melihatnya tidak pula mengalaminya” (HR. Muslim no. 2807)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إنَّ أهْوَنَ أهل النارِ عذاباً مَنْ لَهُ نَعْلانِ وشِرَاكانِ من نارٍ يَغلي منهما دماغُه كما يغلي المِرْجَل ما يَرَى أنَّ أحداً أشدُّ منهُ عَذَاباً وإنَّهُ لأهْونُهمْ عذاباً
”Penduduk neraka yang paling ringan siksaannya di neraka adalah seseorang yang memakai dua sandal neraka yang memiliki dua tali. Kemudian otaknya mendidih karena panasnya sebagaimana mendidihnya air di kuali. Orang tersebut merasa tidak ada orang lain yang siksanya lebih pedih dari siksaannya. Padahal siksaannya adalah yang paling ringan diantara mereka” (Riwayat Imam Muslim no. 213)
Pembagian Takut :
Disebutkan Para ulama Takut itu ada yang sifatnya ibadah ( khouf ibadah) takut ini yang wajib ditumbuhkan, ada yang sifatnya syirik ( khouf syirik) takut ini yang harus dijauhi, ada yang sifatnya haram ( khauf maksiah) ini juga harus dihindari , ada yang sifatnya tabiat ( khauf Thabiah ) ini dibolehkan sebatas tabiat, serta ada takut yang pengecut ( alkhoufu alwahmiyu) ini takutnya para pengecut dan kita berlindung dari takut seperi ini.
Semoga Allah Ta'ala menumbuhkan rasa takut ibadah dalam hati kita sehingga tercermin dg rasa takut ini, semangat amal ibadah pemurnian ketaatan dan ketundukan kepada Allah Ta'ala.
Bersambung insyallah...
____________
Akhukum Fillah Ustadz Abu Amina حفظه الله Dipondok Annashihah Cepu Dikutip dari Tafsir Assa'diy rahimahullah, Shahih Kutubu Sittah, Ceramah dan kitab Syeikh Shaleh Fauzan Hafidzahullah, Ceramah dan kitab Syeikh Utsaimin rahimahullah, Fathul Madjid Syarah Kitab Tauhid, Dan sumber lainya yang sebagian disebut diatas.
Whatsapps Pesantren Salaf Online
|
Adab Kepada Allah #3 Takut Kepada Allah (Al Khouf) |