Asysyariah
Asysyariah

arti nama allah: al-alim

3 tahun yang lalu
baca 7 menit
Arti Nama Allah: Al-Alim

Dalil Nama Allah Al-Alim

Al-Alim الْعَلِيمُ adalah salah satu Asmaul Husna. Nama yang mulia ini tersebut dalam banyak ayat dan hadits. Di antaranya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala,

ذَٰلِكَ لِتَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَأَنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٌ

“(Allah menjadikan hal) itu agar kamu tahu, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (al-Maidah: 97)

إِذۡ قَالَتِ ٱمۡرَأَتُ عِمۡرَٰنَ رَبِّ إِنِّي نَذَرۡتُ لَكَ مَا فِي بَطۡنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلۡ مِنِّيٓۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ

(Ingatlah), ketika istri Imran berkata, “Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Oleh karena itu, terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Ali Imran: 35)

Baca juga: Kisah Nabi Isa dan Ibunya

Adapun dalil dari As-Sunnah, di antaranya ialah hadits Ibnu Abbas radhiallahu anhuma. Ia berkata,

Saat tertimpa kesusahan, Nabi shallallahu alaihi wasallam mengucapkan,

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْعَلِيمُ الْحَلِيمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

“Tiada sembahan yang benar selain Allah Yang Maha Berilmu, Yang Maha Penyabar. Tidak ada sembahan yang benar selain Allah, Rabb Arsy yang agung. Tiada pula sembahan yang benar selain Allah, Rabb langit-langit, Rabb bumi, dan Rabb Arsy yang mulia.” (Sahih, HR. al-Bukhari)

Arti Nama Allah Al-Alim

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

وَهُوَ الْعَلِيمُ أَحَاطَ عِلْمًا بِالَّذِي       فِي الْكَوْنِ مِنْ سِرٍ وَمِنْ إِعْلَانِ

وَبِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمُهُ سُبْحَانَهُ           فَهُوَ الْمُحِيطُ وَلَيْسَ ذَا نِسْيَانِ

وَكَذَاكَ يَعْلَمُ مَا يَكُونُ غَدًا وَمَا     قَدْ كَانَ وَالْمَوْجُودَ فِي ذَا الْآنِ

وَكَذَاكَ أَمْرٌ لَم يَكُنْ لَوْ     كَانَ كَيْفَ يَكُونُ ذَا إِمْكَانِ

Dialah Yang Maha Berilmu, ilmu-Nya meliputi

        segala yang berada di alam, baik yang tersembunyi maupun yang tampak

Dalam segala sesuatu ada ilmu-Nya, Yang Mahasuci

       Dialah yang meliputi segala sesuatu dan tidak memiliki sifat lupa

Dan Dia mengetahui apa yang akan terjadi besok

       dan apa yang telah terjadi serta yang sedang terjadi pada waktu ini.

Juga, Dia mengetahui urusan yang belum terjadi

       seandainya itu terjadi, bagaimana terjadinya sesuatu yang mungkin tersebut.

Baca juga: Mengenal Allah

Syaikh Muhammad Khalil Harras rahimahullah menerangkan ucapan Ibnul Qayyim di atas,

“Ini adalah penjelasan yang paling bagus dan paling lengkap tentang (arti) nama Allah al-Alim. Beliau menyebutkan cakupan ilmu Allah subhanahu wa ta’ala atas segala hal yang dapat diketahui, baik yang wajib (harus ada), yang mumtani’ (tidak mungkin ada/terjadi), atau yang mumkinat (mungkin ada).

Adapun yang wajib ada, sesungguhnya Dia mengetahui diri Dzat-Nya yang mulia, sifat-sifat-Nya yang suci, yang menurut akal tidak mungkin tidak ada pada Dzat Allah subhanahu wa ta’ala, bahkan wajib ada dan tetap pada-Nya.

Adapun yang mumtani’ (tidak mungkin ada/terjadi), Allah subhanahu wa ta’ala Maha Mengetahui saat tidak terjadinya. Allah subhanahu wa ta’ala juga mengetahui akibat dari ada atau terjadinya seandainya hal itu terjadi. Contohnya, Allah subhanahuwa ta’ala mengabarkan akibat dari adanya tuhan-tuhan yang lain bersama-Nya dalam firman-Nya,

لَوۡ كَانَ فِيهِمَآ ءَالِهَةٌ إِلَّا ٱللَّهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ رَبِّ ٱلۡعَرۡشِ عَمَّا يَصِفُونَ

“Sekiranya ada di langit dan di bumi sembahan-sembahan selain Alah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Mahasuci Allah yang mempunyai Arsy dari apa yang mereka sifatkan.” (al-Anbiya: 22)

Baca juga: Arti Nama Allah: As-Subbuh

Ini adalah kerusakan yang tidak terjadi. Sebab, hal itu adalah akibat dari sesuatu yang mustahil, yaitu adanya sembahan lain bersama Allah subhanahu wa ta’ala. Apabila hal yang mustahil ini terjadi, akan terjadi pula kerusakan tersebut, seperti firman Allah yang lain,

مَا ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ مِن وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُۥ مِنۡ إِلَٰهٍۚ إِذٗا لَّذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهِۢ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعۡضُهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٍۚ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ

“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, setiap tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu.” (al-Mu’minun: 91)

Perginya setiap tuhan membawa ciptaannya dan sebagian tuhan-tuhan itu akan mengalahkan yang lain adalah akibat adanya sembahan yang lain bersama Allah subhanahu wa ta’ala. Ini adalah sebuah hal yang mustahil. Apabila hal ini terjadi, tentu akibatnya juga akan terjadi.

