Asysyariah
Asysyariah

arti nama allah: as-salam

3 tahun yang lalu
baca 4 menit
Arti Nama Allah: As-Salam

Dalil Nama Allah As-Salam

Di antara al-Asma’ul Husna adalah as-Salam (السَّلامُ). Nama Allah subhanahu wa ta’ala ini tersebut dalam firman-Nya,

هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِي لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ ٱلۡمُهَيۡمِنُ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡجَبَّارُ ٱلۡمُتَكَبِّرُۚ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشۡرِكُونَ

”Dia-lah Allah yang tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala keagungan. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (al-Hasyr: 23)

Nama ini juga tersebut dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sahabat Tsauban radhiallahu ‘anhu,

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقَالَ: اللهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ.

قَالَ الْوَلِيدُ: فَقُلْتُ لِلْأَوْزَاعِيِّ: كَيْفَ الْاسْتِغْفَارُ؟ قَالَ: تَقُولُ: أَسْتَغْفِرُ اللهَ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ

Dahulu Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam jika selesai dari shalatnya beristighfar tiga kali dan mengucapkan, “Ya Allah, Engkau-lah as-Salam dan dari-Mu-lah keselamatan. Mahabesar Engkau, wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan!”

Baca juga: Zikir Setelah Shalat Fardhu

Al-Walid (salah satu perawi hadits ini) bertanya kepada al-Auza’i (gurunya), “Bagaimanakah cara beristighfar?” Ia berkata, “Engkau mengucapkan, ‘Astaghfirullah, astaghfirullah! (Aku mohon ampun kepada Allah, aku mohon ampun kepada Allah)’.” (Sahih, HR. Muslim)

Arti Nama Allah As-Salam

Ibnu Qutaibah rahimahullah mengatakan,

“Dia menamai Diri-Nya dengan as-Salam karena Dia selamat dan bebas dari aib, kekurangan, kehancuran, serta kematian yang mengenai makhluk-Nya.” (Gharibul Qur’an)

Al-Khaththabi rahimahullah mengatakan,

“As-Salam adalah sifat Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu yang selamat dari segala aib, serta bebas dari segala kejelekan dan kekurangan yang dapat menimpa makhluk.” (Sya’nud Du’a)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan ketika menjelaskan ayat di atas,

“As-Salam ialah yang selamat dari segala cacat dan kekurangan karena kesempurnaan-Nya dalam Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya.”

As-Sa’di rahimahullah mengatakan,

“Al-Quddus, as-Salam ialah yang diagungkan, yang suci dari seluruh kekurangan dan keserupaan makhluk terhadap-Nya, serta yang suci dari siapa pun yang akan mendekati atau menyamainya pada salah satu sisi kesempurnaan-Nya.”

Jadi, arti nama Allah al-Quddus dan as-Salam ialah Allah subhanahu wa ta’ala suci dari kekurangan pada segala sisi.

Keduanya mengandung kesempurnaan yang paripurna dari segala sisi karena jika kekurangan itu tidak ada, berarti tetaplah kesempurnaan seluruhnya.

Dengan demikian, Dialah yang Mahasuci, Mahabesar, yang suci dari segala kejelekan serta yang terbebas dari penyerupaan dengan makhluk, kekurangan, dan segala yang bertolak belakang dengan kesempurnaan-Nya. Inilah patokan tentang apa yang Allah subhanahu wa ta’ala suci darinya. Ia suci dari segala kekurangan dari sisi mana pun. Dia suci dan agung dari adanya penyerupaan, tandingan, atau lawan bagi-Nya. Dia suci pula dari kekurangan dalam hal sifat-sifat-Nya yang merupakan sifat yang paling sempurna, paling agung, dan paling luas.

Baca juga: Mengenal Allah

Di antara kesempurnaan penyucian-Nya adalah penetapan sifat kesombongan dan keagungan bagi-Nya karena penyucian tersebut dimaksudkan untuk hal yang lain. Penetapan sifat kesombongan dan keagungan bagi Allah subhanahu wa ta’ala dimaksudkan untuk menjaga kesempurnaan-Nya dari berbagai sangkaan yang jelek. Di antaranya ialah sangkaan jahiliah yang mengalamatkan kepada-Nya berbagai sangkaan jelek yang tidak pantas bagi kebesaran-Nya.

Jika seorang hamba mengucapkan pujian kepada Allah subhanahu wa ta’ala, “Subhanallah” (Mahasuci Allah), “Taqaddasallah” (Mahasuci Allah), atau “Ta’alallah” (Mahatinggi Allah) berarti dia sedang memuji-Nya dengan kesucian-Nya dari segala kekurangan, dengan segala kesempurnaan. (Tafsir Asma’illah)

Buah Mengimani Nama Allah as-Salam

Dengan mengimani nama Allah as-Salam, kita mengetahui kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala dan kesucian-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala suci dari segala kekurangan dan cacat, sebagaimana halnya Dia suci dari serikat dan tandingan.

Keyakinan ini membuat kita semakin mantap dalam beribadah kepada-Nya. Sebab, Rabb yang kita ibadahi adalah Rabb Yang Mahasempurna, tiada kekurangan-Nya sedikit pun.

Dengan demikian, segala pinta dan harapan kita dalam tawakal dan doa tidak akan sia-sia. Dia pasti memenuhi janji-Nya dan Mahakuasa untuk memenuhinya karena Dia Mahakaya dan Mahamampu.

Maka dari itu, ibadahilah Dia satu-satu-Nya, tentu ibadah kita takkan sia-sia. Tinggalkan semua sembahan selain-Nya, karena selain-Nya tidak ada yang memiliki kesempurnaan seperti yang Dia miliki. Yang ada pada mereka justru berbagai kekurangan.

(Ustadz Qomar Z.A., Lc.)