Nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang diberikan kepada para hamba-Nya sangatlah banyak. Tak mungkin ada seorang pun yang mampu menghitungnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ
“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya.” (Ibrahim: 34)
Baca juga: Luasnya Nikmat Allah
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah telah menyebutkan beberapa macam nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang Dia berikan kepada para hamba-Nya, yaitu:
Jika Allah subhanahu wa ta’ala hendak menyempurnakan nikmat-Nya kepada seorang hamba, Dia akan membimbing hamba tersebut untuk mengakui nikmat yang telah diperolehnya, dan memberinya taufik untuk mensyukurinya. (al-Fawaid, hlm. 169)
Salah satu di antara sekian banyak nikmat yang telah Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepada kita semua adalah disatukannya hati kita di atas agama Islam, yang menjadikan kita saling bersaudara karena-Nya.
Baca juga: Ukhuwah yang Membuahkan Mahabbah dan Rahmah
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءً فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنًا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali Imran: 103)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِهِمۡۚ لَوۡ أَنفَقۡتَ مَا فِي ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعًا مَّآ أَلَّفۡتَ بَيۡنَ قُلُوبِهِمۡ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ أَلَّفَ بَيۡنَهُمۡۚ إِنَّهُۥ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (al-Anfal: 63)
Baca juga: Persatuan Hakiki adalah Kesepakatan Mengikuti Jejak Para Sahabat Nabi
Persahabatan yang dijalani karena Allah subhanahu wa ta’ala akan mendatangkan sekian banyak keutamaan bagi seorang muslim, di antaranya adalah:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
أَوْثَقُ عُرَى الْإِيْمَانِ الْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ
“Cinta karena Allah dan benci karena Allah adalah ikatan iman yang paling kuat.” (HR. ath-Thabarani, dinyatakan “hasan” oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah, no. 998)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyatakan,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ؛ إِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلِّقٌ بِالـمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصَبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهُ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالَهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينَهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan, pada hari yang tidak ada satu pun naungan kecuali naungan-Nya azza wa jalla:
(1) pemimpin yang adil; (2) pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah; (3) seseorang yang hatinya senantiasa terikat dengan masjid; (4) dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka bersatu dan berpisah karena-Nya; (5) seseorang yang diajak berzina oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, namun ia justru berkata, ‘Aku takut kepada Allah.’; (6) seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya; serta (7) seseorang yang berzikir kepada Allah sendirian hingga meneteskan air mata.” (HR. al-Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata,
إِنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ، فَأَرْصَدَ اللهُ تَعَالَى عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا، فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ الْمَلَكُ قَالَ: أَيْنَ تُرِيدُ؟ قَالَ: أَزُورُ أَخًا لِي فِي هَذِه الْقَرْيَةِ. قَالَ: هَلْ عَلَيْكَ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا؟ قَالَ: لَا، إِلاَّ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ. قَالَ: فَإِنِّي رَسُولُ اللهُ إِلَيْكَ أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ لَهُ
“Dahulu ada seorang lelaki yang ingin mengunjungi saudaranya di suatu negeri. Allah subhanahu wa ta’ala pun mengutus seorang malaikat di belakangnya.
Ketika malaikat ini mendatangi orang tersebut, ia bertanya, ‘Engkau hendak menuju ke mana?’ Orang tersebut menjawab, ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku.’
Malaikat itu kembali bertanya, ‘Apakah engkau hendak melunasi tanggunganmu?’ Dia menjawab, ‘Tidak. Hanya saja aku mencintainya karena Allah subhanahu wa ta’ala.’
Malaikat itu pun berkata, ‘Aku adalah malaikat yang diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepadamu. Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah mencintaimu, sebagaimana engkau telah mencintai saudaramu karena-Nya.’” (HR. Muslim no. 2567)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجِدَ طَعْمَ الْإِيْمَانِ فَلْيُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ
“Barang siapa ingin merasakan nikmatnya iman, hendaknya ia tidak mencintai seorang pun kecuali karena Allah.” (HR. Ahmad, dinyatakan “hasan” oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’, no. 6164)
Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiallahu anhu (ia berkata),
“Ada seorang lelaki mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, (bagaimana pendapatmu tentang) seseorang yang mencintai suatu kaum, tetapi ia tidak bisa menyamai amalan mereka?’
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun bersabda,
الْمَرْءُ عَلَى مَنْ أَحَبَّ
‘Seseorang akan (dikumpulkan) bersama orang yang dicintainya.’” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَنْ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ افْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman; dan iman kalian tidak akan sempurna hingga kalian saling mencintai. Maukah aku beritahukan suatu amalan, yang jika kalian melakukannya, kalian akan saling mencintai? (Yakni) sebarkan salam di antara kalian!” (HR. Muslim, no. 54)
Baca juga: Arti Salam bagi Seorang Muslim
An-Nawawi rahimahullah berkata, “Makna sabda beliau ‘Iman kalian tidak akan sempurna hingga kalian saling mencintai,’ adalah ‘iman kalian tidak akan bagus dan sempurna, kecuali dengan saling mencintai’.” (Lihat Ni’matul Ukhuwah, hlm. 5—13)
Maka dari itu, marilah kita jaga persaudaraan (persahabatan) ini di jalan Allah subhanahu wa ta’ala, karena ia merupakan salah satu bentuk syukur kita kepada-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah) ketika Rabbmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat pedih.’” (Ibrahim: 7)
Baca juga: Kewajiban Mensyukuri Nikmat
Mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala semakin mempererat persaudaraan dan kerukunan kita di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah, dengan pemahaman salafus shalih.