Pertanyaan:
Seseorang berencana akan melakukan safar dan telah melakukan shalat jamak. Namun, qadarullah rencana safar diundur sampai hari esok. Apa hukum shalat jamak tersebut? Apa shalatnya sudah terpenuhi dengan yang dijamak tersebut atau harus diulangi pada waktunya?
Menjamak shalat ada yang diistilahkan dengan jamak taqdim, yaitu mengerjakan dua shalat pada waktu shalat yang awal. Contohnya ialah menjamak shalat Zuhur dan Asar pada waktu zuhur atau menjamak shalat Magrib dan Isya pada waktu magrib.
Di antara faktor penyebabnya adalah rencana safar dilakukan setelah tergelincir matahari atau setelah magrib dan dikhawatirkan tidak bisa melaksanakan shalat yang kedua (Asar atau Isya) dengan baik jika tidak dijamak.
Baca juga: Hukum Menjamak Shalat dalam Safar
Dalilnya adalah hadits Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, beliau berkata,
أَلَا أُحَدِّثُكُمْ عَنْ صَلَاةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي السَّفَرِ؟
“Maukah aku sampaikan kepada kalian tentang shalat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam saat safar?”
قَالَ: قُلْنَا: بَلَى.
Perawi berkata, “Kami menjawab, ‘Tentu saja mau’.”
قَالَ: كَانَ إِذَا زَاغَتِ الشَّمْسُ فِي مَنْزِلِهِ، جَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ، وَالْعَصْرِ قَبْلَ أَنْ يَرْكَبَ، وَإِذَا لَمْ تَزِغْ لَهُ فِي مَنْزِلِهِ، سَارَ حَتَّى إِذَا حَانَتِ الْعَصْرُ نَزَلَ، فَجَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ، وَإِذَا حَانَتِ الْمَغْرِبُ فِي مَنْزِلِهِ، جَمَعَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ الْعِشَاءِ، وَإِذَا لَمْ تَحِنْ فِي مَنْزِلِهِ رَكِبَ، حَتَّى إِذَا حَانَتِ الْعِشَاءُ، نَزَلَ، فَجَمَعَ بَيْنَهُمَا
Baca juga: Hukum Mengqashar Shalat dalam Safar
Ibnu Abbas berkata,
“Apabila matahari telah tergelincir dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam masih di rumahnya, beliau menjamak antara Zuhur dan Asar sebelum berangkat.
Apabila matahari belum tergelincir saat beliau masih di rumah, beliau berangkat. Ketika tiba waktu Asar, beliau singgah dan menjamak shalat Zuhur dan Asar.
Apabila tiba waktu magrib dan beliau masih di rumah, beliau menjamak shalat Magrib dan Isya.
Apabila waktu magrib belum tiba saat beliau masih di rumah, beliau berangkat pergi. Manakala tiba waktu isya, beliau singgah untuk menjamaknya.” (HR. Ahmad; Syaikh al-Albani rahimahullah menilainya sahih dalam kitab al-Irwa 3/31)
Baca juga: Batas Safar yang Boleh Qashar Shalat
Selanjutnya, jika ternyata seseorang ditakdirkan belum jadi safar padahal sudah menjamak shalat, dia tidak perlu mengulangi shalatnya tersebut. Sebab, apa yang dilakukan sudah sah dan ada faktor penyebabnya.
Namun, dia boleh ikut shalat berjamaah bersama jamaah shalat Asar atau Isya dengan meniatkannya sebagai shalat Sunnah. Sebab, shalat yang wajib sudah dia lakukan secara jamak.
Dalilnya adalah kisah ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selesai mengimami shalat, beliau mendapati ada dua orang di bagian belakang masjid tidak ikut shalat. Beliau bertanya,
مَا مَنَعَكُمَا أَنْ تُصَلِّيَا مَعَنَا؟
“Apa yang menghalangi kalian berdua untuk shalat bersama kami?”
قَالَا: قَدْ صَلَّيْنَا فِي رِحَالِنَا.
Mereka menjawab, “Kami sudah shalat di tempat kami.”
فَقَالَ: لَا تَفْعَلُوا، إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فِي رَحْلِهِ ثُمَّ أَدْرَكَ الْإِمَامَ وَلَمْ يُصَلِّ، فَلْيُصَلِّ مَعَهُ فَإِنَّهَا لَهُ نَافِلَةٌ
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lalu bersabda, “Jangan lakukan seperti itu! Apabila salah seorang dari kalian sudah selesai shalat di tempatnya, kemudian mendapati imam belum shalat, hendaknya dia shalat bersamanya. Sebab, sesungguhnya shalat tersebut menjadi shalat sunnah baginya.” (HR. Abu Dawud; Syaikh al-Albani rahimahullah menilainya sahih dalam kitab Shahih Sunan Abi Dawud no. 238)
Baca juga: Shalat di Pesawat dan Jarak Safar
Wallahu a’lam bish-shawab.