Asysyariah
Asysyariah

mendaftarkan diri agar mendapat bantuan

3 tahun yang lalu
baca 3 menit
Mendaftarkan Diri Agar Mendapat Bantuan

Pertanyaan:

Apakah mendaftar program bantuan pemerintah di masa wabah termasuk meminta-minta yang tercela? Sebagian kita alhamdulillah diberi kecukupan, tetapi karena teman-temannya menerima bantuan uang tunai, jadi tergiur untuk ikutan.

Jawaban:

Mohon maaf, kami tidak begitu mengetahui macam bantuan dan prosedur untuk meminta atau mendapatkannya, serta apa saja konsekuensi setelah berhasil mendapatkannya.

Namun, mari kita merenungi bersama hadits berikut ini yang menjelaskan golongan orang yang boleh meminta-minta. Semoga kita diberi taufik dan kemudahan untuk mengamalkannya.

Dari sahabat Qabishah bin Mukhariq al-Hilali radhiallahu anhu, ia berkata,

تَحَمَّلْتُ حَمَالَةً فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَسْأَلُهُ فِيهَا. فَقَالَ: أَقِمْ حَتَّى تَأْتِيَنَا الصَّدَقَةُ فَنَأْمُرَ لَكَ بِهَا.

Aku pernah menanggung utang (untuk mendamaikan dua kabilah yang bersengketa). Lalu aku menemui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam guna meminta bantuan beliau untuk membayarnya.

Beliau menjawab, “Tunggulah sampai orang datang mengantarkan zakat. Nanti kusuruh menyerahkannya kepadamu.”

قَالَ: ثُمَّ قَالَ: يَا قَبِيصَةُ، إِنَّ الْمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ؛ رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ، وَرَجُلٌ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ—أَوْ قَالَ: سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ، وَرَجُلٌ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُومَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ لَقَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ فَحَلَّتْ لَهُ الْمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ—أَوْ قَالَ: سِدَادًا مِنْ عَيْشٍ

Beliau melanjutkan sabdanya, “Hai Qabishah, sesungguhnya meminta-minta itu tidak boleh (tidak halal) kecuali untuk tiga golongan:

1) Orang yang menanggung utang (gharim, untuk mendamaikan dua orang yang bersengketa atau semisalnya). Dia boleh meminta-minta hingga utangnya lunas. Apabila utangnya telah lunas, dia tidak boleh lagi meminta-meminta.

2) Orang yang terkena bencana hingga harta bendanya musnah. Dia boleh meminta-minta sampai memperoleh sumber kehidupan yang layak baginya.

3) Orang yang ditimpa kemiskinan dan dipersaksikan atau diketahui oleh tiga orang yang dipercaya dari kaumnya bahwa dia memang miskin. Dia boleh meminta-minta sampai memperoleh sumber penghidupan yang layak.”

فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْمَسْأَلَةِ، يَا قَبِيصَةُ، سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا

“Selain tiga golongan itu, wahai Qabishah, haram baginya untuk meminta-minta, dan haram pula baginya memakan hasil meminta-minta itu.” (HR. Muslim no. 1730)

Maka dari itu, menurut hemat kami, selama seseorang masih dikaruniai kecukupan, sebaiknya dia menahan diri dan tidak meminta-minta. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللهُ، وَمَا أَعْطَى اللهُ أَحَدًا مِنْ عَطَاءٍ أَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ

“Barang siapa berusaha bersikap ‘iffah (menjaga kehormatan diri), Allah akan menjadikannya orang yang ‘iffah. Siapa yang berusaha merasa cukup, Allah akan menjadikan dia orang yang merasa cukup. Barang siapa berusaha sabar, Allah akan menjadikan dia orang yang sabar. Tidaklah Allah memberikan anugerah/nikmat yang lebih agung daripada kesabaran.” (HR. al-Bukhari no. 1376)

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang memiliki sikap ‘iffah, merasa cukup, dan diberi kesabaran. Amin, ya Rabbal ‘alamin.

Wallahu a’lam bish-shawab.

(Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar)