Asysyariah
Asysyariah

buku, racun atau ilmu?

13 tahun yang lalu
baca 3 menit
Buku, Racun Atau Ilmu?

السلام عليكم ورحمة الله و بركاته

Belakangan, kutipan tulisan “ilmuwan” Barat semakin banyak dijumpai dalam artikel atau buku-buku agama yang ditulis oleh mereka yang pernah mengenyam bangku perguruan tinggi ‘Islam’ atau yang terlanjur disebut ‘cendekiawan’ muslim negeri ini.

Fenomena yang terus menggejala dalam beberapa tahun terakhir ini seolah menyiratkan betapa sebagian umat Islam masih minder dengan perbendaharaan ilmu Islam. Khazanah Islam dianggap tidak memadai hingga dirasa perlu menggunakan ‘dalil-dalil’ Barat yang konon lebih dinamis dan lebih peka dengan perkembangan jaman. Atau kemungkinan kedua, mereka justru kurang mengerti Islam karena sebagian besar masa pendidikannya dicekoki oleh pemikiran-pemikiran di luar Islam yang sekuler.

Jadi, ‘bisa dimaklumi’ jika mereka kemudian sangat ‘berani’ mengeluarkan pemikiran kontroversial meski pengetahuan fiqih Islamnya dipertanyakan. Mereka juga berani mengotak-atik redaksi ayat atau hadits meski ilmu bahasa arab mereka sangat dangkal.

Itu tadi adalah ekstrem kiri. Sebaliknya, bertebaran juga buku-buku yang dipenuhi ayat al-Qur’an atau hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun juga menyesatkan. Barangkali akan muncul pertanyaan, bagaimana mungkin menyesatkan padahal di dalamnya termuat ayat al-Qur’an dan hadits-hadits?

Inilah yang masih banyak disalahpahami masyarakat. Mereka umumnya tertipu dengan banyaknya hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang memenuhi sebuah buku. Padahal jamak diketahui, tak semua hadits itu sahih. Banyak hadits lemah, hadits palsu, bahkan yang tidak ada asalnya sama sekali bertebaran “menghiasi” buku-buku di sekitar kita.

Kita juga tahu, betapa banyak kelompok di dalam dan luar (yang mengatasnamakan) Islam. Dan buku, logikanya akan menjadi corong pembenaran masing-masing kelompok. Kalau sudah begini, menjadi ‘wajar’ jika ayat atau hadits-hadits yang dimuat adalah ayat dan hadits ‘pilihan’, artinya ayat dan hadits-hadits yang mendukung pemahaman kelompok tersebut.

Caranya, ayat atau hadits—sahih ataupun tidak—dipotong-potong, ditempatkan tidak sebagaimana mestinya (dengan mengabaikan peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat/asbabun nuzul dan sebab terjadinya hadits/asbabul wurud, juga digabungkan dengan hadits-hadits yang sejatinya tidak berhubungan dengan konteks masalah.

Selain itu, ayat atau hadits bakal dipahami secara ngawur dengan alasan kontekstual, disesuaikan dengan perkembangan jaman, demi mengakomodasi problem kekinian, atau cara-cara lain yang menyimpang dari pemahaman sahabat radhiyallahu ‘anhum, murid-murid terdekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling mengerti apa yang dimaukan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ayat dan hadits tersebut.

Atau yang paling ekstrem, adalah menciptakan hadits-hadits palsu untuk mengokohkan ide-ide kesesatan mereka. Padahal jika hadits palsu itu sudah menyentuh masalah prinsip, yakni akidah, tak ayal kesesatan yang dihasilkan pun berlipat-lipat.

Karena itu, jika masih ada yang berupaya menolerir buku-buku itu dengan alasan toleransi, “kebenaran bukan monopoli satu pihak”, apalagi cuma alasan “kebebasan berekspresi” (meminjam istilah para pembela pornografi dan pornoaksi), keimanannya patut dipertanyakan. Pasalnya, tegas-tegas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengecam orang-orang yang berdusta atas nama diri beliau.

Maka dari itu, jika kebenaran telah nyata di hadapan kita, tidak ada alasan lagi untuk membela kesalahan. Apalagi jika hanya berdalih bahwa yang menulis adalah tokoh idolanya atau orang-orang yang seide dengan kelompok atau partainya, kemudian justru membelanya mati-matian.

Galibnya, parameter buku yang baik bukanlah karena best seller, atau asal “sejuk” atau “bisa diterima semua kalangan” dan sejenisnya. Parameternya adalah al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman sahabat radhiyallahu ‘anhum.

Pembaca, bahasan tentang ziarah kubur, gambar makhluk bernyawa, dan alat kontrasepsi adalah beberapa tema menarik yang bisa Anda kaji di lembar Sakinah. Dengan tiada berpanjang kata lagi, kami persilakan Anda menyimak sajian kami!

والسلام عليكم ورحمة الله و بركاته

 

Sumber Tulisan:
Buku, Racun Atau Ilmu?