Saudaraku kaum muslimin rahimakumullah, apabila kita mencermati geliat dan perkembangan LGBT di negeri kita tercinta ini, sungguh, akan membuat kita tercengang dan terperanjat. Bagaimana tidak? Setiap tahun jumlah pelaku homoseksual terus meningkat. Demikian pula, jumlah pengidap HIV/AIDS dari kalangan homoseksual juga terus bertambah.
Berikut ini kami sajikan sebagian kecil data dan fakta perkembangan homoseksual di Indonesia. Semoga Allah melindungi segenap kaum muslimin di negeri Indonesia ini dari bahaya LGBT.
Data-data di atas memperlihatkan kepada kita bahwa jumlah LSL yang terinfeksi HIV/AIDS di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan yang signifikan.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 6 bulan, jumlah LSL mengalami peningkatan sekitar 1.400. Data tersebut berdasarkan by name by address[1]. Penelitian terhadap LSL menunjukkan bahwa anak-anak usia 11 sampai dengan 13 tahun telah belajar berhubungan seks sesama jenis.[2]
Penting diketahui, data ini berdasarkan by name by address karena mereka melakukan konseling. Data tersebut belum termasuk yang tidak ikut konseling.[3]
“Perilaku menyimpang ini sudah mewabah di kalangan remaja. Mereka lebih suka hubungan sejenis Laki-laki Seks Laki-laki (LSL) karena bujukan teman. Tanpa sadar akibatnya terkena HIV/AIDS,” kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Jawa Tengah, Zainal Arifin, saat diwawancarai oleh merdeka.com, Kamis (29/11).[7]
Misalkan seorang penderita HIV/AIDS tutup usia pada umur 50 tahun, berarti satu tahun menghabiskan 6 juta rupiah. Dengan demikian, total biaya yang dihabiskan per orang adalah 300 juta rupiah. [9]
Penderita laki-laki dua kali lebih banyak dari penderita perempuan. Artinya, usia yang terkena adalah usia produktif.
Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.
Setelah kita menyimak sekelumit data-data di atas, apakah hati kita masih merasa aman dari bahaya LGBT? Apakah kita tidak khawatir terhadap masa depan anak-anak kita? Mudarat dan kerusakan apa lagi yang lebih kita takutkan menimpa bangsa kita dibandingkan dengan merebaknya LGBT?
Ya Allah, wahai Rabb kami, selamatkan anak dan keturunan kami dari bahaya LGBT….
Jika kita memperhatikan Grafik 1 (Jumlah Infeksi HIV/AIDS pada LSL (Laki-laki Seks Laki-laki) yang Dilaporkan Menurut Faktor Risiko 2010—2016), peningkatan dari tahun ke tahun sangat signifikan.
Misalkan dari 2015 sampai 2016, persentase infeksi HIV/AIDS pada LSL (Laki-laki Seks Laki-laki) meningkat sampai 208% lebih! Bahkan, kalangan pelajar juga termasuk berpotensi mengidap HIV/AIDS dengan sebab LSL.
Demikian pula, jika kita memperhatikan Grafik 2 dan 3, serta data nomor 12; kita dapat menyimpulkan bahwa mayoritas penderita HIV/AIDS adalah dari kalangan lelaki usia produktif.
Jika penderita HIV/AIDS tersebut adalah seorang kepala rumah tangga yang memiliki istri dan anak-anak yang harus dinafkahi, lalu bagaimana dia bisa bekerja untuk menghidupi keluarganya? Jangankan meningkatkan taraf hidup dan ekonomi keluarga, untuk berobat saja biayanya ditanggung oleh negara. Biayanya pun tidak murah.
Lebih jauh lagi, bagaimana dia bisa ikut andil dalam membangun bangsa dan negara? Padahal pada uraian data-data di atas, kita belum membahas tentang bagaimana penularan HIV dari suami kepada istri atau dari ibu kepada anak. Benar-benar mengerikan!
Sekali lagi, data-data di atas hanyalah puncak fenomena gunung es. Artinya, jumlah yang tidak terdata dan belum diketahui jauh lebih banyak. Pemerintah pun harus berusaha keras untuk mendata para pengidap HIV/AIDS. Semoga hal ini bisa menjadi renungan kita bersama. Sudah saatnya kita peduli. Kita tidak boleh diam.
Ya Allah, wahai Rabb kami, hanya kepada-Mu kami mengadu….
Ya Allah, ya Rahman, ya Rahim, kasihanilah kami, selamatkan negeri kami dari bahaya LGBT.
[1] Hal ini menunjukkan data tersebut sangat valid dan tidak sembarangan. Sebab, nama dan alamat serta data diri LSL tercatat dengan terperinci.
[2] Prof. Euis Sunarti: Data Proves, Adultery Numbers in Indonesia Already Need High Urgency (menit 2:29)
[3] Prof. Euis Sunarti: Data Proves, Adultery Numbers in Indonesia Already Need High Urgency (menit 2:14)
[4] dr. Dewi Inong Irana, Sp.KK: LGBT Sexual Behavior is at Highest Risk of Contracting HIV/AIDS (menit 2:37 dan 9:49)
[5] dr. Dewi Inong Irana, Sp.KK: LGBT Sexual Behavior is at Highest Risk of Contracting HIV/AIDS (menit 9:58)
[6] dr. Dewi Inong Irana, Sp.KK: LGBT Sexual Behavior is at Highest Risk of Contracting HIV/AIDS (menit 10:27)
[7] https://m.merdeka.com/peristiwa/17000-pelajar-jateng-terindikasi-mengidap-hivaids-karena-seks-sejenis.html
[8] https://metro.sindonews.com/read/1274427/170/didominasi-kaum-gay-penderita-hiv-di-bekasimeningkat-1516182526
[9] dr. Dewi Inong Irana, Sp.KK: LGBT Sexual Behavior is at Highest Risk of Contracting HIV/AIDS (menit 4:31)
[10] dr. Dewi Inong Irana, Sp.KK: LGBT Sexual Behavior is at Highest Risk of Contracting HIV/AIDS (menit 5:07)
[11] dr. Dewi Inong Irana, Sp.KK: LGBT Sexual Behavior is at Highest Risk of Contracting HIV/AIDS (menit 10:49)
[12] dr. Dewi Inong Irana, Sp.KK: LGBT Sexual Behavior is at Highest Risk of Contracting HIV/AIDS (menit 14:48)
[13] Lihat Laporan Situasi Perkembangan HIV-AIDS & PIMS di Indonesia Januari—Desember 2017, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017