Manakah yang lebih baik antara tilawah dengan mengkhatamkan Al-Qur’an berulang kali atau tilawah dengan menadaburi Al-Qur’an, baik di bulan Ramadhan atau bulan lainnya?
Tilawah (membaca) Al-Qur’an dengan cara mengkhatamkannya berulang-ulang kali atau tilawah dengan menadaburi Al-Qur’an, kedua-duanya baik.
Hendaknya seseorang menjadwalkan waktunya untuk Al-Qur’an antara:
Saat melakukan ketiga hal di atas, hendaknya seseorang tetap menadaburinya sesuai dengan kesanggupannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad: 24)
Di antara sifat tercela yang ada pada umat Yahudi adalah mereka tidak mengetahui Alkitab kecuali hanya membaca, tanpa merenungi maknanya, juga tanpa mengamalkannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمِنۡهُمۡ أُمِّيُّونَ لَا يَعۡلَمُونَ ٱلۡكِتَٰبَ إِلَّآ أَمَانِيَّ وَإِنۡ هُمۡ إِلَّا يَظُنُّونَ
“Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Alkitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga.” (al-Baqarah: 78)
Selain itu, yang perlu dipahami terkait dengan tilawah Al-Qur’an adalah pengamalannya. Sebab, seseorang tidak dikatakan ahli Al-Qur’an jika tidak mengamalkannya walaupun banyak hafalannya dan bagus bacaannya. Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata,
“Ketika para qari membaca Alquran, hendaknya tidak semata-mata mementingkan keindahan bacaan dan kebagusan suara, tanpa perhatian untuk menadaburinya, mengamalkannya, dan menerapkan akhlak Al-Qur’an. Orang yang seperti ini tidaklah termasuk ahli Al-Qur’an.
Adapun orang yang berakhlak dengan akhlak Al-Qur’an, beradab dengan adab Al-Qur’an, dia termasuk ahli Al-Qur’an walaupun dia awam dan tidak bisa membaca Al-Quran.” (Syarah Risalah Fadhlul Islam hlm. 33, cetakan Darul Furqan)
Wallahu a’lam bish-shawab.