Asysyariah
Asysyariah

kolaborasi hizbi

13 tahun yang lalu
baca 5 menit

(ditulis oleh: Abulfaruq Ayip Syafruddin)

 

Judul buku:

Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij

Bantahan terhadap Buku:

Siapa Teroris? Siapa Khawarij? (Abduh Zulfidar Akaha)

 

Penulis:

Luqman bin Muhammad Ba’abduh

 

Penerbit:

Pustaka Qaulan Sadida, Malang

Apa sih kehebatan buku karya Abduh Zulfidar Akaha, Siapa Teroris? Siapa Khawarij? yang diterbitkan Pustaka Al-Kautsar Jakarta? Kata orang, kandungan bahasanya santun. Juga kata orang, bobot ilmiahnya bisa dipertanggungjawabkan. Benarkah?
Bagi sebagian orang yang sekadar baca saja, tanpa telaah kritis dan teliti, mungkin akan berdecak kagum setelah pungkas membaca buku tersebut. Bagaimana tidak, sebagai orang yang sehari-harinya berkutat dengan keredaksian di Pustaka Al-Kautsar, bagi Abduh tidak ada kendala untuk menyusun sebuah karya tulis dengan susunan kalimat yang ‘santun’ dan ‘berbobot ilmiah’.
Buku Siapa Teroris? Siapa Khawarij? merupakan bantahan terhadap buku Al-Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh, Mereka Adalah Teroris! Buku terakhir ini pun sebenarnya ditulis untuk menanggapi dan membantah fahamKhawarij Imam Samudra melalui bukunya, Aku Melawan Teroris!
Timbul tanda tanya, Imam Samudra yang dibantah, kenapa kok Abduh yang angkat bicara? Apakah Abduh satu kelompok dengan Imam Samudra? Untuk menyatakan Abduh memiliki jaringan secara struktural dengan Imam Samudra, rasanya terlalu dini tuduhan tersebut diarahkan kepadanya. Apalagi jelas-jelas Abduh mengatakan bahwa bukunya itu bukan pembelaan terhadap Imam Samudra. Namun, bila kita membaca Siapa Teroris? Siapa Khawarij? dengan sedikit teliti saja, kita akan menangkap nuansa pembelaan yang amat kental terhadap berbagai aksi kelompok-kelompok pergerakan yang berlawanan dengan syariat. Abduh telah lakukan kolaborasi hizbi.
Kehadiran Siapa Teroris? Siapa Khawarij? adalah sebagai upaya merekonstruksi ‘aksi-aksi pergerakan’ yang turut babak belur dengan kehadiran buku Mereka Adalah Teroris! Sebab, bagaimanapun, buku Mereka Adalah Teroris! telah menelanjangi berbagai kebusukan yang selama ini disembunyikan beberapa pergerakan dakwah yang suka mengatasnamakan umat.
Kini, dengan argumentasi nan tajam dan akurasi data yang sangat tinggi, Al-Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh meluncurkan bantahan terhadap buku Siapa Teroris? Siapa Khawarij? melalui bukunya yang berjudul Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij. Buku setebal 484 halaman ini merupakan buku jilid pertama dari dua jilid yang rencananya akan diterbitkan.
Membaca buku Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij akan mendapat pengayaan secara intelektual maupun spiritual. Nampaknya penulis menyengaja untuk tak sekadar membantah berbagai kedustaan dan kepalsuan data atau fakta yang disuguhkan Abduh dalam bukunya Siapa Teroris? Siapa Khawarij? Penulis, dengan kejujuran dan keamanahannya mengemban nilai-nilai ilmiah, telah berupaya meracik buku Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij menjadi sebuah buku yang sarat faedah dan hujjah nan kokoh. Dari berbagai hujjah yang ditampilkan, pembaca akan melihat demikian ketatnya metodologi penulisan yang ada pada buku tersebut. Maka, tidak berlebihan bila dikatakan, buku Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij ini bisa memberi pencerahan kepada pembaca. Biidznillah.
