Dengan hikmah dan keadilan yang sempurna, Allah subhanahu wa ta’ala memerintah sebagian malaikat-Nya untuk mencatat seluruh amalan hamba selama hidup di dunia, baik berupa ucapan maupun perbuatan, yang lahir maupun batin, yang dilakukan terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi.
Semua itu akan dicatat oleh para malaikat pencatat yang mulia. Allah subhanahu wa ta’ala memberitakan dalam Al-Qur’an,
كَلَّا بَلۡ تُكَذِّبُونَ بِٱلدِّينِ ٩ وَإِنَّ عَلَيۡكُمۡ لَحَٰفِظِينَ ١٠ كِرَامًا كَٰتِبِينَ ١١ يَعۡلَمُونَ مَا تَفۡعَلُونَ ١٢
“Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan. Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (perbuatanmu), yang mulia (di sisi Allah), dan yang mencatat (amalan-amalanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Infithar: 9—12)
Baca juga:
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,
أَمۡ يَحۡسَبُونَ أَنَّا لَا نَسۡمَعُ سِرَّهُمۡ وَنَجۡوَىٰهُمۚ بَلَىٰ وَرُسُلُنَا لَدَيۡهِمۡ يَكۡتُبُونَ
“Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka.” (az-Zukhruf: 80)
Demikian juga, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِذۡ يَتَلَقَّى ٱلۡمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلۡيَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٌ ١٧ مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ ١٨
“(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya kecuali ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaf: 17—18)
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata, “Malaikat yang di sebelah kanan seorang hamba mencatat amalan-amalan yang baik. Malaikat yang di sebelah kirinya mencatat amalan-amalan yang buruk.” (Taisir al-Karimir Rahman hlm. 805)
Baca juga:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam meriwayatkan dari Allah subhanahu wa ta’ala yang berfirman,
إِذَا هَمَّ عَبْدِي بِسَيِّئَةٍ فَلَا تَكْتُبُوهَا عَلَيْهِ، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا سَيِّئَةً، وَإِذَا هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا فَاكْتُبُوهَا حَسَنَةً، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا عَشْرًا
“Apabila hamba-Ku berniat melakukan satu amalan yang jelek, janganlah kalian menulisnya. Apabila dia melakukannya, tulislah satu kejelekan. Apabila dia berniat melakukan satu kebaikan, kemudian tidak jadi melakukannya, tulislah (baginya) satu kebaikan. Apabila dia melakukannya tulislah (baginya) sepuluh kebaikan.” (Muttafaqun alaih dari Abu Hurairah radhiallahu anhu)
Dalam riwayat yang lainnya, “Sampai tujuh ratus kebaikan.”
Para malaikat pencatat amalan tersebut akan melaksanakan perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak akan mendurhakai-Nya. Ini adalah sifat para malaikat yang mulia, sebagaimana dalam firman-Nya,
لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ
“(Mereka) tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (at-Tahrim: 6)
Baca juga:
Jika demikian, di mana tempat kita bersembunyi? Kapan kita bisa melakukan satu perbuatan yang mereka tidak mengetahui, padahal Allah Maha Mengetahui, Maha Melihat, dan Maha Mendengar? Demikian juga, para malaikat pencatat amal senantiasa mengikuti kita di mana pun kita berada dan selalu siap mencatat amalan kita?
