Kafir atau kufur dalam bahasa Arab asalnya berarti penutup. Adapun dalam istilah syariat, kafir adalah lawan dari iman.
Baca juga: Iman
Baca juga: Jauhi Tiga Sumber Kesalahan
Keenam hal ini termasuk dalam kufur akbar (kufur besar) yang menjadikan pelakunya keluar dari Islam atau murtad. Terkadang kufur besar terjadi dengan ucapan atau perbuatan yang sangat bertolak belakang dengan iman, seperti mencela Allah dan Rasul-Nya atau menginjak Al-Qur’an dalam keadaan tahu kalau itu adalah Al-Qur’an dan tidak terpaksa.
Di samping yang tersebut di atas, ada pula kufur ashghar (kufur kecil), yang tidak mengeluarkan pelakunya dari agama atau tidak menjadikan murtad. Kufur ashghar ialah perbuatan-perbuatan dosa yang disebut dengan istilah kekafiran dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah, tetapi belum mencapai derajat kufur besar. Misalnya, kufur nikmat sebagaimana tersebut dalam surah an-Nahl ayat 112, atau membunuh seorang muslim.
Terdapat beberapa kesalahan dalam memahami makna kufur dalam penggunaan syariat, antara lain:
Hal ini seperti diyakini oleh kelompok Murji’ah. Menurut mereka, orang yang melakukan kekafiran dengan lisan atau amal seperti mencela Allah misalnya, dalam keadaan tahu dan tidak terpaksa, jika hatinya masih beriman, ia tetap mukmin. Ini jelas salah.
Dari sini mereka memahami (menafsirkan) semua lafaz kufur dalam Al-Qur’an maupun hadits dengan makna ini (kufur besar). Akhirnya orang yang membunuh, mereka anggap kafir; orang yang berhukum dengan selain hukum Allah dianggap pula kafir secara mutlak.
Baca juga: Bila Pengkafiran Menjadi Sebuah Fenomena
Ini juga salah karena walaupun perbuatan-perbuatan itu disebut kufur dalam syariat, tetapi ada dalil lain yang menunjukkan bahwa semua itu belum mencapai tingkatan kufur besar. Perbuatan tersebut digolongkan sebagai kufur kecil atau diistilahkan oleh ulama dengan kufrun duna kufrin, yakni kekafiran di bawah kekafiran yang besar.