Pertanyaan:
Saya berharap agar doa saya terkabul. Maka dari itu, saya berkeinginan untuk melakukan puasa Ayyamul Bidh meski bukan orang yang terbiasa melakukannya. Saya meyakini bahwa doa orang yang berpuasa adalah mustajab. Mohon berikan nasihat untuk saya terkait masalah ini.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ، الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Tiga orang yang tidak ditolak doanya: (1) seorang imam (pemimpin) yang adil, (2) seorang yang berpuasa sampai dia berbuka, dan (3) doa orang yang terzalimi.” (HR. Ibnu Majah no. 1752 dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu. Syaikh Muqbil rahimahullah menilainya sahih oleh dalam kitab al-Jami’ ash-Shahih 2/506)
Baca juga: Saat Pengabulan Doa
Terkait dengan hal ini, ada beberapa hal yang penting untuk diketahui.
Masih banyak lagi waktu-waktu mustajab, seperti antara azan dan iqamat, sepertiga malam terakhir, dan ketika sujud.
Seandainya dia niatkan dalam rangka iman dan mengharapkan pahala, hal itu akan lebih utama dan harapan terkabulkan doa sudah termasuk di dalamnya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang puasa Ramadhan,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. al-Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760 dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu)
Baca juga: Hukum Ringkas Puasa Ramadhan
Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
“Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah, melainkan dengan sebab itu Allah akan menjauhkan neraka dari wajahnya sejauh tujuh puluh tahun (perjalanan).” (HR. al-Bukhari no. 2840 dan Muslim no. 1151 dari sahabat Abu Said al-Khudri radhiallahu anhu)
Baca juga: Dahsyatnya Neraka
Di antara makna berpuasa di jalan Allah ialah dalam ketaatan kepada-Nya. Oleh karena itu, sebaiknya puasa diniatkan dengan niat sebagai ketaatan kepada Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَٱللَّهُ ذُو ٱلۡفَضۡلِ ٱلۡعَظِيمِ
“Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (al-Baqarah: 105)
Wallahu a’lam bish-shawab.