Asysyariah
Asysyariah

asy-syifa bintu abdillah

3 tahun yang lalu
baca 3 menit
Asy-Syifa bintu Abdillah

Allah subhanahu wa ta’ala telah menganugerahkan ilmu kepada seorang wanita bernama asy-Syifa. Anugerah itu benar-benar membawa kemuliaan baginya. Bahkan, Amirul Mukminin Umar ibnul Khaththab radhiallahu anhu pun mengedepankan buah pikirannya. Riwayatnya pun tersebar di kalangan orang-orang sesudahnya.

Namanya Laila. Namun, ia lebih dikenal dengan nama asy-Syifa, bintu Abdillah bin Abdi Syams bin Khalaf[1] bin Syaddad[2] bin Abdillah bin Qarth bin Razah bin Adi bin Ka’b al-Qurasyiyah al-Adawiyah radhiallahu anha. Ibunya adalah Fathimah bintu Abi Wahb bin Amr bin ‘A`idz bin Imran bin Makhzum.

Di Makkah, dia menyatakan masuk Islam, sebelum hijrah. Dia pun berbaiat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Saat Allah subhanahu wa ta’ala mengizinkan para sahabat untuk berhijrah membawa agama mereka, asy-Syifa termasuk wanita yang berhijrah pertama kali.

Dahulu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa singgah di rumahnya dan menumpang tidur siang di sana. Untuk tidur beliau, asy-Syifa biasa menyiapkan tempat tidur dan kain.

Asy-Syifa adalah wanita yang cerdas. Dia mengajarkan pula ilmu yang dimilikinya. Suatu saat, dia sedang berada di rumah Hafshah bintu Umar radhiallahu anha, istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dalam kesempatan itu, dia bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, saya dulu biasa meruqyah pada masa jahiliah. Saya akan menunjukkan ruqyah itu kepada Anda.”

Ditunjukkannya ruqyah itu kepada beliau. Di antaranya ada ruqyah untuk penyakit namlah[3]. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun berkata padanya, “Ajari Hafshah ruqyah namlah itu, seperti engkau mengajarinya menulis.”

Baca juga: Ruqyah Adalah Kesyirikan?

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah memberinya sebuah tempat tinggal. Asy-Syifa menghuni tempat itu bersama putranya, Sulaiman.

Pada masa pemerintahan Umar ibnul Khaththab radhiallahu anhu, Umar mengambil pemikiran dan pandangan asy-Syifa. Umar pun memuliakan dan merasa ridha kepadanya. Bahkan, sekali waktu Umar pernah memercayai asy-Syifa untuk menangani masalah pasar.

Semasa hidupnya, asy-Syifa menyampaikan ilmu/hadits yang pernah didapatkannya dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, begitu pula yang pernah diperolehnya dari Umar ibnul Khaththab radhiallahu anhu. Ilmu yang dimilikinya pun diwarisi oleh orang-orang sesudahnya. Di antara mereka ada Sulaiman bin Abi Hatsmah, putranya, dan Utsman bin Sulaiman, cucunya.

Asy-Syifa bintu Abdillah al-Qurasyiyah, semoga Allah meridhainya.…

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Sumber Bacaan

  • Al-Ishabah, karya al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani (7/727—728)
  • Al-Isti’ab, karya Imam Ibnu Abdil Barr (4/1868—1870)
  • Tahdzibul Kamal, karya Imam al-Mizzi (35/207—208)

Catatan Kaki

[1] Ada yang mengatakan: Khalid.

[2] Ada yang mengatakan: Shaddad; tetapi ada pula yang mengatakan: Dhirar.

[3] Penyakit namlah adalah semacam bisul-bisul bernanah yang keluar di lambung. Dinamakan namlah (semut) karena penderitanya merasakan adanya sakit yang menggigit di daerah itu.

(Ustadzah Ummu Abdirrahman bintu Imran)