Asysyariah
Asysyariah

arti nama allah: as-sami’

3 tahun yang lalu
baca 9 menit
Arti Nama Allah: As-Sami’

Dalil Nama Allah As-Sami’

As-Sami’ (السَّمِيعُ) adalah salah satu Asmaul Husna, nama-nama Allah yang terbaik.

Allah subhanahu wa ta’ala menyebut nama-Nya yang agung ini dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Di antaranya,

لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَيۡءٌۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (asy-Syura: 11)

قَدۡ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوۡلَ ٱلَّتِي تُجَٰدِلُكَ فِي زَوۡجِهَا وَتَشۡتَكِيٓ إِلَى ٱللَّهِ وَٱللَّهُ يَسۡمَعُ تَحَاوُرَكُمَآۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعُۢ بَصِيرٌ

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (perkaranya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (al-Mujadilah:1)

Baca juga: Arti Nama Allah: Al-Bashir

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga menyebutkan nama Allah as-Sami’ dalam hadits berikut ini.

Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiallahu anhu, ia berkata,

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَكُنَّا إِذَا عَلَوْنَا كَبَّرْنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّهَا النَّاسُ، ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا وَلَكِنْ تَدْعُونَ سَمِيعًا بَصِيرًا. ثُمَّ أَتَى عَلَيَّ وَأَنَا أَقُولُ فِي نَفْسِي: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ فَقَالَ: يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ قَيْسٍ، قُلْ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ—أَوْ قَالَ: أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ هِيَ كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ؛ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ.

Kami sedang safar bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Jika kami menempuh jalanan yang menanjak, kami mengucapkan takbir[1]. Beliau berkata, “Wahai manusia, kasihilah diri kalian. Sebab, kalian tidak menyeru Dzat yang tuli atau jauh. Akan tetapi, Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.”

Lalu beliau shallallahu alaihi wa sallam mendatangiku, sementara aku sedang berucap dalam hatiku, “La haula wala quwwata illa billah.”

Beliau pun berkata, “Wahai Abdullah bin Qais (kuniah Abu Musa), ucapkan la haula wala quwwata illa billah. Sesungguhnya hal itu adalah salah satu kekayaan yang tersimpan di surga.”—Atau beliau berkata, “Tidakkah kamu mau saya tunjuki salah satu harta kekayaan di surga? (Yakni) la haula wala quwwata illa billah.” (HR. al-Bukhari no. 5905)

Arti Nama Allah As-Sami’

As-Sa’di rahimahullah mengatakan bahwa di antara Asmaul Husna (nama Allah yang terbagus) adalah as-Sami’, yaitu Yang mendengar segala suara dengan berbagai bahasa dan beragam kebutuhan. Yang rahasia, bagi-Nya adalah nyata. Yang jauh, bagi-Nya adalah dekat. (Tafsir Asma’illah al-Husna)

Pendengaran Allah subhanahu wa ta’ala ada dua macam.

  1. Pendengaran-Nya yang umum.

Maknanya, Allah subhanahu wa ta’ala mendengar seluruh suara yang lahir dan batin, yang tersembunyi dan yang jelas. Allah subhanahu wa ta’ala meliputinya seluruhnya secara sempurna.

  1. Pendengaran-Nya yang khusus, yaitu pendengaran disertai ijabah dari-Nya.

Pendengaran-Nya ini adalah bagi orang-orang yang berdoa kepada-Nya dan hamba-hamba yang beribadah kepada-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala akan mengijabahi mereka dan memberi mereka pahala, seperti dalam firman-Nya,

إِذۡ قَالَتِ ٱمۡرَأَتُ عِمۡرَٰنَ رَبِّ إِنِّي نَذَرۡتُ لَكَ مَا فِي بَطۡنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلۡ مِنِّيٓۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ

 (Ingatlah), ketika istri Imran berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitulmaqdis). Karena itu, terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Ali Imran: 35)

Demikian pula firman-Nya melalui lisan Ibrahim alaihis salam, kekasih-Nya,

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى ٱلۡكِبَرِ إِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَۚ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ ٱلدُّعَآءُِ

