Asysyariah
Asysyariah

kehangatan di sela santapan

13 tahun yang lalu
baca 12 menit

(ditulis oleh: Ummu ‘Abdirrahman bintu ‘Imran)

 

Siapa yang tak ingin anak-anaknya menjadi qurratul ‘ain, penyejuk mata, penyenang hati? Qurratul ‘ainberarti menyaksikan mereka selalu beramal shalih. Siapa pun yang menginginkan hal ini tentu harus berupaya untuk mewujudkannya dengan membiasakan anak-anak untuk melakukan amal shalih dan adab-adab yang mulia.

Begitu pula yang dikatakan oleh sahabat yang mulia, ‘Ali bin Abi Thalib z:

أَدِّبُوْهُمْ، عَلِّمُوْهُمْ

“Ajarilah mereka adab dan ajarilah mereka ilmu.”

Di antara adab yang penting diketahui oleh anak-anak adalah adab makan. Bagaimana tidak. Dengan menerapkan adab ketika makan, mereka akan mendapatkan banyak kebaikan. Di antaranya akan terjauhkan dari musuh utama manusia, yaitu setan, juga akan terbiasa hidup dengan tuntunan Rasulullah n. Dengan ittiba’ ini, kita berharap mereka akan mendapat kebahagiaan di akhirat nanti.

 

Makan bersama

Membiasakan anak-anak makan bersama dalam satu hidangan akan menumbuhkan suasana hangat dan akrab di antara mereka. Lebih bagus lagi jika kita bisa menyertai mereka makan. Akan terbina kedekatan kita dengan mereka. Selain itu, saat-saat ini adalah saat yang tepat untuk mengajarkan adab makan kepada mereka secara langsung dalam pengamalan. Kita pun akan melihat langsung jika ada kekeliruan yang mereka lakukan dalam adab-adab makan, sehingga dapat memberikan teguran sesegera mungkin. Pengajaran dan peringatan secara langsung seperti ini, diharapkan akan lebih mengena dan tertanam dalam pribadi mereka.

Lebih dari itu, makan bersama lebih berbarakah. Dikisahkan pula oleh Wahsyi bin Harb z:

أَنَّ أَصْحَابَ رَسُولِ اللهِ n قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّا نَأْكُلُ وَلاَ نَشْبَعُ؟ قَالَ: فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُوْنَ. قَالُوا: نَعَمْ. قَالَ: فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ ، يُبَارَكْ لَكُمْ فِيْهِ

“Para sahabat Rasulullah mengeluh kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, kami ini makan, tapi tidak merasa kenyang!’ ‘Barangkali kalian makan sendiri-sendiri,’ kata Rasulullah. ‘Iya,’ jawab mereka. Beliau pun mengatakan, ‘Berkumpullah pada makanan kalian dan sebutlah nama Allah, niscaya kalian akan diberkahi pada makanan itu’.”(HR. Abu Dawud no. 3764 dihasankan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud)

Dinukilkan pula oleh Abu Hurairah z bahwa Rasulullah n pernah bersabda:

طَعَامُ الْاِثْنَيْنِ كَافِي الثَّلاَثَةِ، وَطَعَامُ الثَّلاَثَةِ كَافِي الْأَرْبَعَةِ

“Makanan dua orang bisa mencukupi tiga orang, dan makanan tiga orang bisa mencukupi empat orang.” (HR. Al-Bukhari no. 5392 dan Muslim no. 2058)

Jabir bin ‘Abdillah c juga mengatakan bahwa Rasulullah n pernah bersabda:

طَعَامُ الْوَاحِدِ يَكْفِي الْاِثْنَيْنِ، وَطَعَامُ الْاِثْنَيْنِ يَكْفِي الْأَرْبَعَةَ، وَطَعَامُ الْأَرْبَعَةِ يَكْفِي الثَّمَانِيَةَ

“Makanan satu orang bisa mencukupi dua orang, makanan dua orang bisa mencukupi empat orang, dan makanan empat orang bisa mencukupi delapan orang.” (HR. Muslim no. 2059)

 

Mengucapkan basmalah ketika akan makan

Di awal kali ketika hendak makan, kita ingatkan anak-anak agar tidak lupa membaca basmalah. Ini merupakan satu hal penting yang harus diajarkan kepada anak. Rasulullah n sendiri mengajarkan hal ini kepada ‘Umar bin Abi Salamah c, putra Ummu Salamah x yang ada dalam asuhan beliau. Saat itu ‘Umar bin Abi Salamah sedang makan bersama Rasulullah n. Dia menceritakan:

