(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar Thalib)
Peperangan memanglah tipu daya. Maka strategi menjadi salah satu faktor kunci untuk memenanginya. Tak terkecuali apa yang dilakukan kaum muslimin dalam perang Ahzab ini. Dengan pertolongan Allah l kemudian muslihat yang jitu, mereka berhasil memorakporandakan barisan pasukan koalisi musyrikin dan Yahudi.Muslihat Nu’aim bin Mas’ud z
Allah k –segala puji hanya milik Allah l– berbuat apa saja yang Dia kehendaki. Dialah yang menghancurkan persekutuan musuh-musuh-Nya, menghinakan dan melemahkan kekuatan mereka.
Di antara yang Allah l jadikan sebab kehancuran mereka adalah datangnya seorang laki-laki Ghathafan bernama Nu’aim bin Mas’ud bin ‘Amir z. Dia datang kepada Rasulullah n, lalu berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya telah masuk Islam. Perintahkanlah saya berbuat sesuatu apa yang anda inginkan.”
Rasulullah n berkata kepadanya: “Engkau hanya sendirian. Lakukanlah muslihat untuk kami semampumu, karena perang itu adalah tipu daya.”
Dengan segera Nu’aim berangkat menuju perkampungan Bani Quraizhah di mana ia adalah teman mereka semasa jahiliah. Nu’aim masuk ke perkampungan mereka dalam keadaan mereka tidak mengetahui keislamannya. Kemudian dia berkata: “Wahai Bani Quraizhah, sesungguhnya kalian telah memerangi Muhammad n. Sementara jika orang-orang Quraisy mendapat kesempatan tentulah mereka manfaatkan. Jika tidak, niscaya mereka akan segera kembali ke kampung halaman mereka dan membiarkan kalian menghadapi Muhammad n. Sudah tentu dia (Muhammad n) akan menghabisi kalian.”
Mereka bertanya: “Lantas apa yang harus kami lakukan, wahai Nu’aim?”
Kata Nu’aim: “Kalian jangan mau berperang bersama Quraisy sampai mereka memberi jaminan.” Mereka pun berkata: “Sungguh, engkau telah memberikan saran yang tepat.”
Selanjutnya, Nu’aim datang menemui orang-orang Quraisy, katanya kepada mereka: “Kalian sudah tahu kecintaanku kepada kalian, juga nasihat-nasihatku.” Kata mereka: “Benar.”
Kata Nu’aim lagi: “Sebetulnya, orang-orang Yahudi menyesal melanggar perjanjian mereka dengan Muhammad n dan para sahabatnya. Mereka sudah mengirim utusan kepadanya (Muhammad n)) bahwa mereka meminta jaminan dari kalian agar kalian serahkan kepadanya, lantas mereka akan melobi kalian. Kalau mereka meminta jaminan kepada kalian, janganlah kalian berikan.”
Setelah itu, Nu’aim mendatangi orang-orang Ghathafan dan mengatakan kalimat yang sama dengan yang diucapkannya kepada yang lainnya.
Begitu masuk malam Sabtu bulan Syawwal, pasukan sekutu itu menemui tokoh-tokoh Yahudi dan mengatakan: “Kami bukan penduduk asli di sini, perbekalan dan sepatu khuf kami sudah rusak. Maka, marilah bangkit bersama kami agar kita bisa menumpas Muhammad n.”
Mendengar hal ini, orang-orang Yahudi mengatakan: “Sesungguhnya hari ini adalah hari Sabtu. Dan kalian sudah tahu apa yang menimpa para pendahulu kami ketika mereka mengada-adakan sesuatu pada hari itu. Namun demikian, kami juga tidak akan berperang bersama kalian sampai kalian memberi jaminan kepada kami.”
Ketika utusan itu datang menyampaikan hasilnya kepada mereka, orang-orang Quraisy berkata: “Sungguh, benar apa yang dikatakan Nu’aim.” Merekapun mengirim utusan lagi kepada orang-orang Yahudi dan mengatakan: “Sungguh, kami, demi Allah tidak akan menyerahkan apapun kepada kalian. Keluarlah bersama kami sampai dapat menghabisi Muhammad n.”
Orang-orang Quraizhah berkata pula: “Sungguh, benar apa yang dikatakan Nu’aim.” Lalu keduanya saling mengejek.
Tentara Sekutu Mulai Goyah
Kemudian, pada malam musim dingin yang berat itu Allah l kirimkan kepada kaum musyrikin ‘tentara’ berupa angin kencang, yang menerbangkan tenda-tenda serta memorakporandakan peralatan dan bekal mereka. Akhirnya mereka tidak lagi dapat bertahan lama di sana. Sementara tentara Allah l dari kalangan malaikat menggoncang bumi yang mereka pijak dan melemparkan rasa takut ke dalam hati mereka.
Al-Imam Ahmad v meriwayatkan dalam Musnad-nya dari Hudzaifah z, bahwa Rasulullah n bersabda: