Asysyariah
Asysyariah

arti nama allah: al-ahad dan al-wahid

3 tahun yang lalu
baca 4 menit
Arti Nama Allah: Al-Ahad dan Al-Wahid

 

Salah satu Asmaul Husna (nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala yang sangat baik) adalah al-Ahad dan al-Wahid.

Nama Allah Al-Ahad

Nama Allah الأحد al-Ahad ini berdasarkan dalil-dalil dari Kitab dan Sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Di antaranya, firman Allah subhanahu wa ta’ala,

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ

Katakanlah, “Dialah Allah Yang Maha Esa.” (al-Ikhlas: 1)

Adapun dalil dari hadits ialah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu anhu. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللهُ وَلَدًا؛ وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفُؤًا أَحَدٌ

“Adapun cercaan anak Adam terhadap-Ku ialah ucapannya bahwa Allah telah menjadikan untuk Diri-Nya seorang anak. Padahal, Aku adalah al-Ahad (Yang Maha Esa) dan Yang menjadi tempat bergantung. Aku tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tiada bagi-Ku tandingan seorang pun.” (HR. al-Bukhari)

Demikian pula hadits Buraidah radhiallahu anhu,

سَمِعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلاً يَدْعُو وَهُوَ يَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ

Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendengar seseorang berdoa dengan mengatakan, “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dengan aku bersaksi bahwa Engkaulah Allah, tiada ilah yang benar kecuali Engkau, al-Ahad (Yang Maha Esa), Yang menjadi tempat bergantung para hamba-Nya.” (HR. at-Tirmidzi no. 3475)

Arti Nama Allah al-Ahad

Di antara makna nama Allah al-Ahad (Yang Maha Esa) adalah

  1. Yang tiada sesuatu pun yang menyerupainya, sebagaimana kata al-Baihaqi.
  2. Yang Mahatunggal, seperti kata Ibnul Atsir.

Silakan dilihat dalam buku Shifatullah ‘Azza wa Jalla al-Waridah fil Kitabi was Sunnah (hlm. 42).

Jadi, makna al-Ahad adalah Yang tiada tandingan bagi-Nya dan tiada sekutu bagi-Nya, dalam hal uluhiyah-Nya, ketuhanan-Nya, dan rububiyah-Nya, serta dalam hal nama dan sifat-Nya.

Dia Mahatunggal dalam rububiyah-Nya sehingga tiada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan-Nya. Tidak ada yang dapat melawan dan mengalahkan-Nya.

Dia juga Mahatunggal dalam Dzat, nama, dan sifat-sifat-Nya sehingga tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya.

Di samping itu, Dia Mahatunggal pula dalam uluhiyah-Nya sehingga tiada sesuatu pun yang berhak diibadahi selain Dia. Tidak ada yang berhak mendapatkan ibadah kecuali Dia. (Lihat Ma’arijul Qabul, 1/136)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah mengatakan,

“Makna al-Ahad adalah Yang menyendiri dengan segala kesempurnaan, keagungan, kebesaran, keindahan, pujian, hikmah, rahmat, dan sifat-sifat kesempurnaan lainnya. Dengan demikian, tidak ada yang menyerupai dan menyamai-Nya dalam satu sisi pun.

Maka dari itu, Dia adalah Yang Mahatunggal dalam kehidupan-Nya, sifat qayyumiyah-Nya, ilmu-Nya, kekuatan-Nya, kebesaran-Nya, keindahan-Nya, pujian terhadap-Nya, hikmah-Nya, rahmat-Nya, dan sifat-sifat lain. Dia memiliki sifat-sifat itu pada puncak kesempurnaan.” (Lihat Bahjatu Qulubil Abrar, dinukil dalam kitab Syarh Asma`illah al-Husna fi Dhau`il Kitab was Sunnah, hlm. 167)

Nama Allah Al-Wahid

Di antara nama Allah subhanahu wa ta’ala juga adalah الواحد (al-Wahid, Yang Maha Esa). Hal itu berdasarkan dalil dari Al-Qur’an, di antaranya:

إِنَّمَا ٱللَّهُ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌۖ

“Sesungguhnya Allah adalah Ilah Yang Maha Esa.” (an-Nisa: 171)

لِّمَنِ ٱلۡمُلۡكُ ٱلۡيَوۡمَۖ لِلَّهِ ٱلۡوَٰحِدِ ٱلۡقَهَّارِ

 (Lalu Allah berfirman), “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah al-Wahid (Yang Maha Esa) lagi Maha Mengalahkan.” (Ghafir: 16)

Adapun dalil dari hadits di antaranya adalah sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam doa dan zikir beliau,

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ

“Tiada Ilah yang benar kecuali Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya.”

Arti Nama Allah al-Wahid

Al-Baihaqi menyatakan,

“Makna al-Wahid ialah Yang Mahatunggal atau Maha Esa, yang tetap menyendiri, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dikatakan pula bahwa artinya ialah Yang tidak terbagi dalam hal Dzat-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya, dan tiada sekutu bagi-Nya. Ini merupakan sifat, yang dengan Dzat-Nya, Allah berhak memilikinya.” (Shifatullah ‘Azza wa Jalla al-Waridah fil Kitab was Sunnah, hlm. 265)

Wallahu a’lam.

(Ustadz Qomar Z.A., Lc.)