Asysyariah
Asysyariah

jangan suuzhan kepada allah

4 tahun yang lalu
baca 2 menit
Jangan Suuzhan kepada Allah

Pertanyaan:

Apakah suuzhan kepada Allah subhanahu wa ta’ala bisa membuat orang menjadi kafir?

Dijawab oleh Ustadz Qomar Suaidi, Lc.

Suuzhan kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah dosa besar yang memiliki beberapa tingkatan. Ada tingkatan yang ringan, ada yang berat. Suuzhan yang dilakukan oleh orang musyrik yang berburuk sangka kepada Allah subhanahu wa ta’ala bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan menolong Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah suuzhan yang berat. Sebab, hal tersebut bertentangan dengan keimanan yang diyakini oleh kaum muslimin.

Baca juga: Agar Selalu Berbaik Sangka kepada Allah

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7)

Jadi, dipastikan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala akan menolong orang-orang yang beriman. Ketika seseorang meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan menolong Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sehingga ketika beliau shallallahu alaihi wa sallam wafat tidak akan ada penerus dakwah di muka bumi ini, ini jelas bertentangan dengan hal yang diimani oleh kaum mukminin bahwa Allah subhanahu wa ta’ala akan menolong Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebagai nabi dan rasul terakhir, nabi seluruh umat.

Baca juga: Bagaimana Cara Beriman kepada Nabi dan Rasul?

Demikian pula suuzhan orang musyrik yang meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak mengetahui apa yang dilakukan-Nya. Ini adalah celaan terhadap ilmu Allah subhanahu wa ta’ala. Bisa jadi, celaan ini sampai pada tingkatan kekafiran, tergantung pada seberapa jauh keyakinan itu.

Baca juga: Bekal Wajib untuk Membahas Takdir

Ada jenis suuzhan yang tidak sampai pada tingkatan dosa sebesar dua contoh di atas. Misalnya, seseorang mendapatkan musibah lantas merasa tidak terima terhadap takdir Allah subhanahu wa ta’ala. Hal seperti ini tidak sampai pada derajat dua contoh di atas.

Baca juga: Hikmah di Balik Musibah