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَسۡتَخۡفُونَ مِنَ ٱلنَّاسِ وَلَا يَسۡتَخۡفُونَ مِنَ ٱللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمۡ إِذۡ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرۡضَىٰ مِنَ ٱلۡقَوۡلِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ بِمَا يَعۡمَلُونَ مُحِيطًا
“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak meridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.” (an-Nisa: 108)
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata, “Kalian harus senantiasa mengevaluasi semua amal kalian. Sebab, Allah subhanahu wa ta’ala sungguh telah memerintah para malaikat pencatat amal yang mulia untuk mencatat ucapan dan perbuatan kalian, dalam keadaan mereka mengetahui perbuatan-perbuatan kalian itu, termasuk amalan hati dan anggota badan. Sudah sepantasnya kalian menghormati dan memuliakan mereka.” (Taisir al-Karim ar-Rahman hlm. 914)
Di antara peristiwa mencekam yang akan terjadi pada hari kiamat adalah dibuka dan dibagikannya kitab-kitab catatan amal kepada para pemiliknya. Pembagian ini adalah penentu; apakah seorang hamba termasuk golongan yang mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan yang hakiki lagi abadi, atau justru mendapatkan kecelakaan dan kesengsaraan yang hakiki serta abadi pula.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَكُلَّ إِنسَٰنٍ أَلۡزَمۡنَٰهُ طَٰٓئِرَهُۥ فِي عُنُقِهِۦۖ وَنُخۡرِجُ لَهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ كِتَٰبٗا يَلۡقَىٰهُ مَنشُورًا ١٣ ٱقۡرَأۡ كِتَٰبَكَ كَفَىٰ بِنَفۡسِكَ ٱلۡيَوۡمَ عَلَيۡكَ حَسِيبًا ١٤
“Tiap-tiap manusia telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. ‘Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu’.” (al-Isra: 13—14)
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,
يَوۡمَ نَدۡعُواْ كُلَّ أُنَاسِۢ بِإِمَٰمِهِمۡۖ فَمَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ يَقۡرَءُونَ كِتَٰبَهُمۡ وَلَا يُظۡلَمُونَ فَتِيلًا
“(Ingatlah) suatu hari (yang pada hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa diberi kitab amalannya di tangan kanannya, maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikit pun.” (al-Isra’: 71)
Yang dimaksud dengan كِتَٰبَهُۥ adalah kitab-kitab catatan amalan mereka. Ini adalah pendapat Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, Mujahid, Abul Aliyah, al-Hasan al-Bashri, dan adh-Dhahhak rahimahumullah.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Pendapat ini adalah yang paling kuat/benar.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/49)
Baca juga:
Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Setiap orang akan diberi kitab catatan amalnya. Kitab itu penuh dengan catatan. Dia akan membacanya sendiri. Orang yang beriman diberi kitab catatan amalnya dan diterima dengan tangan kanannya, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala,
فَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقۡرَءُواْ كِتَٰبِيَهۡ
“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata, ‘Ambillah, bacalah kitabku (ini)’.” (al-Haqqah: 19)
Si mukmin akan bahagia. Ia pun senang ketika orang-orang melihat kitab catatan amalnya karena dia sangat bahagia.
Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan hamba-Nya yang beriman di dalam kitab-Nya,
إِنِّي ظَنَنتُ أَنِّي مُلَٰقٍ حِسَابِيَهۡۡ
“Sesungguhnya aku yakin bahwa aku akan menemui hisab terhadap diriku.” (al-Haqqah: 20)
Maksudnya, “Aku beriman dan yakin bahwa aku akan menemui hari hisab. Maka dari itu, aku mempersiapkan diri untuk menghadapi hari itu dengan amal-amal saleh.”
Baca juga:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ ٢١ فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ ٢٢ قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ ٢٣ كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيَٓٔۢا بِمَآ أَسۡلَفۡتُمۡ فِي ٱلۡأَيَّامِ ٱلۡخَالِيَةِ ٢٤
“Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat, (kepada mereka dikatakan), ‘Makan dan minumlah dengan nikmat disebabkan amalan yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu’.” (al-Haqqah: 21—24)
Adapun orang kafir, dia akan diberi kitab catatan amalnya dan diterima dengan tangan kiri, dari balik punggungnya, wal ‘iyadzu billah. Firman-Nya,
وَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِشِمَالِهِۦ فَيَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي لَمۡ أُوتَ كِتَٰبِيَهۡ ٢٥
“Dan adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata, ‘Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)’.” (al-Haqqah: 25)
Dia pun berangan-angan seandainya dia tidak diberi kitab catatan amalnya dan tidak diperlihatkan kitab tersebut di hadapannya karena dia malu dan kecewa. Firman-Nya,
وَلَمۡ أَدۡرِ مَا حِسَابِيَهۡ ٢٦ يَٰلَيۡتَهَا كَانَتِ ٱلۡقَاضِيَةَ ٢٧
“Aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Duhai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.” (al-Haqqah: 26—27)
Maknanya, “Aduhai, kiranya aku tidak dibangkitkan. Aduhai, kematian itu akhir dari (segala urusan).”
