Asysyariah
Asysyariah

nasihat untuk bersabar dan bersungguh-sungguh memperkuat kesabaran

5 tahun yang lalu
baca 8 menit
Nasihat untuk Bersabar dan Bersungguh-Sungguh Memperkuat Kesabaran

Artikel ini adalah seri ketujuh dari tulisan yang dibagi menjadi beberapa seri. Silakan membaca kembali artikel-artikel sebelumnya pada tautan berikut ini.

Seri 1: Tidak Ada yang Sia-Sia di Sisi Allah

Seri 2: Ikhlas untuk Allah dalam Bertugas

Seri 3: Pahala Besar Menanti Anda

Seri 4: Agar Kesedihan Berbuah Keutamaan

Seri 5: Nasihat untuk Semua Pihak yang Menyertai Tenaga Kesehatan

Seri 6: Senyum Anda Bisa Menjadi Ibadah

Menyikapi Komentar yang Kadang Menyakitkan

Saudaraku, segenap tenaga kesehatan yang sedang berjuang merawat masyarakat, rahimakumullah.

Tak dimungkiri, di sela-sela kesibukan Anda bertugas, terkadang Anda mendengar atau mengetahui beberapa komentar yang dilontarkan oleh orang-orang yang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Saat ini, dengan perantara media internet dan medsos, setiap orang seolah bebas mengatakan apa yang dia mau ucapkan, termasuk dalam mengomentari kinerja tenaga kesehatan.

Akhirnya, sedikit banyak terkadang hal ini berpotensi membuat hati dan pikiran Anda terganggu. Kalau komentar nyinyir dan julid yang ada di luar sana dituruti, tentu tidak akan pernah selesai. Sebab, membuat semua orang ridha dan senang adalah sesuatu yang tidak mungkin. Ingat, selama yang Anda lakukan berada di atas kebenaran dan bertugas sesuai dengan SOP, tujuan Anda adalah ridha dan cinta Allah semata, bukan ridha para makhluk, apalagi para netizen.

Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan,

رِضَا النَّاسِ غَايَةٌ لاَ تُدْرَكُ، فَعَلَيْكَ بِمَا يُصْلِحُكَ فَالْزَمْهُ، فَإِنَّهُ لاَ سَبِيلَ إِلَى رِضَاهُمْ

Keridhaan dari seluruh manusia adalah sesuatu yang mustahil dicapai. Lakukanlah perkara yang bermanfaat bagimu dan tekunilah! Sungguh, tidak ada cara apa pun untuk menggapai keridhaan mereka.” (Shifah ash-Shafwah, 2/254)

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah mengatakan,

“Gangguan orang lain yang menyinggung Anda—terkhusus berupa ucapan yang menyakitkan—, sebenarnya tidak merugikan Anda. Akan tetapi, pada hakikatnya hal itu justru akan merugikan diri mereka sendiri, kecuali jika Anda menyibukkan diri Anda dengan memedulikannya. Apabila Anda membiarkan ucapan yang menyakitkan tersebut menguasai perasaan Anda, ketika itulah hal tersebut akan merugikan Anda sebagaimana hal itu juga merugikan mereka. Namun, jika Anda tidak memedulikannya, hal itu tidak akan merugikan diri Anda sama sekali.” (al-Wasail al-Mufidah Lil Hayah as-Sa’idah hlm. 12)

Bersabar dan Bersungguh-Sungguh Memperkuat Kesabaran

Saudaraku, segenap tenaga kesehatan yang sedang berjuang merawat masyarakat, semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dan kelancaran kepada Anda.

Pada bagian akhir dari tulisan berseri ini, kami ingin mengingatkan bahwa ujian yang Anda sedang berjuang di dalamnya saat ini, bukanlah akhir dari sebuah perjalanan. Dalam menghadapi masa wabah COVID-19 ini, masih panjang jalan yang harus Anda tempuh.