Ini adalah pemberitaan dari-Nya—dalam bentuk pengandaian—tentang sesuatu yang muncul akibat adanya sembahan-sembahan selain Allah subhanahu wa ta’ala, seandainya ada.

Baca juga: Hinanya Sesembahan Kaum Musyrikin

Adapun hal-hal yang mungkin terjadi (mumkinat), yaitu yang menurut akal mungkin terjadi atau tidak terjadi, Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui apa yang ada dan apa yang tidak ada, yang terjadi dan yang tidak, dari hal-hal yang hikmah Allah subhanahu wa ta’ala menuntut tidak terjadinya. Ilmu-Nya mencakup seluruh alam semesta, yang atas dan yang bawah. Tiada suatu tempat atau waktu pun yang lepas dari ilmu Allah subhanahu wa ta’ala. Ia mengetahui yang gaib dan yang tampak, yang lahir dan yang batin, serta yang jelas dan yang tersembunyi.

Ilmu-Nya tidak ditimpa oleh kelalaian atau kelupaan, sebagaimana firman-Nya yang menceritakan ucapan Musa alaihis salam,

قَالَ عِلۡمُهَا عِندَ رَبِّي فِي كِتَٰبٍۖ لَّا يَضِلُّ رَبِّي وَلَا يَنسَى

Musa menjawab, “Pengetahuan tentang itu ada di sisi Rabbku, di dalam sebuah kitab, Rabbku tidak akan salah dan tidak (pula) lupa.” (Thaha: 52)

Demikian pula, ilmu-Nya meliputi seluruh alam semesta yang atas dan yang bawah, berikut segala makhluk yang ada beserta zatnya, sifatnya, perbuatannya, serta seluruh urusannya. Allah subhanahu wa ta’ala juga tahu apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, yang tiada ujungnya. Dia pun mengetahui apa yang tidak terjadi. Seandainya pun terjadi—yakni apabila hal itu ditakdirkan terjadi—Ia tahu bagaimana cara terjadinya.

Allah subhanahu wa ta’ala juga tahu keadaan para mukalaf sejak Dia menciptakan mereka, setelah mewafatkan mereka, dan setelah menghidupkan mereka kembali. Ilmu-Nya telah mencakup perbuatan mereka seluruhnya, yang baik dan yang buruk. Ilmu-Nya juga meliputi balasan atas amal-amal itu beserta perincian hal tersebut di negeri kekal abadi.

Adapun dalil aqli atas ilmu Allah subhanahu wa ta’ala ada beberapa hal.

  1. Adalah mustahil untuk mengadakan/menciptakan sesuatu tanpa ilmu.

Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan sesuatu dengan kehendak-Nya. Kehendak-Nya terhadap sesuatu mengandung pengetahuan terhadap apa yang dikehendaki-Nya. Misalnya firman Allah subhanahu wa ta’ala,

أَلَا يَعۡلَمُ مَنۡ خَلَقَ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ

 “Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui; dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui?” (al-Mulk: 14)

  1. Kekokohan, kedetailan, keajaiban ciptaan, dan kecermatan dalam penciptaan yang ada pada makhluk-makhluk.

Ini menjadi bukti bahwa Penciptanya sangat berilmu. Sebab, menurut kebiasaan, tidak mungkin itu semua terjadi dari selain Dzat yang tidak berilmu.

  1. Di antara makhluk ada yang berilmu, dan ilmu adalah sifat kesempurnaan. Seandainya Allah subhanahu wa ta’ala tidak berilmu, berarti ada di antara makhluk ada yang lebih sempurna dari-Nya.
  2. Ilmu yang ada pada makhluk sesungguhnya berasal dari Penciptanya.

Dengan demikian, Pemberi kesempurnaan itu lebih berhak menyandang kesempurnaan tersebut. Sebab, sesuatu yang tidak memiliki, tidak mungkin bisa memberi. (Syarah Nuniyyah, 2/73—75)

Buah Mengimani Nama Allah Al-Alim

Di antara buah mengimani nama Allah Al-Alim adalah mengetahui keagungan Allah subhanahu wa ta’ala. Kita menyadari bahwa Dia mengetahui segala sesuatu sampai hal-hal yang terkecil, baik yang di dasar lautan maupun yang di dalam bumi, demikian juga yang ada dalam lubuk hati. Bagaimanapun amal dan ucapan kita, Allah Maha Mengetahuinya.

Hal ini menuntut kita semua untuk takut kepada Allah dalam segala keadaan dan di setiap tempat. Walaupun kita melakukannya di malam hari, di tempat yang gelap dan sepi, Allah subhanahu wa ta’ala sangat mengetahuinya.

Ingatlah bahwa balasan Allah subhanahu wa ta’ala sudah menanti. Rahmat dan taufik-Nya selalu kita harapkan agar Dia selalu membimbing kita ke jalan yang lurus.

Wallahul Muwaffiq.

(Ustadz Qomar Z.A., Lc.)