Asysyariah
Asysyariah

tak ingin menjadi yang mayoritas…

8 tahun yang lalu
baca 8 menit

Jumlah yang banyak sering kali menjadi tujuan dan kebanggaan. Akan tetapi, menurut syariat agama ini jumlah yang banyak bukanlah standar kebaikan, justru sebaliknya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

          وَإِن تُطِعۡ أَكۡثَرَ مَن فِي ٱلۡأَرۡضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ

“Jika engkau menaati kebanyakan orang yang ada di muka bumi niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (al-An’am: 116)

وَمَآ أَكۡثَرُ ٱلنَّاسِ وَلَوۡ حَرَصۡتَ بِمُؤۡمِنِينَ ١٠٣

“Tidaklah kebanyakan manusia itu beriman walau engkau sangat menginginkan (mereka beriman).” (Yusuf: 103)

          وَقَلِيلٞ مِّنۡ عِبَادِيَ ٱلشَّكُورُ ١٣

“Sedikit dari hamba-hamba-Ku yang mau bersyukur.” (Saba: 13)

Apalagi untuk berita yang satu ini, tentu semua akan berkata, “Aku tak ingin menjadi yang mayoritas.”

Berita apakah gerangan?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan berita besar bahwa penghuni neraka kebanyakannya adalah para wanita. Artinya, mayoritas kaum hawa adalah calon penghuni neraka. Duhai, karena dosa apakah? Silakan baca dan renungkan hadits-hadits berikut ini.

  1. Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu ‘anhu berkata,

خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ إِلَى الْمُصَلَّى فِي أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ، فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ: يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ، تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ. فَقُلْنَ: وَبِمَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: تُكْثِرْنَ الْلَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ، مَا رَأَيْتُ مِنْ ناَقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِيْنٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju tanah lapang pada hari Idul Adha atau Idul Fithri. Beliau melewati para wanita. Beliau bersabda, “Wahai sekalian kaum wanita, bersedekahlah kalian, karena aku melihat mayoritas kalian adalah penghuni neraka.”

Para wanita pun bertanya, “Kenapa demikian, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab, “Kalian banyak melaknat dan mengingkari kebaikansuami. Aku belum pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya yang dapat menghilangkan akal lelaki yang kokoh daripada kalian.” (HR. al-Bukhari no. 304 dan Muslim no. 79)

  1. Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُرِيْتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ. قِيْلَ: أَيَكْفُرْنَ باِللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

Diperlihatkan kepadaku neraka, ternyata mayoritas penghuninya adalah para perempuan yang kufur.

Ada yang bertanya, “Apakah mereka kufur kepada Allah ?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri kebaikannya. Seandainya kamu berbuat baik kepada salah seorang dari mereka sepanjang masa, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak disukainya), dia akan berkata, ‘Aku sama sekali tidak pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. al-Bukhari no. 29)

  1. Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhuma menyampaikan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

قُمْتُ عَلَى بَابِ الْجَنَّةِ فَكَانَ عَامَّةَ مَنْ دَخَلَهُ الْمَسَاكِيْنُ وَأَصْحَابُ الْجَدِّ مَحْبُوسُوْنَ غَيْرَ أَنَّ أَصْحَابَ النَّارِ قَدْ أُمِرَ بِهِمْ إِلَى النَّارِ، فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا النِّسَاءُ

“Aku berdiri di pintu surga. Ternyata keumuman yang masuk ke dalamnya adalah orang-orang miskin. Adapun orang-orang kaya masih tertahan. Hanya saja, penghuni neraka telah diperintahkan masuk ke dalam neraka, dan teryata keumuman penghuni neraka adalah para perempuan.” (HR. al-Bukhari no. 5196 dan Muslim no. 6872)

  1. Imran radhiallahu ‘anhu menyampaikan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

اِطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ، وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ

“Aku melongok ke dalam surga, ternyata aku lihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang miskin. Aku melongok ke dalam neraka, ternyata mayoritas penghuninya adalah para perempuan.” (HR. al-Bukhari no. 5198 dan Muslim no. 6873)

  1. Mutharrif ibnu Abdillah memiliki dua istri. Suatu ketika Mutharrif pulang dari tempat salah seorang istrinya.

Istri yang lain bertanya (dengan cemburu), “Apakah engkau baru kembali dari tempat si Fulanah?”

Mutharrif menjawab, “Aku baru kembali dari tempat Imran bin Hushain. Dia menceritakan kepada kami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَقَلَّ ساَكِنِي الْجَنَّةَ النِّسَاءُ

“Sesungguhnya minoritas penduduk surga adalah kaum perempuan.” (HR. Muslim no. 6877)

  1. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَشَرُّ نِسَائِكُمُ الْمُتَبَرِّجَاتُ الْمُتَخَيِّلاَتُ وَهُنَّ الْمُنَافِقَاتُ، لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْهُنَّ إِلاَّ مِثْلُ الْغُرَابِ الْأَعْصَمِ

“Seburuk-buruk istri kalian adalah yang senang bertabarruj dan angkuh. Mereka adalah perempuan-perempuan munafik. Tidak akan masuk surga dari kalangan mereka kecuali semisal burung gagak yang paruh dan kedua kakinya berwarna merah.” (HR. al-Baihaqi dalam Sunannya no. 13478, dinyatakan sahih dalam ash-Shahihah no. 1849)

  1. ‘Ammarah bin Khuzaimah berkisah,

كُنَّا مَعَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ فِي حَجٍّ أَوْ عُمْرَةٍ. فَلَمَّا كُنَّا بِمَرِّ الظَّهْرَانِ إِذَا نَحْنُ بِامْرَأَةٍ فِي هَوْدَجِهَا وَاضِعَةً يَدَهَا عَلَى هَوْدَجِهَا. فَلَمَّا نَزَلَ دَخَلَ الشِّعْبَ وَدَخَلْنَا مَعَهُ، فَقَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ فِي هَذَا الْمَكَانِ، فَإِذَا نَحْنُ بِغِرْبَانٍ كَثِيْرٍ، فِيْهَا غُرَابٌ أَعْصَمُ أَحْمَرُ الْمِنْقَارِ وَالرِّجْلَيْنِ . فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ :لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنَ النِّسَاءِ إِلاَّ كَقَدْرِ هَذَا الْغُرَابِ مَعَ هَذَا الْغِرْبَانِ

Kami pernah bersama ‘Amr ibnul ‘Ash radhiallahu ‘anhu dalam perjalanan haji atau umrah. Tatkala di Marru azh-Zhahran, kami berpapasan dengan seorang perempuan di dalam sekedupnya yang meletakkan tangannya di atas sekedupnya.

Saat kami singgah, ‘Amr masuk ke lembah. Kami pun masuk bersamanya. ‘Amr berkata, “Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tempat ini. Tiba-tiba, kami berada mendapati sekumpulan burung gagak. Di antaranya ada seekor burung gagak yang paruh dan dua kakinya berwarna merah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kaum perempuan tidak akan masuk surga, kecuali semisal burung gagak ini di antara burung-burung gagak yang lain.” (HR. an-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubra no. 9223)

Al-Hakim meriwayatkan dalam Mustadraknya, perawi hadits ini berkata,

وَاضِعَةٌ يَدَهَا عَلَى هَوْدَجِهَا فِيْهَا خَوَاتِيْمُ

“Si perempuan meletakkan tangannya di atas sekedupnya dalam keadaan cincin-cincin melingkar pada jari-jemarinya.”

Abu Ya’la dalam Musnadnya menyebutkan dengan lafadz,

فَإِذَا نَحْنُ باِمْرَأَةٍ عَلَيْهَا جَبَائِرَأَيْ أَسَاوِرَ فِ مِعْصَمِهَا مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍلَهاَ وَخَوَاتِيْم وَقَدْ بَسَطَتْ يَدَهَا إِلَى الْهَوْدَجِ

“Tiba-tiba kami berpapasan dengan seorang perempuan yang pergelangan tangannya mengenakan gelang-gelang dari emas atau perak, begitu pula pada jemarinya ada cincin-cincin. Si perempuan membentangkan tangannya ke sekedupnya.” (Hadits di atas dinyatakan sahih sanadnya dalam ash-Shahihah no. 1850)

Burung gagak dengan sifat yang disebutkan dalam hadits yaitu ala’sham, sangat jarang ditemukan. Paruhnya berwarna merah, demikian pula kedua kakinya, langka ditemukan pada kumpulan burung gagak. Ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas merupakan kiasan untuk menunjukkan sedikitnya perempuan yang masuk surga. (an-Nihayah fi Gharibil Hadits)

Apabila tidak masuk ke surga, berarti di mana tempatnya?