Jika Anda ikhlas, bersabar dan mengharapkan pahala dan ridha Allah, sungguh masa wabah ini adalah ladang pahala yang sangat agung. Oleh karena itu, bersabarlah! Kemudian perkuat kesabaran Anda! Semoga Allah menganugerahi Anda semua kesabaran dan ketakwaan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱصۡبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu. Hendaklah kalian ‘ribath’ dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Ali Imran: 200)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan makna “raabithuu” (ribath), “Adapun makna ‘muraabathah’ adalah terus-menerus (bersabar) dan kokoh di tempat dia beribadah.” (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim 2/195)

Al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Allah memerintahkan kaum mukminin untuk bersabar dalam menjalankan (ajaran) agamanya. Demikian pula, Allah melarang mereka meninggalkan (tuntunan) agamanya, baik dalam keadaan sempit maupun lapang, suka maupun duka.” (Jami’ al-Bayan Fi Ta`wil al-Qur’an 7/502)

Saudaraku, segenap tenaga kesehatan yang sedang berjuang merawat masyarakat, semoga Allah membalas Anda dengan pahala yang berlipat-lipat.

Mintalah pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam setiap tugas Anda. Demikian pula, berdoa dan mohonlah kepada Allah subhanahu wa ta’ala supaya Anda diberi karunia kesabaran. Apabila Anda melatih dan memaksa jiwa untuk mau dan mampu bersabar, niscaya Allah subhanahu wa ta’ala akan menganugerahkan kesabaran kepada Anda dan menjadikan Anda sebagai hamba-Nya yang penyabar.

Sungguh, tidak ada satu pun karunia dari Allah subhanahu wa ta’ala yang lebih berharga dan lebih agung daripada kesabaran. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْراً وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ

“Barang siapa menyabarkan dirinya, Allah akan menjadikannya penyabar. Tidaklah seseorang diberi suatu karunia yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. al-Bukhari no. 1469 dan Muslim no. 2421)

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menjelaskan,

  • Sabar itu sebagaimana seluruh akhlak yang lain, membutuhkan kesungguhan (mujahadat) dan latihan mendidik jiwa.

Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan,

وَمَنْ يَتَصَبَّرْ

“Barang siapa memaksa jiwanya untuk bersabar,” maka balasannya adalah

يُصَبِّرْهُ اللَّهُ

“Allah akan menjadikannya penyabar.”

  • Apabila Allah telah menganugerahkan kesabaran kepada seorang hamba, itu merupakan karunia yang paling utama, paling luas (manfaatnya), dan paling agung.

Sebab, kesabaran akan bisa membantunya menghadapi berbagai masalah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ

“Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (al-Baqarah: 45)

Maknanya, dalam seluruh permasalahan kalian. (Lihat Bahjah Qulub al-Abrar wa Qurratu ‘Uyun al-Akhyar fi Syarh Jawami’ al-Akhbar hlm. 126—127)

Saudaraku, segenap tenaga kesehatan yang sedang berjuang merawat masyarakat, hafizhakumullah (semoga Allah menjaga Anda semua).

Jika suatu saat wabah penyakit ini Allah mudahkan untuk usai, bukan berarti ujian dalam hidup Anda juga berhenti. Ya, benar. Selama hayat masih di kandung badan, seorang yang mengaku beriman pasti akan mendapatkan ujian yang akan datang silih berganti. Jika dia bersabar dan mengharap pahala di sisi Allah, semoga kesabarannya tersebut menjadi penyebab gugurnya dosa-dosanya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

“Senantiasa ujian akan silih berganti menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik ujian tersebut menimpa dirinya sendiri, anaknya, maupun hartanya; (hal ini akan terus terjadi) hingga ia bertemu Allah dalam keadaan tidak membawa satu kesalahan pun.” (HR. at-Tirmidzi no. 2399 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu. Hadits ini dinilai hasan sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi no. 2399 dan Syaikh Muqbil dalam ash-Shahih al-Musnad Mimma Laisa fi ash-Shahihain jilid 2 hlm. 399 no. 1420)

Baca juga:

Menyikapi Nikmat Dunia Sebagai Ujian

Bertekad Menjadi Hamba yang Lebih Baik

Saudaraku, segenap tenaga kesehatan yang sedang berjuang merawat masyarakat, semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan kepada Anda.

