Zikir dan doa adalah salah satu bagian penting dalam kehidupan seorang muslim. Bahkan seseorang yang banyak berzikir dan berdoa mendapatkan pujian dan balasan yang besar di sisi Allah k. Seperti dalam firman Allah k:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang berislam, laki-laki dan perempuan yang beriman, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatan, laki-laki dan perempuan yang benar keimanannya, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang menjaga kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak berzikir kepada Allah, maka Allah sediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab: 35)
Allah l memberikan kepada orang yang memiliki sifat-sifat seperti ini ampunan bagi dosa-dosa mereka. Karena kebaikan itu dapat menghilangkan kejelekan, serta pahala yang besar, yang tak dapat diukur oleh siapa pun kecuali Dzat yang memberikannya, berupa segala sesuatu yang (keindahannya, pent.) tak ada mata yang pernah melihatnya, tak ada telinga yang pernah mendengarnya, dan tak pernah terbersit dalam qalbu manusia. Kita memohon kepada Allah l agar Dia jadikan kita termasuk golongan mereka. (Taisirul Karimir Rahman, hal. 665)
Ini jelas merupakan hasungan yang menyemangati hamba-hamba Allah l untuk melakukan amalan-amalan seperti ini, termasuk di antaranya banyak berzikir kepada Allah l.
Selain ayat di atas, banyak pula ayat-ayat dalam Kitabullah yang menghasung untuk banyak berzikir, dengan menyebutkan keutamaan dan balasannya. Di antaranya firman Allah l:
“Maka berzikirlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian.” (Al-Baqarah: 152)
Dalam ayat ini Allah l memerintahkan untuk berzikir kepada-Nya dan menjanjikan balasan yang paling utama, yaitu Allah l akan mengingat hamba-Nya yang berzikir kepada-Nya. (Taisirul Karimir Rahman, hal. 74)
Di ayat yang lain, Allah l juga berfirman:
“Dan banyak berzikirlah kalian kepada Allah, semoga dengan itu kalian menjadi orang-orang yang beruntung.” (Al-Jumu’ah: 10)
Zikir kepada Allah l merupakan salah satu sebab diraihnya pahala dan keberuntungan. Sementara kataالفلاح (keberuntungan) memiliki cakupan makna yang luas, yang berarti diperolehnya segala keinginan dan selamat dari segala yang dihindari. (Syarh Riyadhish Shalihin, 3/544)
Masih banyak lagi ayat dalam Kitabullah yang menyebutkan tentang keutamaan dan hasungan untuk berzikir kepada Allah l.
Melalui lisannya yang mulia, Rasulullah n pun banyak menyebutkan keutamaan berzikir kepada Allah l. Di antaranya seperti dalam hadits qudsi yang dinukilkan oleh Abu Hurairah z bahwa Rasulullah n bersabda:
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِذَا ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ
“Allah l berfirman, ‘Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersamanya bila dia berzikir pada-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Dan apabila dia mengingat-Ku di tengah kumpulan banyak orang, maka Aku akan mengingatnya di hadapan kumpulan yang lebih baik daripada mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 325 dan Muslim no. 2675)
Begitu pula dalam sabda beliau yang lain yang diriwayatkan pula oleh Abu Hurairah z:
سَبَقَ الْمُفَرِّدُوْنَ. قَالُوا: وَمَا الْمُفَرِّدُوْنَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: الذَّاكِرُوْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتُ
“Telah mendahului al-mufarridun.” Para sahabat pun bertanya, “Apa al-mufarridun itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Laki-laki dan perempuan yang banyak berzikir kepada Allah.” (HR. Muslim no. 2676)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abud Darda’ z, Rasulullah n mengatakan kepada para sahabat g:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيْكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ؟ قَالُوا: بَلَى. قَالَ: ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى
“Maukah kalian aku beritakan tentang sebaik-baik amalan kalian, paling suci di sisi Pemilik kalian, paling tinggi dalam mengangkat derajat kalian dan lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian daripada kalian bertemu dengan musuh kalian lalu kalian memukul/memenggal leher-leher mereka dan mereka memukul leher-leher kalian?” Para sahabat menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah!” Beliau berkata, “(Amalan itu adalah) zikrullah.” (HR. At-Tirmidzi no. 3377, Ibnu Majah no. 3790, dishahihkan Al-Imam Al-Albani t dalam Shahihul Jami’ no. 2629)
Tak hanya hasungan yang datang dari beliau. Bahkan dalam keseharian, Rasulullah n memberikan contoh bagi umat beliau. Beliau senantiasa berzikir, mengingat Allah l dalam segala keadaan dan setiap waktu. Dikatakan oleh istri beliau, ‘Aisyah Ummul Mukminin x:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ n يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ
“Rasulullah n biasa berzikir kepada Allah l dalam setiap waktunya.” (HR. Muslim no. 373)
Melihat hasungan yang sedemikian rupa, tentunya kita ingin dapat meneladani dan mendapatkan keutamaan seperti itu. Tak hanya diri kita sendiri yang kita inginkan mendapat kebaikan, namun juga tentunya anak-anak kita, agar mereka memperoleh keutamaan di dunia dan di akhirat.
Mengajarkan zikir dan doa kepada anak-anak tentu tak hanya sebatas menyuruh mereka menghafal lafadz demi lafadz zikir dan doa. Yang lebih mereka butuhkan adalah bimbingan kita untuk membiasakan mereka mengamalkan zikir dan doa itu dalam kehidupan sehari-hari, menerapkannya sesuai keadaan dan tempatnya. Di samping itu, disertai pula dengan contoh nyata yang mereka lihat dari kehidupan kita, orangtua. Dari mulai bangun tidur di pagi hari hingga tidur kembali di malam hari, mestinya kehidupan seorang muslim tidak terlepas dari zikir kepada Allah l. Zikir di pagi dan sore hari pun semestinya mulai kita ajarkan pada anak-anak agar mereka mendapatkan perlindungan dari berbagai hal yang memudaratkan. Betapa semua ini adalah nikmat yang Allah l berikan bagi siapapun yang mau mengamalkannya.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin t mengatakan, “Di antara nikmat Allah l yang diberikan bagi kita, Allah l menerangkan pada kita tentang zikir-zikir ketika hendak tidur, bangun tidur, makan dan minum, memulai dan menyudahi sesuatu, sampai-sampai ketika hendak masuk kamar kecil maupun mengenakan pakaian. Semua ini agar seluruh waktu kita dimakmurkan dengan zikir kepada Allah k. Seandainya Allah l tidak menerangkan hal ini kepada kita, tentu saja ini adalah perkara bid’ah. Namun Allah l telah menerangkan semua ini kepada kita agar bertambah kenikmatan-Nya bagi kita dengan melaksanakan ketaatan ini.” (Syarh Riyadhish Shalihin, 3/574)
Bila demikian, tak pantas kita meremehkan dan mengesampingkan pembiasaan zikir ini dalam kehidupan anak-anak kita. Kesabaran, ketelatenan, dan keteladanan kita –orangtua– amat mereka butuhkan agar mereka memperoleh keutamaan yang besar ini.
Wallahu a’lamu bish-shawab.