Wanita menghuni surga karena perbuatan mereka sendiri. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَلَا يَظۡلِمُ رَبُّكَ أَحَدٗا ٤٩

“Dan Rabbmu tidaklah menzalimi seorang pun.” (al-Kahfi: 49)

Hadits-hadits di atas tidaklah dimaksudkan untuk membuat kaum perempuan putus asa dari rahmat Allah subhanahu wa ta’ala . Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikannya sebagai nasihat dan peringatan kepada mereka dari berbagai hal yang bisa mendatangkan kemurkaan Allah subhanahu wa ta’ala dan hukuman-Nya.

Alangkah pantasnya seorang perempuan yang mengaku beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari akhir merenungi hadits-hadits di atas, lalu menjauh dari sebab-sebab datangnya siksa.

Seharusnya seorang muslimah menjaga diri dari perbuatan mencaci maki, tidak bersyukur kepada suami, melupakan kebaikannya, bertabarruj, bersikap angkuh, melakukan tindakan yang meenimbulkan godaan bagi lelaki. Sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا رَأَيْتُ مِنْ ناَقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِيْنٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ

“Aku belum pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya yang dapat menghilangkan akal lelaki yang kokoh daripada kalian.”

Ketika sahabat yang mulia, ‘Amr ibnul Ash radhiallahu ‘anhu, melihat seorang perempuan yang membiarkan tangannya terbuka, terlihat dari luar sekedupnya, dengan tangan dihiasi gelang dan cincin emas, beliau teringat dengan titah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas.

Kira-kira,bagaimana reaksi beliau bila melihat banyak perempuan di masa ini yang tampil keluar rumah dengan bertabarruj, mempertontonkan keindahan tubuh dan perhiasannya, bersolek dengan aneka hiasan, dengan harum semerbak, dan lenggak-lenggok tubuh yang menggoda? Wallahul musta’an.

Tidakkah para perempuan itu bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala? Tidakkah mereka takut saat nanti berdiri di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka saat hidup di dunia?

Perempuan yang cerdas tentu akan menjauh dari perbuatan yang terlarang tersebut karena rasa takut kepada Allah Rabbul Alamin subhanahu wa ta’ala dan semangat untuk menaati serta meraih ridha-Nya.

Cobalah perempuan yang salihah memerhatikan hadits yang diriwayatkan al-Imam Ahmad rahimahullah dalam Musnadnya dari Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu berikut ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيْلَ لَهَا: اُدْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

Jika seorang perempuan menegakkan shalat lima waktu, berpuasa di bulan puasa (Ramadhan), menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, dikatakan kepadanya (pada hari kiamat kelak), “Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau mau.”

Berbahagialah perempuan muslimah dengan janji yang mulia dan keutamaan yang agung ini. Dia selalu membingkai cerita hidupnya dalam ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, berpegang teguh dengan Kitabullah, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Bergembiralah dia pada hari kiamat kelak dengan keridhaan Rabbnya, pahala yang besar, selamat dari azab neraka; tidak menjadi yang mayoritas, bahkan sukses memasuki Darussalam nan penuh kenikmatan.

وَٱلَّذِينَ يُمَسِّكُونَ بِٱلۡكِتَٰبِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُصۡلِحِينَ ١٧٠

“Orang-orang yang berpegang teguh dengan Kitabullah dan mereka menegakkan shalat, sungguh Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat islah (melakukan perbaikan di muka bumi dengan amal ketaatan).” (al-A’raf: 170)

Wallahul Musta’an.

Ditulis oleh al-Ustadzah Ummu Ishaq al-Atsariyah