SILSILAH BENTUK-BENTUK BERWALA' TERHADAP KAUM KAFIR
Oleh : Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah
1. Meniru Mereka Dalam Berpakaian, Berbicara Dan Sebagainya
"Karena meniru mereka dalam berpakaian, berbicara dan lain sebagainya menunjukkan kecintaan terhadap yang ditiru, oleh karena itu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﺗَﺸَﺒَّﻪَ ﺑِﻘَﻮْﻡٍ ﻓَﻬُﻮَ ﻣِﻨْﻬُﻢْ
"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia adalah bagian dari mereka." (HR Abu Dawud Kitab Al Libas Bab fi Libasu Asy Syahruh 4031)
Oleh karena itu tidak di perbolehkan menyerupai kaum kafir dalam perkara yang merupakan ciri khas mereka seperti adat kebiasaannya, ibadahnya, kepribadian maupun kelakuannya: semisal mencukur jenggot dan memanjangkan kumis, atau berbicara dengan bahasa mereka kecuali jika sangat di butuhkan, demikian juga dalam cara (gaya, model) mereka berpakaian, makan minum dan lain-lainnya."
2. Bertempat Tinggal Di Negeri Mereka Dan Tidak Berupaya Pindah Dari Negeri Tersebut Ke Negeri Kaum Muslimin Dalam Rangka Lari Menyelamatkan Agamanya
"Karena hijrah dengan pengertian dan tujuan yang seperti ini adalah wajib atas setiap muslim, karena menetapnya dia di negeri kafir itu menunjukkan suatu kesetiaan terhadap kaum kafir dan dari sinilah Allah mengharamkan atas seseorang muslim untuk tinggal di antara orang-orang kafir apabila keadaan dirinya mampu untuk melakukan hijrah.
Allah berfirman:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺗَﻮَﻓَّﺎﻫُﻢْ ﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔُ ﻇَﺎﻟِﻤِﻲ ﺃَﻧﻔُﺴِﻬِﻢْ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻓِﻴﻢَ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻛُﻨَّﺎ ﻣُﺴْﺘَﻀْﻌَﻔِﻴﻦَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺃَﻟَﻢْ ﺗَﻜُﻦْ ﺃَﺭْﺽُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﺳِﻌَﺔً ﻓَﺘُﻬَﺎﺟِﺮُﻭﺍ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻓَﺄُﻭْﻟَﺌِﻚَ ﻣَﺄْﻭَﺍﻫُﻢْ ﺟَﻬَﻨَّﻢُﻭَﺳَﺎﺀَﺕْ ﻣَﺼِﻴﺮًﺍ. ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻀْﻌَﻔِﻴﻦَ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺮِّﺟَﺎﻝِ ﻭَﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟْﻮِﻟْﺪَﺍﻥِ ﻟَﺎ ﻳَﺴْﺘَﻄِﻴﻌُﻮﻥَ ﺣِﻴﻠَﺔً ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻬْﺘَﺪُﻭﻥَ ﺳَﺒِﻴﻠًﺎ.ﻓَﺄُﻭْﻟَﺌِﻚَ ﻋَﺴَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻥْ ﻳَﻌْﻔُﻮَ ﻋَﻨْﻬُﻢْ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻔُﻮَّﺍً ﻏَﻔُﻮﺭًﺍ
"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun." (An Nisa 97-99)
Maka Allah tidak menerima alasan untuk tetap tinggal di negeri kaum kafir kecuali bagi orang-orang yang lemah yang tidak mampu untuk berhijrah. Demikian pula siapa saja yang dengan tetap tinggalnya ia di negeri kafir terdapat maslahat diniyyah (kemaslahatan agama) seperti dakwah ke jalan Allah dan menyebarkan Islam ke negeri mereka."
3. Bepergian (berkunjung) Ke Negeri Mereka Dengan Tujuan Wisata Dan Bersenang-Senang (refreshing)
"Berpergian ke negeri kaum kafir di haramkan kecuali pada saat kondisi mendesak (sangat di butuhkan), seperti dalam rangka pengobatan, perniagaan maupun pengajaran untuk mengambil spesialisasi yang bermanfaat yang tidak mungkin akan di peroleh kecuali dengan mengadakan perjalanan ke negeri mereka, maka yang demikian adalah boleh sebatas kadar kebutuhan, dan apabila kebutuhannya telah selesai maka wajib kembali ke negeri kaum muslimin.
Termasuk yang di syaratkan untuk bolehnya mengadakan perjalanan seperti ini: hendaknya dia mampu menampakkan (syi'ar) agamanya, merasa terhormat dan mulia dengan keislamannya, sanggup menjauhi tempat-tempat kerusakan, serta berhati-hati (waspada) terhadap spionase musuh-musuhnya dan tipu daya (makar) mereka.
Di perbolehkan juga bepergian pergi ke negeri mereka atau bahkan wajib apabila dimaksudkan untuk dakwah ke jalan Allah dan menyebarkan Islam."
4. Membantu Dan Menolong Mereka Dalam Menghadapi Kaum Muslimin, Serta Memuji Dan Membela Mereka
"Dan ini bisa termasuk di antara pembatal-pembatal keislaman dan salah satu sebab kemurtadan. Na'udzu billahi min dzalik, kita berlidung kepada Allah dari yang demikian."
5. Meminta Bantuan Terhadap Kaum Kafir, Mempercayai Mereka Dan Meyerahkan Kekuasaan Kepada Mereka Berupa Jabatan-Jabatan Yang Di Dalamnya Terdapat Rahasia-Rahasia Kaum Muslimin, Serta Menjadikan Mereka Sebagai Teman Akrab Dan Teman Dalam Bermusyawarah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
{ ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻻ ﺗَﺘَّﺨِﺬُﻭﺍ ﺑِﻄَﺎﻧَﺔً ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻧِﻜُﻢْ ﻻ ﻳَﺄْﻟُﻮﻧَﻜُﻢْ ﺧَﺒَﺎﻻ ﻭَﺩُّﻭﺍ ﻣَﺎ ﻋَﻨِﺘُّﻢْ ﻗَﺪْ ﺑَﺪَﺕِ ﺍﻟْﺒَﻐْﻀَﺎﺀُ ﻣِﻦْ ﺃَﻓْﻮَﺍﻫِﻬِﻢْ ﻭَﻣَﺎ ﺗُﺨْﻔِﻲ ﺻُﺪُﻭﺭُﻫُﻢْ ﺃَﻛْﺒَﺮُ ﻗَﺪْ ﺑَﻴَّﻨَّﺎ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻵﻳَﺎﺕِ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻘِﻠُﻮﻥَ، ﻫَﺎ ﺃَﻧْﺘُﻢْ ﺃُﻭﻻﺀِ ﺗُﺤِﺒُّﻮﻧَﻬُﻢْ ﻭَﻻ ﻳُﺤِﺒُّﻮﻧَﻜُﻢْ ﻭَﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻛُﻠِّﻪِ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻟَﻘُﻮﻛُﻢْ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺁﻣَﻨَّﺎ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺧَﻠَﻮْﺍ ﻋَﻀُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢُ ﺍﻷﻧَﺎﻣِﻞَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻐَﻴْﻆِ ﻗُﻞْ ﻣُﻮﺗُﻮﺍ ﺑِﻐَﻴْﻈِﻜُﻢْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﻠِﻴﻢٌ ﺑِﺬَﺍﺕِ ﺍﻟﺼُّﺪُﻭﺭ، ﺇِﻥْ ﺗَﻤْﺴَﺴْﻜُﻢْ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ ﺗَﺴُﺆْﻫُﻢْ ﻭَﺇِﻥْ ﺗُﺼِﺒْﻜُﻢْ ﺳَﻴِّﺌَﺔٌ ﻳَﻔْﺮَﺣُﻮﺍ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﺇِﻥْ ﺗَﺼْﺒِﺮُﻭﺍ ﻭَﺗَﺘَّﻘُﻮﺍ ﻻ ﻳَﻀُﺮُّﻛُﻢْ ﻛَﻴْﺪُﻫُﻢْ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ ﻣُﺤِﻴﻂٌ }
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan orang-orang selain kaum muslimin (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu mencintai mereka, padahal mereka tidak mencintai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata, “Kami beriman”; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali ‘Imran: 118-120)
Ayat-ayat mulia diatas menjelaskan tentang isi hati orang-orang kafir; kebencian yang mereka sembunyikan di hadapan kaum muslimin, makar dan pengkhianatan yang mereka rencanakan untuk melawan kaum muslimin, juga kesenangan mereka atas terjadinya kerugian dan gangguan terhadap kaum muslimin dengan berbagai cara. Mereka memanfaatkan kepercayaan kaum muslimin terhadap mereka, lalu merumuskan langkah-langkah guna merugikan kaum muslimin dan agar dapat merenggut hasil dari umat Islam.
