Asysyariah
Asysyariah

kedudukan dan kemuliaan seorang dai

8 tahun yang lalu
baca 7 menit
Kedudukan dan Kemuliaan Seorang Dai

Para dai ilallah (penyeru menuju jalan Allah subhanahu wa ta’ala) bagaikan pelita dalam kegelapan. Mereka memberi cahaya bagi manusia menuju jalan yang terang dan benar. Mereka ibarat nakhoda perahu keselamatan yang berada di tengah-tengah badai dan gelombang ombak yang datang silih berganti.

Dai ilallah adalah penyampai agama Allah subhanahu wa ta’ala. Ia menuntun manusia menuju keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala, mengajak, serta memotivasi mereka untuk mengamalkan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Sungguh mulia amaliah dakwah yang diemban oleh para dai ilallah. Sebab, amalan yang dilakukannya adalah sebaik-baik amalan dan sangat dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Oleh sebab itu, yang memikul amanat dakwah ini pun adalah manusia pilihan yang paling dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu para nabi dan rasul, kemudian generasi setelahnya dan yang mengikuti mereka dalam hal ilmu dan amal.

Kedudukan dai dalam Islam sangatlah agung dan perkataannya pun paling baik dalam pandangan Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلٗا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ ٣٣

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah subhanahu wa ta’ala, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (Fushshilat: 33)

Al-Imam Abdur Razzaq rahimahullah dalam Mushannaf-nya meriwayatkan dari Ma’mar, dari al-Hasan, beliau berkata tentang tafsir ayat (di atas), “(Yang disebutkan dalam ayat) ini adalah kekasih Allah subhanahu wa ta’ala, wali Allah subhanahu wa ta’ala, yang terbaik di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dan pilihan Allah subhanahu wa ta’ala. Dia adalah penduduk bumi yang paling dicintai Allah oleh subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala menerima dakwahnya. Ia mengajak manusia kepada apa yang telah Allah subhanahu wa ta’ala terima dari dakwahnya, dan ia beramal saleh dalam penerimaan-Nya. Kemudian ia berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’ Inilah khalifah Allah subhanahu wa ta’ala.” (Tafsir Ibnu Katsir)

acung-1-jari-telunjuk

Keutamaan para dai terkait dengan dakwah dan tugasnya sangatlah jelas. Sebab, topik dakwahnya adalah menuntun ke jalan Allah subhanahu wa ta’ala, mengupayakan untuk sampai kepada keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala, surga-Nya, serta selamat dari murka-Nya dan kemarahan-Nya.

Hal ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala tentang ucapan keluarga Fir’aun yang mukmin,

وَيَٰقَوۡمِ مَا لِيٓ أَدۡعُوكُمۡ إِلَى ٱلنَّجَوٰةِ وَتَدۡعُونَنِيٓ إِلَى ٱلنَّارِ ٤١ تَدۡعُونَنِي لِأَكۡفُرَ بِٱللَّهِ وَأُشۡرِكَ بِهِۦ مَا لَيۡسَ لِي بِهِۦ عِلۡمٞ وَأَنَا۠ أَدۡعُوكُمۡ إِلَى ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡغَفَّٰرِ ٤٢

“Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka? (Mengapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui, padahal aku menyeru kamu (untuk beriman) kepada Yang Mahaperkasa lagi Maha Pengampun?!” (Ghafir:41—42)

Tugas para dai adalah tugas yang paling mulia secara mutlak. Sebab, berdakwah adalah tugas para nabi dan rasul; manusia yang termulia dan terbaik amalannya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ ٢٥

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelummu kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwa, “Tidak ada Rabb (yang haq) kecuali Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.” (al-Anbiya: 25)

رُّسُلٗا مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى ٱللَّهِ حُجَّةُۢ بَعۡدَ ٱلرُّسُلِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمٗا ١٦٥

“Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah subhanahu wa ta’ala setelah rasul-rasul itu diutus. Allah subhanahu wa ta’ala Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (an-Nisa’: 165)

Tugas yang dipikul oleh para dai adalah tugas yang telah dipikul oleh para nabi, rasul, serta orang-orang yang berjalan di atas manhajnya dan mengikuti jejaknya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٠٨

Katakanlah, “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan hujah yang nyata, Mahasuci Allah subhanahu wa ta’ala, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.” (Yusuf: 108)

Allah subhanahu wa ta’ala telah menjanjikan pahala dan keutamaan yang banyak kepada para dai ilallah, berupa kemenangan di dunia dan keberuntungan di akhirat. Berikut ini beberapa dalil yang menunjukkan hal tersebut.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَيَوۡمَ يَقُومُ ٱلۡأَشۡهَٰدُ ٥١

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (Ghafir: 51)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Ali radhiallahu ‘anhu pada hari (Perang) Khaibar,

انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ، ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللهِ فِيهِ، فَوَاللهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَك مِن حمرِ ا لنعم

“Jalanlah perlahan-lahan ke depan hingga engkau sampai di tengah-tengah mereka. Kemudian dakwahilah mereka kepada Islam dan kabari mereka tentang hak Allah subhanahu wa ta’ala yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah, sungguh, jika Allah subhanahu wa ta’ala memberi hidayah kepada seseorang lewat perantaramu, itu lebih baik daripada unta merah.” (HR . al-Bukhari dan Muslim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan secara khusus orang yang menyampaikan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada yang lain. Ini adalah kemuliaan tersendiri bagi para dai sebagai penyampai agama Allah subhanahu wa ta’ala kepada manusia.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نَضَّرَ اللهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ غَيْرُ فَقِيهٍ، وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ

“Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku lantas menyampaikannya. Betapa banyak orang yang membawa fikih, namun tidak fakih. Betapa banyak orang yang menyampaikan fikih kepada orang yang lebih fakih darinya.” (HR . Ibnu Majah, asy-Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Hadits (ini) sahih.”)

Allah subhanahu wa ta’ala dan para malaikat serta makhluk yang ada di langit dan di bumi akan bershalawat kepada para dai, pendidik umat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي حُجْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ

“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala, para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, hingga semut di lubangnya, bahkan ikan (di lautan), benar-benar akan bershalawat (mendoakan kebaikan) bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia.” (HR . at-Tirmidzi, dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam Silsilah Shahihah)

Para dai ilallah adalah orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan dan

keberuntungan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104)

Karena yang dilakukan oleh para dai begitu luhur dan mulia apabila dibarengi keikhlasan dan kejujuran, mereka berhak mendapatkan kemuliaan dari Allah subhanahu wa ta’ala berupa pengukuhan bahwa tidak ada ucapan yang lebih baik daripada ucapan mereka.

Wallahu a’lam.

Ditulis oleh al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf