Asysyariah
Asysyariah

tata cara shalat orang yang sakit

3 tahun yang lalu
baca 3 menit
Tata Cara Shalat Orang yang Sakit
  1. Orang yang sakit wajib mengerjakan shalat fardu dengan berdiri, meskipun posisinya membungkuk atau bersandar pada dinding/tongkat (sebagai media untuk bertumpu).

  2. Apabila orang yang sakit tidak mampu shalat dengan berdiri, hendaknya dia shalat dengan duduk. Diutamakan duduk bersila di tempat berdiri dan rukuk.

  3. Apabila tidak mampu shalat dengan duduk, hendaknya shalat dengan berbaring miring dan dengan menghadap kiblat.

Berbaring miring di atas sisi kanan lebih afdal (daripada sisi kiri). Jika tidak memungkinkan menghadap kiblat, hendaknya tetap shalat dengan menghadap ke mana saja. Shalatnya tetap sah dan tidak perlu mengulanginya.

  1. Apabila tidak mampu shalat dengan berbaring miring, hendaknya shalat dengan posisi telentang dan kaki menghadap ke arah kiblat.

Lebih afdal jika kepalanya diangkat sedikit supaya bisa menghadap ke arah kiblat. Apabila tetap tidak mampu menghadapkan kakinya ke arah kiblat, hendaknya dia shalat sesuai dengan kemampuan. (Shalatnya tetap sah, -pent.) dan tidak perlu mengulanginya.

  1. Orang yang sakit wajib melakukan rukuk dan sujud dalam shalatnya.

Apabila tidak mampu, hendaknya ia rukuk dan sujud dengan mengisyaratkan (menundukkan) kepalanya. Pada saat sujud, hendaknya isyarat kepalanya lebih menunduk daripada ketika rukuk.

Apabila dia hanya mampu rukuk tanpa sujud, hendaknya dia tetap rukuk (seperti biasanya) dan bersujud dengan isyarat (menundukkan kepalanya). Sebaliknya, jika ia hanya mampu sujud tanpa rukuk, hendaknya ia tetap sujud (seperti biasanya) dan rukuk dengan isyarat (menundukkan kepalanya).

  1. Apabila ia tidak mampu menggunakan isyarat dengan kepala dalam rukuk dan sujudnya, hendaknya dia mengisyaratkan dengan mata.

Caranya ialah dengan sedikit menutup mata ketika rukuk dan memejamkannya sewaktu sujud.

Adapun (shalat dengan) mengisyaratkan jari—sebagaimana hal ini dilakukan oleh sebagian orang yang sakit—, hal tersebut tidak benar. Saya tidak mengetahui dalilnya dari Al-Qur’an, As-Sunnah (hadits), ataupun pendapat ulama.

  1. Apabila ia tidak mampu memberi isyarat dengan kepala atau mata, hendaknya ia tetap shalat di dalam hatinya.

Dia bertakbir dan membaca (bacaan shalat) serta meniatkan rukuk, sujud, berdiri, dan duduknya; di dalam hatinya. Setiap hamba akan mendapatkan apa yang dia niatkan.

  1. Orang yang sakit wajib melakukan shalat pada waktunya dan mengerjakan seluruh kewajiban yang mampu dilakukannya.

Jika dia mengalami kesulitan/masyaqqah dalam mengerjakan setiap shalat pada waktunya, dia boleh menjamak antara shalat Zuhur dan Asar, demikian pula antara shalat Magrib dan Isya. Dia boleh melakukan jamak takdim dengan melakukan shalat Asar pada waktu zuhur atau melakukan shalat Isya pada waktu magrib.

Demikian pula ia boleh melakukan jamak takhir dengan melakukan shalat Zuhur pada waktu asar atau melakukan shalat Magrib pada isya. (Dia boleh memilih jamak takdim atau jamak takhir) sesuai dengan yang paling mudah baginya. Adapun shalat Subuh tidak boleh dijamak.

  1. Apabila orang yang sakit dalam keadaan safar untuk berobat ke negeri lain, dia mengqasar shalat yang memiliki rakaat berjumlah empat.

Dia mengerjakan shalat Zuhur, Asar, dan Isya; dengan dua rakaat dua rakaat hingga ia pulang ke negerinya, baik safarnya tersebut jangka waktunya lama maupun singkat.

Sumber:

Kaifa Yatathahhar al-Mariidh wa Yushallii dari Risaalah fii al-Wudhuu` wa al-Ghusl wa ash-Shalaah, hlm. 12—16 karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah

(Ustadz Abu Ismail Arif)