Pembaca yang telah membaca buku Siapa Teroris? Siapa Khawarij? seharusnya membaca buku ini pula. Sebab, bagaimana pun kehadiran buku Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij ini bisa menjadi pembanding sejauh mana bobot ilmiah yang ada pada buku Abduh. Satu contoh, dalam masalah yang sederhana dan tak perlu pengkajian secara dalam, yaitu terkait data pembubaran Laskar Jihad, Abduh telah nyata terpeleset dalam hal ini. Kalau Abduh sedikit saja mau bersikap jujur, obyektif, ilmiah, dan tidak bersikap tendensius, data sepele itu tidak akan mencoreng wajahnya. Ini dalam hal data yang sangat sepele, yang sebenarnya Abduh bisa melakukan klarifikasi kepada para mantan pengurus Laskar Jihad.
Contoh lainnya, saat Abduh mengkritik penulisan nama Al-Qaradhawi oleh Al-Ustadz Luqman Ba’abduh, dengan komentar yang ‘santun’ namun bertendensi menjatuhkan, dia tulis: “… Menyebut nama orang yang dikritik saja salah, bagaimana mungkin membaca bukunya?” Padahal dalam masalah sebut-menyebut nama, justru Abduh sendiri telah terjatuh pada kesalahan yang lebih parah, yaitu ketika dia menyebut nama Ubaidullah Al-Arzami. Kenapa dikatakan lebih parah? Karena penyebutan nama yang dilakukan Abduh terkait nama seorang perawi hadits yang bisa menentukan kedudukan hadits tersebut, shahih atau lemah (dhaif). Dari kedudukan hadits yang sudah diketahui shahih atau lemah tersebut, akan menentukan pula hukum suatu masalah. Selanjutnya, penyebutan nama yang dilakukan Abduh, yaitu Ubaidullah Al-Arzami, disandarkan kepada Al-Imam At-Tirmidzi. Padahal Al-Imam At-Tirmidzi tak pernah menyebut nama perawi hadits tersebut. Dengan demikian, Abduh telah terjatuh pada perbuatan dusta, karena yang disebut oleh Al-Imam At-Tirmidzi adalah Muhammad bin Ubaidillah Al-Arzami, bukan Ubaidullah Al-Arzami (hal. 407).
Manipulasi data yang kesekian kalinya ini –dan ternyata ada banyak data lainnya yang menyesatkan pembaca– tentu merupakan tindak yang memalukan yang justru tertera dalam sebuah karya tulis yang konon katanya menjunjung tinggi obyektivitas, proporsionalitas, dan nilai ilmiah.
Membaca buku Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij serasa disadarkan betapa buku Abduh yang selama ini dikatakan santun ternyata sangat amat tidak santun bahkan melecehkan nilai-nilai ilmiah dan obyektivitas. Nilai ilmiah yang digembargemborkan dalam buku Siapa Teroris? Siapa Khawarij? nyata hanya sebuah isapan jempol.
Banyak hal yang bisa dipetik dari buku Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij. Pembaca akan dikenalkan dengan metodologi Al-Jarh wat Ta’dil, sebuah metodologi yang telah diamalkan sejak zaman sahabat dulu. Melalui pemahaman yang baik terhadap metodologi ini, bisa mengeliminir tuduhan-tuduhan miring terhadap kalangan salafi yang katanya ‘suka menjelek-jelekkan orang’ atau ‘suka mengghibahi orang lain’ atau tuduhan lain yang senada. Buku ini pun mengulas pula bagaimana para ulama membuat ungkapan keshahihan sebuah hadits. Dari ulasan ini pembaca akan disuguhi kajian ilmu hadits. Diungkap juga tentang tuduhan negatif terhadap Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah oleh orang yang menaruh kebencian terhadap Ahlus Sunnah wal Jamaah. Kemudian, penulis membeberkan sekian banyak pujian para ulama terhadap Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah sehingga tudingan negatif itu menjadi terbantah karenanya.
Masih banyak masalah lainnya yang disorot dalam buku Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij. Itu semua akan memberikan wawasan dan pemahaman yang baik tentang apa dan bagaimana manhaj salaf. Wallahu a’lam bish-shawab.
Sumber Tulisan:
Kolaborasi Hizbi