كُنْتُ فِي حَجْرِ رَسُوْلِ اللهِ n وَكَانَتْ يَدِي تَطِيْشُ فِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي: يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ

Dulu aku berada dalam asuhan Rasulullah n. Ketika makan, tanganku berkeliling di piring. Lalu beliau mengatakan padaku, ‘Nak, ucapkan bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang dekat denganmu!” (HR. Al-Bukhari no.5376 dan Muslim no.2022)

Demikianlah contoh pendidikan Rasulullah n. Beliau tak pernah meninggalkan satu kesempatan untuk memberikan pelajaran, kecuali pasti beliau berikan pengajaran. Sampaipun kepada seorang anak kecil. (Syarh Riyadhish Shalihin, 2/571)

Hendaknya kita berikan pula penjelasan pada mereka bahwa jika seseorang mengucapkan basmalah ketika makan, maka setan tidak akan menyertainya makan. Berbeda dengan orang yang tidak mengucapkan basmalah, setan akan menyertainya makan. Dalam hadits yang disampaikan oleh Jabir z Rasulullah n bersabda:

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللهَ عِنْدَ دُخُوْلِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: لاَ مَبِيْتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ. وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ دُخُوْلِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيْتَ. وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيْتَ وَالْعَشَاءَ

“Jika seseorang masuk rumahnya dan berdzikir kepada Allah saat masuk dan makannya, setan akan mengatakan pada teman-temannya, ‘Tidak ada tempat bermalam dan makan malam bagi kalian.’ Namun jika dia masuk rumah tanpa berdzikir kepada Allah ketika masuknya, setan akan mengatakan, ‘Kalian mendapatkan tempat bermalam.’ Jika dia tidak berdzikir kepada Allah ketika makan, setan akan mengatakan, ‘Kalian mendapatkan tempat bermalam dan makan malam.’ (HR. Muslim no. 2018)

Hudzaifah z juga pernah menceritakan:

كُنَّا إِذَا حَضَرْنَا مَعَ النَّبِيِّ n طَعَامًا لَمْ نَضَعْ أَيْدِيَنَا، حَتَّى يَبْدَأَ رَسُوْلُ اللهِ n فَيَضَعَ يَدَهُ. وَإِنَّا حَضَرْنَا مَعَهُ مَرَّةً طَعَامًا. فَجَاءَتْ جَارِيَةٌ كَأَنَّهَا تُدْفَعُ، فَذَهَبَتْ لِتَضَعَ يَدَهَا فِى الطَّعَامِ، فَأَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ n بِيَدِهَا. ثُمَّ جَاءَ أَعْرَبِيٌّ كَأَنَّمَا يُدْفَعُ، فَأَخَذَ بِيَدِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ n: إِنَّ الشَّيْطَانَ يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ أَنْ لاَ يُذْكَرَ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ، وَإِنَّهُ جَاءَ بِهَذِهِ الْجَارِيَةِ لِيَسْتَحِلَّ بِهَا. فَأَخَذْتُ بِيَدِهَا. فَجَاءَ بِهَذَا الْأَعْرَبِيِّ لِيَسْتَحِلَّ بِهِ فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّ يَدَهُ فِي يَدِي مَعَ يَدِهَا

“Biasanya kalau dihidangkan makanan di hadapan kami bersama Nabi n, kami tidak pernah meletakkan tangan kami (untuk menyentuh hidangan itu) sampai Rasulullah memulai meletakkan tangan beliau. Suatu ketika, dihidangkan makanan di hadapan kami bersama beliau. Tiba-tiba datang seorang budak perempuan, seakan-akan dia terdorong(karena cepatnya –pen), lalu meletakkan tangannya di hidangan itu. Rasulullah n langsung memegang tangannya. Setelah itu, datang seorang A’rabi, seakan-akan dia terdorong. Rasulullah n pun menahan tangannya. Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya setan menghalalkan makanan yang tidak disebut nama Allah atasnya. Tadi dia datang bersama budak perempuan itu untuk mendapatkan makanan dengannya, maka aku pegang tangannya. Lalu dia datang lagi bersama A’rabi tadi untuk mendapatkan makanan dengannya, maka aku pun memegang tangannya. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh tangan setan berada dalam genggamanku bersama tanganjariyah itu.’ ” (HR. Muslim no. 2017)

Jika ternyata anak lupa membaca basmalah ketika hendak makan, kita ajarkan untuk mengucapkan:

بِسْمِ اللهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ

ketika dia ingat. Demikian yang diajarkan oleh Rasulullah n, sebagaimana dalam hadits yang disampaikan oleh ‘Aisyah x, beliau bersabda:

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللهِ تَعَالَى، فَإِنْ نَسِيَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللهِ تَعَالَى فِي أَوَّلِهِ، فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ

“Jika salah seorang di antara kalian makan, hendaknya dia menyebut nama Allah. Jika dia lupa mengucapkan basmalah di awalnya, maka hendaknya dia ucapkan, ‘Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya’.” (HR. Abu Dawud no. 3767, dishahihkan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud)

 

Makan dengan tangan kanan

Ini juga merupakan adab makan yang diajarkan oleh Rasulullah n kepada ‘Umar bin Abi Salamah z. Beliau mengatakan:

يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ

‘Nak, ucapkan bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang dekat denganmu!”(HR. Al-Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)

Rasulullah n juga melarang makan dan minum dengan tangan kiri, karena ini merupakan kebiasaan setan. Dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar c, beliau bersabda:

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِيْنِهِ، وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِيْنِهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ

“Jika salah seorang dari kalian makan, makanlah dengan tangan kanannya. Dan jika dia minum, minumlah dengan tangan kanannya, karena sesungguhnya setan itu makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim no. 2020)

Kita ajari pula anak-anak untuk tidak meremehkan hal ini, karena biasanya anak-anak kurang memperhatikan dengan tangan apa mereka menyuapkan makanan. Kita ingatkan mereka bahwa meremehkan ajaran Rasulullah n akan membinasakan kita di dunia dan di akhirat. Untuk menguatkan pengajaran ini, kita sampaikan kisah yang terjadi di masa Rasulullah n yang disampaikan oleh Salamah ibnul Akwa’ z. Dia menuturkan:

أَنَّ رَجُلاً أَكَلَ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ n بِشِمَالِهِ فَقَالَ: كُلْ بِيَمِيْنِكَ. قَالَ: لاَ أَسْتَطِيْعُ. قَالَ: لاَ اسْتَطَعْتَ. مَا مَنَعَهُ إِلاَّ الْكِبْرُ، فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيْهِ

“Ada seseorang yang makan di sisi Rasulullah n dengan tangan kirinya, maka Rasulullah pun menegur, ‘Makanlah dengan tangan kananmu!’ ‘Aku tidak bisa!’ jawab orang tadi. Beliau bersabda, ‘Kamu benar-benar tidak bisa!’ Tidak ada yang menghalangi orang itu kecuali kesombongan. Maka dia pun tidak dapat mengangkat tangannya ke mulutnya.” (HR. Muslim no. 2021)

 

Makan dari yang dekat dengannya

Kadang anak tidak memperhatikan makanan mana yang dia ambil. Tangannya bisa berkelana mengambil bagian yang dekat dengan saudaranya. Hal ini terkadang bisa menimbulkan keributan di antara mereka, apalagi jika mereka masih kanak-kanak.

Jika melihat ada di antara anak-anak yang melakukan seperti ini, kita hendaknya menegur dengan baik, bahwa termasuk adab makan adalah makan bagian makanan yang dekat dengannya. Begitulah yang diajarkan Rasulullah n kepada ‘Umar bin Abi Salamah ketika ‘Umar melakukan perbuatan seperti itu:

كُنْتُ فِي حَجْرِ رَسُوْلِ اللهِ n وَكَانَتْ يَدِي تَطِيْشُ فِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي: يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ

Dulu aku berada dalam asuhan Rasulullah n. Ketika makan, tanganku berkeliling di piring hidangan. Lalu beliaumengatakan padaku, ‘Nak, ucapkan bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang dekat denganmu!” (HR. Al-Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)

 

Memungut makanan yang berjatuhan

Sering terjadi, makanan berjatuhan dan berceceran ketika anak makan. Baik karena ketidaksengajaan ataupun karena keterbatasan kemampuan si anak yang masih dalam tahap belajar makan sendiri. Kita yang melihat hal itu tidak selayaknya berdiam diri. Kita minta anak-anak untuk memunguti makanan yang berjatuhan itu, membersihkannya, lalu memakannya.