Imam Ahmad rahimahullah telah meriwayatkan dari Abu Musa Al Asy'ary radhiyallahu 'anhu, dia berkata:
"Aku pernah berkata kepada 'Umar radhiyallahu 'anhu: "Saya punya seorang sekretaris yang beragama Nasrani." maka 'Umar radhiyallahu 'anhu berkata: "Mengapa kau berbuat demikian?! celaka engkau. Tidakkah engkau mendengar firman Allah:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ}
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain." (QS. Al Maidah: 51)
Kenapa engkau tidak mengambil sekretaris yang beragama hanif (tidak menyekutukan Allah)?"
Akupun berkata: "Wahai amirul mukminin, saya butuh tulisannya dan baginya agamanya."
'Umar berkata: "Aku tak akan memuliakan mereka karena Allah telah menghinakannya, aku tak akan mengangkat derajat mereka sebab Allah telah merendahkannya, dan aku tidak akan mendekati mereka sedangkan Allah telah menjauhkan mereka."
"Dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Muslim bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam suatu ketika keluar menuju Badr, lalu diikuti oleh seseorang dari kaum musyrikin, lantas dia menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di Al Harrah, dan berkata: "Sesungguhnya aku ingin mengikutimu dan aku rela berkorban bersamamu," lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Apakah engkau beriman kepada Allah dan Rasul Nya ?". Dia berkata: "Tidak". Maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
( ﺍﺭْﺟِﻊْ ﻓَﻠَﻦْ ﺃَﺳْﺘَﻌِﻴﻦَ ﺑِﻤُﺸْﺮِﻙٍ )
"Kembalilah, karena aku tidak akan meminta tolong kepada orang musyrik". (HR. Imam Muslim no. 1817)
Dari nash-nash di atas, jelaslah bagi kita tentang haramnya mengangkat kaum kafir untuk menduduki jabatan yang menyangkut urusan kaum muslimin, dimana dengan jabatan tersebut mereka bisa leluasa menelaah keadaan kaum muslimin dan rahasia-rahasianya, serta berbuat makar terhadap kaum muslimin dengan menimpakan mudharrat kepada mereka.
Termasuk di antara hal ini, adalah apa yang nyata terjadi di masa sekarang yaitu mendatangkan orang-orang kafir ke negeri kaum muslimin -negeri Haramain Syarifain-, dan menjadikan mereka sebagai para buruh-pekerja, sopir sopir, pembantu, bahkan guru pendidik di rumah-rumah. Mereka berbaur bersama anggota keluarganya, atau bersama kaum muslimin di negerinya kaum muslimin."
6. Mengunakan Penanggalan Sesuai Penanggalan (kalender) Mereka, Khususnya Kalender Yang Mengemukakan Tentang Upacara Keagamaan Dan Hari Raya Mereka, Seperti Kalender Masehi (Miladi)
"Yang mana penanggalan tersebut merupakan ungkapan simbolik dari peringatan kelahiran al masih alaihis salam (isa), apalagi ini adalah ajaran baru (bid'ah) yang mereka ada-adakan, bukan berasal dari (ajaran) agama al masih. Karena itu, menggunakan penanggalan ini berarti turut andil dalam menghidupkan syi'ar-syi'ar dan hari raya mereka.
Dan dalam rangka menjauhi masalah ini, tatkala para sahabat -semoga Allah meridhai mereka semua-, hendak membuat penanggalan bagi kaum muslimin di masa khalifah Umar radhiyallahu 'anhu, mereka berpaling dari penanggalan orang-orang kafir dan membuat penanggalan sendiri berdasarkan peristiwa hijrahnya Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini termasuk perkara yang menunjukkan atas wajibnya menyelisihi kaum kafir, baik dalam masalah ini maupun selainnya yang menjadi ciri khas mereka. Hanya Allah-lah tempat meminta pertolongan."
7. Ikut Berpartisipasi Dalam Peringatan Hari Raya Mereka, Membantu Mereka Dalam Menyelenggarakannya, Memberikan Ucapan Selamat Berkenaan Dengan Hari Raya Tersebut Atau Turut Menghadiri Pelaksanaannya
Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah berkata:
"Padahal sungguh telah ditafsirkan firman Allah subhanahu wata'ala:
{ ﻭﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻻ ﻳَﺸْﻬَﺪُﻭْﻥَ ﺍﻟﺰُّﻭْﺭَ }
“Dan orang-orang yang tidak menghadiri (hal-hal yang bersifat) kedustaan/perayaan-perayaan orang-orang kafir.” (QS. Al-Furqan: 72)
Yaitu termasuk diantara sifat hamba Ar Rahman, adalah mereka tidak menghadiri acara acara peringatan hari raya orang orang kafir.
