(ditulis oleh: Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc)
Di akhir-akhir masa usianya, beliau mengalami sakit keras dan sempat beberapa kali keluar masuk rumah sakit. Sesekali beliau keluar dari rumah sakit dalam kondisi tampak sehat. Namun, apabila Allah l menetapkan sesuatu maka Dia tentu akan menyiapkan sebab-sebabnya. Pada sakit akhirnya, beliau pun dimasukkan ke rumah sakit di negeri ketiganya, Yordania, untuk menjalani perawatan. Namun, semua itu hanya sebuah upaya, yang tidak mungkin mengubah takdir, apabila Allah l telah menetapkan.
Pada hari Sabtu 22 Jumadil Akhir 1420 H yang bertepatan dengan 2 Oktober 1999 M beberapa saat sebelum maghrib, Allah l mengambil titipan-Nya. Matahari itu kini tenggelam. Jangan engkau kira hanya jasad yang engkau kubur, bahkan ilmu yang luas engkau kuburkan.
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari dada manusia, tetapi dengan wafatnya para ulama.” (Muttafaqun alaih)
Al-Albani, semoga Allah l merahmatimu dan membalasimu dengan sebaik-baik balasan atas jasamu, serta menempatkanmu di rumah kemuliaan-Nya yang luas.
Ya Allah, berikan kami pahala atas musibah yang menimpa kami dan berikan kepada kami yang lebih baik darinya.
Sungguh, air mata berlinang dan sungguh kalbu benar-benar sedih, namun kami tidak mengatakan melainkan apa yang membuat ridha Rabb kami. Kami benar-benar sedih dengan perpisahan denganmu, wahai al-Albani….
Sesegera mungkin jenazahnya dipersiapkan sesuai wasiatnya, tanpa memberikan pemberitahuan selain hanya kepada orang-orang tertentu yang menyiapkan jenazahnya. Namun, telah sekitar lima ribu orang telah menyalati beliau dan mengiringi jenazahnya karena begitu cepatnya berita menyebar. Hal ini mengingatkan kita kepada ucapan al-Imam Ahmad bin Hanbal t,
قُوْلُوا لِأَهْلِ اْلبِدَعِ: بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ يَوْمَ اْلجَنَازَةِ
“Katakan kepada ahli bid’ah, ‘(Bukti) antara kami dan kalian adalah saat hari jenazah’.”
Beliau pun dishalati dengan sembilan takbir, sebagaimana salah satu tuntunan Nabi n dalam shalat jenazah.
Di atas pundak-pundak kemudian jenazahnya dipikul menuju makam.
Sebelum meninggal, beliau telah menuliskan wasiat. Berikut ini isi wasiat tersebut.
Bismillahirrahmanirrahim.
Aku wasiatkan kepada istriku, anak-anakku, sahabat-sahabatku dan semua yang mencintaiku, apabila sampai kepadanya berita kematianku, hendaknya mendoakan agar aku diampuni dan diberi rahmat-Nya. Ini yang pertama. Di samping itu, hendaknya mereka tidak menangisi aku dengan tangisan ratapan dan suara yang keras.
Kedua, hendaknya mereka menyegerakan pemakamanku dan tidak memberitakan kematianku kepada kerabat-kerabat dan saudara-saudaraku selain sebatas untuk melaksanakan kewajiban menyiapkan jenazahku. Selain itu, hendaknya yang memandikan aku adalah Izzat Khidir Abu Abdillah, tetanggaku dan temanku yang tulus, serta yang dia pilih untuk membantu pelaksanaannya.
Ketiga, aku memilih untuk dimakamkan di tempat terdekat agar tidak perlu bagi yang membawa jenazahku untuk meletakkannya di mobil, lalu yang mengiringinya pun menaiki mobil. Hendaknya pula pekuburan itu adalah pekuburan lama yang besar kemungkinan tidak akan dipugar.
Bagi orang-orang yang berada di daerah tempat aku wafat, hendaknya mereka tidak mengabarkan kepada anak-anakku yang di luar daerah, apalagi kepada yang lain, selain setelah jenazahku dipikul, agar perasaan tidak menguasai dan berbuat terhadap mereka sehingga menjadi sebab ditundanya jenazahku.
(Aku tulis wasiat ini) dengan memohon kepada Allah l untuk berjumpa dengannya dalam keadaan Dia telah mengampuni dosaku, apa yang telah lalu dan yang terjadi belakangan.
Kemudian aku wasiatkan agar perpustakaanku semuanya, baik buku yang tercetak maupun fotokopian, atau manuskrip tulisanku atau tulisan orang lain, untuk disumbangkan kepada perpustakaan Universitas Islam di al-Madinah al-Munawwarah.
Hal ini karena aku memiliki kenangan-kenangan indah di sana dalam berdakwah kepada al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman manhaj as-salafush shalih saat aku menjadi dosen di sana.
(Hal ini) diiringi harapan agar Allah l memberi manfaat dengannya kepada para pengunjungnya, sebagaimana memberikan manfaat dengan pemilik kitab-kitab tersebut kepada mahasiswa-mahasiswanya ketika itu.
Di samping itu agar Allah l memberikan manfaat kepadaku karena keikhlasan mereka dalam mendoakan aku.
27 Jumadil Ula 1410 H
Ditulis oleh yang sangat membutuhkan rahmat Rabbnya:
Muhammad Nashiruddin al-Albani
“Wahai Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (al-Ahqaf: 15)