Ketika Anda dalam keadaan terhimpit kesulitan dan terdesak seperti masa wabah sekarang ini, terkadang Anda ingat kepada Allah dan lebih mendekat kepada-Nya. Tak jarang, ketika rasa takut pada kematian berada di pelupuk mata, muncul di dalam kalbu niat baik dan tekad bahwa jika nanti saat-saat sulit ini sudah terlewati, insya Allah akan menjadi hamba Allah yang lebih baik dan lebih bertakwa.

Muncul keinginan untuk memperbaiki shalat, memperbanyak sedekah, memperbaiki bakti kepada orang tua, menjadi suami atau istri yang lebih memperhatikan pasangannya, bertekad menjadi orang tua yang lebih penyayang kepada anak-anaknya, dll.

Semoga Allah memudahkan Anda melewati masa sulit ini dan memudahkan Anda untuk meraih apa yang Anda cita-citakan.

Saudaraku, segenap tenaga kesehatan yang sedang berjuang merawat masyarakat, semoga Allah membalas Anda dengan pahala yang berlipat-lipat.

Di awal pembahasan seri pertama Tidak Ada yang Sia-Sia di Sisi Allah, kami membuka pembahasan tersebut dengan satu kata: Ka’bah.

Mengapa demikian?

Dengan segala kerendahan hati, sebenarnya tersirat niat yang tulus dari kami untuk mengingatkan kepada seluruh tenaga kesehatan yang kami cintai karena Allah tentang satu hal. Hal itu adalah apabila Allah subhanahu wa ta’ala masih memberi Anda kesempatan melewati masa wabah ini dalam keadaan sehat dan Anda telah diberi kemampuan, baik secara finansial maupun yang lainnya, hendaklah menyegerakan pelaksanaan ibadah ke Tanah Suci.

Teriring doa jika masa wabah ini telah berakhir, semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan tenaga kesehatan dan seluruh pihak yang terlibat, untuk bisa beribadah, bersujud, dan bersyukur kepada Allah di Masjidil Haram.

Oleh karena itu, jangan Anda pesimis! Optimislah bahwa Anda akan bisa melewati masa-masa sulit ini! Mintalah pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, niscaya Dia akan memudahkan apa yang Anda cita-citakan.

Namun, sebelum Anda melaksanakan cita-cita Anda tersebut, semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan Anda semua untuk menjaga dan merawat sesuatu yang lebih agung di sisi-Nya daripada Ka’bah.

Baca juga artikel Seri Tuntunan Islam Menghadapi Wabah Virus Corona & Lainnya pada tautan berikut.

  1. Hanya kepada Allah Kita Berserah Diri
  2. Di Antara Sebab Wabah & Musibah adalah Dosa & Maksiat
  3. Bencana Bukan Akibat Dosa?
  4. Pentingnya Doa dalam Menghadapi Wabah Penyakit
  5. Memperbanyak Doa Meminta Perlindungan dari Segala Penyakit
  6. Wirid Rutin Harian Sebagai Perlindungan dari Penyakit
  7. Doa-Doa ketika Tertimpa Kesempitan dan Kesedihan
  8. Amalan yang Bermanfaat Saat Wabah (1)
  9. Amalan yang Bermanfaat Saat Wabah (2)
  10. Beberapa Makanan dan Tindakan yang Bermanfaat untuk Kesehatan
  11. Penyakit Infeksi Virus Corona/Corona Virus Disease (Covid-19)
  12. Kaidah Penting Memahami Hubungan Sebab & Akibat dalam Islam
  13. Nasihat untuk Menjaga Lisan & Tulisan pada Masa Wabah
  14. Nasihat untuk Bersungguh-Sungguh Menaati Pemerintah pada Masa Wabah
  15. Hukum Meninggalkan Tiga Kali Shalat Jumat Saat Wabah Covid-19

(dan masih bersambung insya Allah)

Ditulis oleh Ustadz Abu Ismail Arif