Begitu pula sisa-sisa makanan, butiran nasi, remah-remah makanan dan semacamnya yang tersisa di piring hidangan. Terkadang anak-anak enggan memunguti atau memakannya. Sebaiknyalah kita hasung mereka untuk membersihkan piring hidangan (Jawa: ngoreti –pen) dan memungut sisa makanan yang ada di situ, sembari diiringi penjelasan bahwa Rasulullah n memerintahkan demikian.

Sebagaimana dikatakan oleh Anas bin Malik z bahwa Rasulullah n bersabda:

إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيُمِطْ عَنْهَا الْأَذَى، وَلْيَأْكُلْهَا، وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ. وَأَمَرَنَا أَنْ نَسْلُتَ الْقَصْعَةَ، قَالَ: فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْرُوْنَ فِي أَيِّ طَعَامِكُمُ الْبَرَكَةُ

“Jika jatuh suapan salah seorang di antara kalian, hendaknya ia memungutnya dan membersihkan kotoran yang menempel padanya, lalu memakannya, dan jangan dia biarkan suapan itu untuk setan.” Beliau juga memerintahkan kami untuk membersihkan piring hidangan. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di mana barakah makanan kalian.” (HR. Muslim no. 2034)

 

Tidak boleh mencela makanan

Namanya anak-anak, mereka memiliki selera makan tersendiri. Bisa jadi makanan yang tersaji tidak mereka sukai atau kurang mengundang selera mereka. Kadang spontan mereka memberi tanggapan, “Uh… makanannya tidak enak!” “Aku tidak suka makanan ini!” dan ucapan-ucapan serupa.

Menghadapi seperti ini, kita ingatkan anak-anak untuk bersyukur atas pemberian Allah l berupa makanan yang ada. Kita ingatkan pula bahwa mereka jauh lebih beruntung daripada saudara-saudara mereka yang tak memperoleh nikmat sebagaimana yang mereka dapatkan. Seharusnyalah mereka merasa cukup dengan pemberian Allah l. Rasulullah n pernah mengatakan dalam sabda beliau yang disampaikan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr z:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ

“Beruntunglah seseorang yang masuk Islam, lalu dia diberi rezeki yang cukup, kemudian Allah berikan pula rasa cukup atas pemberian-Nya.” (HR. Muslim no. 1054)

Kita jelaskan, jika mereka tak menyukai suatu makanan, tidak boleh mencelanya dan cukup mereka tinggalkan. Demikian yang dicontohkan oleh Rasulullah n dan dituturkan hal ini oleh Abu Hurairah z:

مَا عَابَ رَسُولُ اللهِ n طَعَامًا قَطُّ، إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ، وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

“Rasulullah tak pernah sama sekali mencela makanan. Jika beliau suka, maka beliau makan. Jika beliau tidak suka, maka beliau tinggalkan.” (HR. Al-Bukhari no. 5409 dan Muslim no. 2064)

 

Jangan sampai kekenyangan

Makan di saat lapar, atau saat menghadapi hidangan yang disukai atau membuat berselera, kadang anak-anak lupa diri. Mereka makan hingga kekenyangan. Karena itu, perlulah kita ingatkan mereka agar tidak makan hingga kekenyangan. Rasulullah n pernah bersabda:

مَا مَلَأَ ابْنُ آدَمَ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنِهِ، بِحَسْبِ ابْنُ آدَمَ أَكْلاَتٍ يُقِمْنَ صُلْبَهُ ، فَإِنْ لاَ مُحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

“Tidaklah anak Adam memenuhi bejana yang lebih jelek daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suapan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika itu tidak mungkin dia lakukan, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2380, dishahihkan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)

 

Menjilati jari-jemari setelah makan

Entah makan nasi, kue atau makanan lainnya, seringkali anak-anak merasa risih dengan sisa makanan yang menempel di jari-jemarinya. Kadang mereka segera mencuci tangan setelah selesai makan. Ada pula yang mengelapnya dengan serbet atau tisu, atau kadang anak yang lebih kecil cenderung mengibas-ngibaskan tangan atau mengusapnya di bajunya.

Untuk itu, kita perlu membimbing mereka sehingga mendapatkan yang lebih baik daripada itu semua. Kita sampaikan bimbingan Rasulullah n yang dinukilkan oleh Abdullah bin ‘Abbas c. Beliau n bersabda:

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا، فَلاَ يَمْسَحْ أَصَابِعَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَا أَوْ يُلْعِقَهَا

“Bila salah seorang di antara kalian makan, janganlah segera mengusap jari-jemarinya sampai dia jilat atau dia berikan pada orang lain untuk dijilat.” (HR. Al-Bukhari no. 5456 dan Muslim no. 2031)

 

Jangan minum dengan sekali teguk

Sesuatu yang lazim dilakukan anak-anak setelah makan adalah minum. Kadangkala didorong oleh rasa haus dan yang lainnya, anak-anak meneguk air di gelas tanpa henti hingga berakhir terengah-engah. Atau kalaupun bernapas, mereka enggan melepaskan mulut gelas dari mulutnya, sehingga napasnya terhembus di dalam gelas.

Karena itu, tak sepantasnya hal-hal seperti ini luput dari perhatian kita. Kita ajari mereka contoh dari Rasulullah n, sebagaimana yang disampaikan oleh Anas bin Malik z:

كَانَ رَسُولُ اللهِ n يَتَنَفَّسُ فِي الشَّرَابِ ثَلاَثًا، وَيَقُوْلُ: إِنَّهُ أَرْوَى وَأْبَرَأَ وَأَمْرَأَ. قَالَ أَنَسٌ: فَأَنَا أَتَنَفَّسُ فِي الشَّرَابِ ثَلاَثًا

“Rasulullah biasa bernapas ketika minum sebanyak tiga kali, dan beliau mengatakan, ‘Sesungguhnya yang demikian itu lebih memuaskan, lebih menghilangkan dahaga, dan lebih mudah ditelan.’ Anas pun mengatakan, ‘Maka aku pun bernapas tiga kali ketika minum’.” (HR. Muslim no. 2028)

Tentu saja bernapas ini di luar gelas, karena beliau sendiri melarang untuk bernapas atau meniup di dalam gelas. Hal ini dituturkan oleh Abu Qatadah z:

أَنَّ النَّبِيَّ n نَهَى أَنْ يُتَنَفَّسَ فِي الْإِنَاءِ

“Rasulullah melarang bernapas di dalam bejana.” (HR. Al-Bukhari no. 5630 dan Muslim no. 2035)

Hal ini disebutkan pula oleh Al-Imam An-Nawawi ketika memberikan bab pada hadits di atas: بَاب كَرَاهَةِ التَّنَفُّسِ فِي نَفْسِ الإِنَاءِ وَاسْتِحْبَابِ التَّنَفُّسِ ثَلاَثًا خَارِجَ الإِنَاءِ (Bab tentang dibencinya bernapas di dalam bejana dan disenanginya bernapas tiga kali di luar bejana).

 

Bersyukur dan memuji Allah ketika selesai makan

Usai bersantap, jangan lupa kita ingatkan anak-anak untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya berupa makanan yang telah dinikmati. Ajarkan anak-anak untuk mengucapkan hamdalah sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah n.

Abu Umamah z meriwayatkan bahwa Nabi n jika telah diangkat hidangan, beliau mengucapkan:

الْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلاَ مُوَدَّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبَّنَا

“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik dan berkah pada-Nya. Dia tidak membutuhkan pemberian makanan dari makhluk-Nya (karena Dia yang memberikan makanan), tidak ditinggalkan dan tidak ada satu makhluk pun yang merasa tidak membutuhkan-Nya, wahai Rabb kami.” (HR. Al-Bukhari no. 5458)

Mu’adz bin Anas z juga meriwayatkan bahwa Rasulullah n bersabda:

مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ: الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا الطَّعَامَ، وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلاَ قُوَّةٍ؛ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa makan makanan, lalu mengucapkan: ‘Segala puji bagi Allah yang telah memberikan makanan ini padaku dan merezekikannya untukku tanpa daya dan kekuatan dari diriku’, akan diampuni dosanya yang telah lalu.”(HR. Abu Dawud no. 4023, dihasankan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud)

 

Masih banyak yang tersisa berkaitan dengan adab-adab makan yang perlu kita ajarkan. Namun setidaknya, ini merupakan pengingat bagi kita, orang tua, ketika menyaksikan hal-hal yang seringkali kita jumpai saat anak-anak kita bersantap, agar tidak berdiam diri.

Yang lebih utama dan menjadi bagian penting dalam pengajaran adab terhadap anak-anak adalah contoh dan teladan dari diri kita, orangtua mereka. Pada diri kita mereka bercermin, mengamati nilai benar atau salah dalam setiap perilaku kita.

Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.