Asysyariah
Asysyariah

hikmah di balik shalat berjamaah

11 tahun yang lalu
baca 5 menit
Hikmah Di Balik Shalat Berjamaah

Disyariatkan bagi kaum muslimin untuk melaksanakan shalat berjamaah karena di balik itu ada kemaslahatan dan kebaikan yang sangat agung. Selain yang telah disebutkan pada Rubrik Manhaji edisi ini, berikut ini beberapa hikmah lain shalat berjamaah.

1. Munculnya sikap saling menyayangi, mengasihi, dan saling mencari tahu keadaan sebagian mereka atas yang lain.

Di antara faedah shalat berjamaah, jika salah satu dari jamaah tidak hadir, yang lain akan menanyakan tentang dirinya. Apabila sakit atau ada uzur syar’i, mereka pun akan mengunjungi dan menjenguknya, dengan itu tenteramlah mereka. Namun, jika yang menyebabkan tidak hadirnya adalah karena sikap meremehkan, bermalas-malas, dan yang lain, mereka pun akan menasihati dan memperingatkan dengan tegas tentang bahaya dari meninggalkan shalat berjamaah.

Jadi, shalat berjamaah memiliki kemaslahatan yang sangat agung. Kalau saja orang lebih memilih untuk shalat sendirian, kemungkinan yang terjadi ialah ia akan shalat dengan rasa malas atau menunda dan mengakhirkan dari waktunya. Kemudian setahap demi setahap, ia akan meninggalkan shalat. Begitulah sesungguhnya setan bertahap pula dalam menggoda manusia. Namun, jika senantiasa menjaga shalat secara berjamaah, ia akan tergolong orangorang yang senantiasa menjaga shalatnya.

2. Menumbuhkan cinta kasih dan persahabatan.

Bertemunya manusia satu dengan yang lain dan saling berjabat tangan, menjadi sebab timbulnya cinta kasih dan persahabatan.

3. Saling mengenal.

Menjadi suatu kebiasaan dan kewajaran, apabila kaum muslimin shalat berjamaah di masjid, lantas ketika di sisi mereka ada orang baru, mereka akan bertanya, siapa dia? Siapa orang baru yang shalat bersama kita? Dari sinilah terjadinya saling mengenal. Faedahnya, bisa jadi orang baru tersebut adalah kerabat Anda, sehingga mengharuskan Anda untuk menyambung persaudaraan sebatas kekerabatannya. Bisa jadi pula, dia orang asing dari suatu negeri, yang mengharuskan Anda untuk menunaikan haknya.

4. Menampakkan salah satu syiar Islam.

Termasuk salah satu syiar Islam yang sangat agung adalah shalat. Dengan demikian, apabila manusia shalat di rumah, tidak akan diketahui bahwa dalam Islam ada shalat.

 

5. Menampakkan kemuliaan kaum muslimin.

Hal ini terlihat tatkala kaum muslimin dalam jumlah yang banyak memasuki masjid lantas keluar darinya.

 

6. Menahan/menguasai diri.

Dengan shalat berjamaah, seseorang membiasakan diri untuk mengikuti gerakan imam dengan saksama. Jika imam takbir, ia pun harus takbir. Ia tidak boleh mendahului, tidak boleh tertinggal jauh dengan imam, dan tidak boleh bersamaan, tetapi mengikuti. Hal ini akan membiasakan seseorang untuk dapat menahan dan menguasai diri.

 

7. Menumbuhkan perasaan

berada dalam barisan jihad (perang di jalan Allah Subhanahu wata’ala). Ketika berada dalam shalat berjamaah terwujud barisan shaf yang lurus, rapat, dan teratur, mengesankan bahwa seseorang sedang berada dalam barisan jihad. Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan- Nya dalam barisan yang teratur.” (ash- Shaf: 4)

Kaum muslimin yang berada dalam barisan jihad menjadi tidak diragukan, apabila terbiasa berada dalam barisan yang teratur di saat melaksanakan shalat lima waktu. Kebiasaan seperti ini akan menjadi perantara bagi mereka untuk mengikuti pemimpinnya saat berada di barisan perang sehingga tidak akan mendahului ataupun terlambat menjalankan perintahnya.

 

Baca juga:

Menata Shaf Shalat, Sunnah Rasulullah yang Terabaikan

 

8. Mengingatkan orang yang shalat berjamaah terhadap shaf para malaikat di sisi Allah Subhanahu wata’ala.

Dengan demikian , bentuk pengagungan mereka kepada Allah Subhanahu wata’ala, dan kecintaannya kepada malaikatmalaikat Allah Subhanahu wata’ala akan bertambah.

 

9. Memupuk persamaan.

Ketika shalat berjamaah di masjid, akan berkumpul dan bertemu orang yang paling kaya dengan orang yang paling miskin. Pemimpin berdiri di samping bawahannya, penguasa berdiri di samping rakyatnya, dan yang muda berdiri di samping yang tua. Dengan kondisi ini, manusia akan merasakan persamaan (tingkat dan kedudukan). Oleh sebab itu, kita diperintahkan untuk merapikan dan meluruskan shaf, seperti dalam hadits

 

10. Perkara paling utama dalam menjalani shalat berjamaah adalah beribadah semata-mata karena Allah Subhanahu wata’ala.

 

11. Mengingatkan umat atas keadaan di masa lalu.

Maksudnya, mengingatkan keadaan para sahabat, seolah-olah imam yang memimpin shalat adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang menjadi makmum adalah para sahabat. Tidak diragukan, keadaan ini menumbuhkan adanya keterikatan generasi akhir umat dengan generasi awalnya, memberikan dorongan yang kuat kepada umat Islam untuk mengikuti jejak salaf dan meneladani kehidupan mereka.

Andaikata setiap kali kita beramal timbul perasaan bahwa kita sedang mencontoh perbuatan Rasulullah n dan para sahabatnya yang mulia, akan tumbuh dorongan yang kuat dalam hati yang menyebabkan seseorang merasa menyatu dengan perbuatan salafush shalih. Selain itu, perasaan ini akan mendorong dirinya menjadi orang yang benar-benar salafi, baik dalam hal akidah, amal perbuatan, tingkah laku, maupun metode agama (manhaj)nya. (Tashil al-Ilmam, 2/401—403, al-Mumti’, 2/366—368)

 

Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ubaidah Syafrudin