Baca juga:
Allah subhanahu wa ta’ala memberitakan ucapannya,
مَآ أَغۡنَىٰ عَنِّي مَالِيَهۡۜ ٢٨ هَلَكَ عَنِّي سُلۡطَٰنِيَهۡ ٢٩ خُذُوهُ فَغُلُّوهُ ٣٠ ثُمَّ ٱلۡجَحِيمَ صَلُّوهُ ٣١ ثُمَّ فِي سِلۡسِلَةٍ ذَرۡعُهَا سَبۡعُونَ ذِرَاعًا فَٱسۡلُكُوهُ ٣٢
“Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku. (Allah berfirman), ‘Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta’.” (al-Haqqah: 28—32)
Semua ini terjadi setelah diterimanya kitab catatan amal dengan tangan kanan atau tangan kiri. (Syarah Lum’atul I’tiqad hlm. 206)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menerangkan,
“Yang tampak dari perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, umat manusia akan mengambil/menerima kitab catatan amal mereka dengan tiga cara: dengan tangan kanan, dengan tangan kiri, dan dari balik punggung.
Akan tetapi, yang tampak, ini adalah perbedaan sifat saja. Orang yang menerima kitab catatan amal dari balik punggungnya ialah orang yang menerima kitab catatan amalnya dengan tangan kirinya. Artinya, dia menerima dengan tangan kiri sembari menjulurkannya ke arah belakang punggungnya karena ia termasuk golongan kiri. Adapun ia mengambil kitab catatan amal itu balik punggungnya. Hal itu karena ketika di dunia Kitabullah mendatanginya, tetapi dia membalikkan punggungnya. Jadi, adil baginya jika kitab catatan amal diletakkan di balik punggungnya pada hari kiamat. (Syarah al-‘Aqidah al-Wasithiyah, 2/150—151)
Dengan rahmat-Nya yang sempurna, Allah subhanahu wa ta’ala melarang hamba-hamba-Nya yang telah melakukan berbagai kemaksiatan dan kezaliman, sebesar dan sebanyak apa pun, untuk berputus asa dari rahmat dan ampunan-Nya. Berbagai catatan kelam bisa terhapuskan dengan sebab rahmat Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
قُلۡ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
“Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.” (az-Zumar: 53)
Baca juga:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ، وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ، حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
“Sungguh, Allah azza wa jalla membentangkan tangan-Nya di malam hari agar orang yang berbuat kejelekan di siang hari mau bertobat. Allah juga membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang berbuat kejelekan di malam hari mau bertobat; hingga matahari terbit dari barat.” (HR. Muslim dari Abu Musa al-Asy’ari radhiallahu anhu)
Berikut ini adalah amalan-amalan yang dapat menghapus catatan-catatan keburukan hamba.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلَۢا بَعِيدًا ١١٦
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan-Nya, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (an-Nisa: 116)
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman di dalam hadits qudsi,
يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
“Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku membawa dosa sebesar bumi kemudian engkau menemui-Ku dalam keadaan tidak berbuat syirik terhadap-Ku, sungguh Aku akan mendatangimu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. at-Tirmidzi dari Anas bin Malik radhiallahu anhu)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman setelah menyebutkan beberapa dosa besar dan ancamannya,
إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَٰلِحًا فَأُوْلَٰٓئِكَ يُبَدِّلُ ٱللَّهُ سَئَِّاتِهِمۡ حَسَنَٰتٍۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا ٧٠
“Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh, maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Furqan: 70)
Baca juga:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalau saja kalian tidak berbuat dosa, sungguh Allah akan membinasakan kalian dan mendatangkan kaum lainnya yang mereka berbuat dosa kemudian mereka memohon ampun kepada Allah dan Dia pun mengampuni mereka.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu anhu)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّ ٱلۡحَسَنَٰتِ يُذۡهِبۡنَ ٱلسَّئَِّاتِۚ
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (Hud: 114)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلَوَاتِ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا اجْتُنِبَتْ الْكَبَائِرُ
“Di antara shalat lima waktu, shalat Jumat ke Jumat berikutnya, dan Ramadhan ke bulan Ramadhan berikutnya, akan menjadi penghapus dosa-dosa di antaranya selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu anhu)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa menutupi aurat atau kejelekan saudaranya (muslim), niscaya Allah subhanahu wa ta’ala akan menutupi kejelekannya nanti pada hari kiamat.”
Baca juga:
Akhirnya, penulis mengatakan,
اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي
“Ya Allah, tutupilah aurat atau kejelekan-kejelekan kami, dan berilah rasa aman dari seluruh rasa takut kami.”