“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Rabbku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.” (Ibrahim: 39)

Termasuk dalam hal ini ucapan seorang yang shalat, “Sami’allahu liman hamidah” (Allah mendengar dan mengijabahi orang yang memuji-Nya). (Tafsir Asma’illah al-Husna karya as-Sa’di dan Syarah Nuniyyah karya al-Harras)

Baca juga: Mengenal Allah

Al-Harras rahimahullah menjelaskan bahwa arti dan makna nama Allah as-Sami’ ialah Yang mendengar seluruh suara yang tersembunyi dan yang terang-terangan. Jadi, tidak ada yang tersembunyi sedikit pun dari-Nya. Bagaimanapun tersembunyinya seluruh suara, bagi pendengaran-Nya, jauh dekat sama saja. Pendengaran-Nya mendengar setiap suara, tidak tersamar bagi-Nya dan tidak tercampur.

Dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam membaca ayat ini,

إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا وَإِذَا حَكَمۡتُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحۡكُمُواْ بِٱلۡعَدۡلِۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعَۢا بَصِيرًا

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (an-Nisa: 58)

Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat.” Beliau meletakkan ibu jarinya pada telinganya dan jari telunjuknya pada matanya. (Sahih, HR. Abu Dawud, “Kitab as-Sunnah”, “Bab fil Jahmiyyah”; Syaikh al-Albani menilai hadits ini sahih)

Baca juga: Arti Nama Allah: Allah dan Al-Ilah

Makna hadits ini adalah Allah subhanahu wa ta’ala mendengar dengan pendengaran dan melihat dengan mata. Hadits ini menjadi bantahan terhadap aliran Mu’tazilah dan sebagian aliran Asy’ariyah yang meyakini bahwa pendengaran Allah subhanahu wa ta’ala artinya ialah pengetahuan Allah subhanahu wa ta’ala terhadap sesuatu yang terdengar, sedangkan penglihatan Allah subhanahu wa ta’ala artinya pengetahuan-Nya terhadap sesuatu yang dapat dilihat.

Tidak diragukan lagi, itu merupakan penafsiran yang salah. Sebab, masing-masing dari pendengaran dan penglihatan adalah makna yang lebih dari sekadar pengetahuan. Bisa jadi, ada pengetahuan tanpa penglihatan dan pendengaran. Seorang yang buta mengetahui adanya langit, padahal ia tidak melihatnya. Demikian pula orang tuli mengetahui adanya suara, padahal ia tidak mendengarnya.

Lebih aneh lagi adalah pendapat kelompok Asy’ariyah. Mereka berpandangan bahwa setiap pendengaran dan penglihatan terkait dengan semua yang ada.

Bagaimana bisa dikatakan bahwa pendengaran terkait dengan sesuatu yang tidak didengar seperti orang atau warna? Bagaimana pula penglihatan terkait dengan sesuatu yang tidak bisa dilihat semacam suara-suara yang terdengar oleh telinga? (Syarah Nuniyyah)

Baca juga: Arti Nama Allah: Al-Khabir

Dengan demikian, kita harus mengimani nama Allah subhanahu wa ta’ala as-Sami’ yang berarti Maha Mendengar. Kita juga harus mengimani bahwa sifat pendengaran Allah Mahaluas. Tidak ada suara apa pun dan di mana pun kecuali Allah subhanahu wa ta’ala mendengarnya dengan jelas. Makna ini harus benar-benar kita sadari sebagaimana Aisyah radhiallahu anha, istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan ibu kaum mukminin, sangat merasakan makna tersebut. Perhatikan penuturannya terkait dengan kisah seorang wanita yang mengadukan suaminya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Khaulah bintu Tsa’labah radhiallahu anha mengadukan kejelekan akhlak suaminya yang sampai mengharamkan istrinya terhadap dirinya. Allah subhanahu wa ta’ala pun menurunkan ayat,