8. Memuji Mereka Dan Menyanjung Segala Sesuatu Yang Ada Pada Mereka Seperti Peradabannya, Kemajuannya, Atau Mengagumi Akhlak Maupun Keahliannya Tanpa Melihat Kepada Akidah Mereka Yang Bathil Dan Agama Mereka Yang Rusak
Allah Ta’ala berfirman:
"ﻭَﻻ ﺗَﻤُﺪَّﻥَّ ﻋَﻴْﻨَﻴْﻚَ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ ﻣَﺘَّﻌْﻨَﺎ ﺑِﻪِ ﺃَﺯْﻭَﺍﺟًﺎ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﺯَﻫْﺮَﺓَ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻟِﻨَﻔْﺘِﻨَﻬُﻢْ ﻓِﻴﻪِ ﻭَﺭِﺯْﻕُ ﺭَﺑِّﻚَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻭَﺃَﺑْﻘَﻰ"
“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Thaaha: 131).
Namun yang demikian ini bukan berarti bahwa kaum muslimin tidak perlu mengambil sebab-sebab kekuatannya, seperti mempelajari ilmu (teknik) perindustrian, dasar-dasar penopang perekonomian yang dibolehkan (syari'at), dan berbagai teknik strategi militer. Bahkan ini semua merupakan perkara yang dituntut dalam syari'at.
Allah ta'ala berfirman:
"وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ"
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi." (QS. Al Anfaal: 60)
Berbagai manfaat dan rahasia alam ini pada dasarnya adalah diperuntukkan bagi kaum muslimin.
Allah ta'ala berfirman:
"ﻗُﻞْ ﻣَﻦْ ﺣَﺮَّﻡَ ﺯِﻳﻨَﺔَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﺃَﺧْﺮَﺝَ ﻟِﻌِﺒَﺎﺩِﻩِ ﻭَﺍﻟﻄَّﻴِّﺒَﺎﺕِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮِّﺯْﻕِ ﻗُﻞْ ﻫِﻲَ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺧَﺎﻟِﺼَﺔً ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ"
“Katakanlah: ”Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah di keluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik”. Katakanlah: ”Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” (QS. al-A’raaf: 32).
Dan Allah ta'ala berfirman:
"وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ "
"Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya." (QS. Jatsiyah: 13)
Dan Allah berfirman:
"هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًاٌ"
"Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian." (QS. Al Baqarah: 29)
Karena itu, wajib bagi kaum muslimin untuk menjadi yang terdepan dalam menggali berbagai manfaat dan potensi-kekuatan ini, sehingga mereka tidak bergantung kepada orang-orang kafir dalam meraihnya, bahkan hendaknya kaum muslimin memiliki pabrik-pabrik dan hasil produk sendiri.
9. Memberi Nama Dengan Nama-Nama Orang Kafir
"Sebagian kaum muslimin memberi nama anaknya (baik laki-laki maupun perempuan) dengan nama-nama asing dan justru meninggalkan nama-nama bapak ibunya, kakek-nenek moyang nya dahulu, dan nama-nama (Islam) yang di kenal masyarakat mereka, padahal Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟْﺄَﺳْﻤَﺎﺀِ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ"
“Sebaik-baik nama adalah 'Abdullah dan 'Abdurrahman.” HR. Ahmad
Akibat perubahan nama-nama, sungguh telah di dapati suatu generasi yang membawa nama-nama tak di kenal, sehingga menjadi salah satu penyebab terpisahnya (hubungan) generasi sekarang dengan generasi terdahulu dan tidak lagi saling mengenal antara sanak famili mereka, yang dulunya bisa di kenali dengan nama-nama mereka yang khusus."
10. Memohonkan Ampun Untuk Mereka dan Memintakan Rahmat (kepada Allah) Bagi Mereka.
"Allah Ta'ala telah mengharamkan yang demikian itu dengan firman Nya:
"ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻟِﻠﻨَّﺒِﻲِّ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺃَﻥْ ﻳَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭﺍ ﻟِﻠْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﺃُﻭْﻟِﻲ ﻗُﺮْﺑَﻰ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِ ﻣَﺎ ﺗَﺒَﻴَّﻦَ ﻟَﻬُﻢْ ﺃَﻧَّﻬُﻢْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ"
"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam." (At Taubah: 113)
Karena dalam perbuatan ini mengandung adanya kecintaan terhadap mereka dan membenarkan apa yang ada pada mereka."
📚 Dikutip dari Kitab Al Wala wal Bara Fil Islam lisy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan
📑 WA Ashhaabus Sunnah
📝💻 Majmu'ah Hikmah Salafiyyah || ▶️ https://t.me/hikmahsalafiyyah