قَدۡ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوۡلَ ٱلَّتِي تُجَٰدِلُكَ فِي زَوۡجِهَا وَتَشۡتَكِيٓ إِلَى ٱللَّهِ وَٱللَّهُ يَسۡمَعُ تَحَاوُرَكُمَآۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعُۢ بَصِيرٌ

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (perkaranya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (al-Mujadalah: 1)

Baca juga: Khaulah bintu Tsa’labah

Aisyah radhiallahu anha bertutur,

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِى وَسِعَ سَمْعُهُ الْأَصْوَاتَ لَقَدْ جَاءَتِ الْمُجَادِلَةُ إِلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تُكَلِّمُهُ وَأَنَا فِى نَاحِيَةِ الْبَيْتِ مَا أَسْمَعُ مَا تَقُولُ فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ (قَدۡ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوۡلَ ٱلَّتِي تُجَٰدِلُكَ فِي زَوۡجِهَا ) إِلَى آخِرِ الْآيَةِ.

Segala puji bagi Allah yang pendengaran-Nya meliputi segala suara. Sungguh, telah datang wanita kepada Nabi mengeluhkan dan berbicara dengannya, sedangkan saya (saat itu) di salah satu sisi rumah. Saya tidak mendengar apa yang dia ucapkan. Lalu Allah menurunkan firman-Nya, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan tentang suaminya.” (al-Mujadilah: 1) (HR. al-Bukhari secara mu’allaq [tanpa menyebutkan sanadnya dari awal] dan Ahmad)

Buah Mengimani Nama Allah As-Sami’

Dengan mengimani nama Allah subhanahu wa ta’ala as-Sami’, kita semakin mengenal keagungan Allah azza wa jalla yang Mahasempurna sifat-Nya. Pada saat yang sama, kita sangat mengetahui kelemahan pendengaran kita yang terbatas. Kita juga mengetahui kelemahan sembahan selain Allah subhanahu wa ta’ala yang tidak mampu mendengar.

Oleh karena itu, sembahan selain Allah subhanahu wa ta’ala dilarang diibadahi, seperti nasihat Nabi Ibrahim alaihis salam kepada ayahnya,

إِذۡ قَالَ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ لِمَ تَعۡبُدُ مَا لَا يَسۡمَعُ وَلَا يُبۡصِرُ وَلَا يُغۡنِي عَنكَ شَيۡ‍ًٔا

Ingatlah ketika ia berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?” (Maryam: 42)

Baca juga: Hinanya Sesembahan Kaum Musyrikin

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,

يُولِجُ ٱلَّيۡلَ فِي ٱلنَّهَارِ وَيُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِي ٱلَّيۡلِ وَسَخَّرَ ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَۖ كُلٌّ يَجۡرِي لِأَجَلٍ مُّسَمًّىۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡ لَهُ ٱلۡمُلۡكُۚ وَٱلَّذِينَ تَدۡعُونَ مِن دُونِهِۦ مَا يَمۡلِكُونَ مِن قِطۡمِيرٍ ١٣ إِن تَدۡعُوهُمۡ لَا يَسۡمَعُواْ دُعَآءَكُمۡ وَلَوۡ سَمِعُواْ مَا ٱسۡتَجَابُواْ لَكُمۡۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ يَكۡفُرُونَ بِشِرۡكِكُمۡۚ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثۡلُ خَبِيرٍ١٤

“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam serta menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Rabbmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari biji kurma. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu. Kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (Fathir: 13—14)

Sia-sialah mereka yang berdoa kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala dan takkan sia-sia orang yang berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dia Maha Mendengar terhadap doa yang kita mohonkan, pengaduan yang kita panjatkan, dan ucapan yang kita bisikkan.

Keimanan kepada nama Allah as-Sami’ ini membuat kita seharusnya berhati-hati dalam bertutur kata dan menjauhi segala ucapan yang tidak Allah subhanahu wa ta’ala ridhai. Sebab, Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa mendengarnya.

Wallahu a’lam.


Catatan Kaki

[1] Dalam sebagian lafaz, “Sampai kami mengeraskan suara kami.” (HR. al-Bukhari no. 2770)

(Ustadz Qomar Z.A., Lc.)