Kerajaan Saudi Arabia sering diidentikkan dengan Wahabiyah/Wahabisme, dengan tujuan “membunuh karakter” kebaikan Arab Saudi dan menjadikan kaum muslimin apriori dan membenci negara pengibar panji tauhid dan Sunnah tersebut.
Daftar Isi
Salah satu misi utama ditegakkannya daulah Islamiah Kerajaan Arab Saudi adalah membela dakwah yang ditegakkan oleh Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab. Dakwah yang beliau bawa tidak lain melanjutkan dakwah para nabi dan rasul, dakwah para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah, yaitu menerangi umat dengan cahaya tauhid dan sunnah.
Dakwah beliau bukan mazhab baru atau agama baru sebagaimana diisukan oleh sebagian pihak, bukan pula ajaran yang membawa radikalisme atau terorisme. Namun, demikianlah. Sebagian pihak mengembuskan tuduhan bahwa Arab Saudi membawa aliran Wahabiyah/Wahabisme. Tentu saja, tuduhan ini sangat jauh dari kebenaran.
Sejak awal, Raja Abdul Aziz bin Abdur Rahman Alu Su’ud rahimahullah telah menegaskan, “Mereka menamakan kami sebagai ‘Wahabiyun’ dan menyebut mazhab kami sebagai ‘Wahabiyah’, yang dinyatakan sebagai mazhab tersendiri. Ini adalah kesalahan fatal. Hal ini timbul dari pernyataan dusta yang sengaja diembuskan oleh orang-orang yang ingin berpaling (dari kebenaran).
“Kami bukan pembawa mazhab atau akidah baru. Muhammad bin Abdul Wahhab tidak membawa agama baru. Akidah kami adalah akidah yang terdapat dalam Kitabullah, Sunnah Rasul-Nya, dan jalan para salafush shalih. Kami menghormati para imam yang empat. Tidak ada perbedaan bagi kami tentang para imam tersebut, baik al-Imam Malik, al-Imam asy-Syafi’i, al-Imam Ahmad, dan al-Imam Abu Hanifah. Mereka semua terhormat dalam pandangan kami.”
Dengan bijak dan sopan, Raja Abdul Aziz rahimahullah telah menjawab tudingan terhadap Kerajaan Arab Saudi. Namun, pihak-pihak tak bertanggung jawab terus menebarkan isu negatif tersebut. Bahkan, mereka mengaitkan Wahabi dengan terorisme dan paham radikal. Di antara yang dilontarkan oleh KH. Sa’id Aqil Siraj dalam ucapannya, “Semua teroris di RI (adalah) Wahabi.”
Sangat disayangkan, pernyataan yang sarat dengan ujaran kebencian ini terlontar dari tokoh yang memimpin ormas besar di Nusantara. Terorisme dan radikalisme bukan bagian dari Islam. Benar bahwa ada kelompok sesat yang ajaran utamanya adalah terorisme dan radikalisme, yaitu kelompok Khawarij. Akan tetapi, mengaitkan terorisme-radikalisme dengan Wahabi atau negara Arab Saudi adalah suatu kesalahan fatal. Justru Arab Saudi adalah negara yang terdepan memerangi terorisme dan radikalisme serta kelompok-kelompok radikal/teroris semacam al-Qaeda, ISIS, serta induk semang kelompok-kelompok itu, yaitu Ikhwanul Muslimin.
Di sisi lain, Arab Saudi gencar memerangi liberalisme yang tak kalah berbahaya dibandingkan radikalisme dan terorisme. Sikap humanis Arab Saudi sebenarnya cukup menjadi “surat terbuka” yang membantah tuduhan radikal atau teroris. Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubair berkata, “Tidak ada yang dinamakan dengan ‘Wahabi’. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah tokoh pembaru/perbaikan umat. Upaya mengaitkan ISIS dengan Islam atau sunnah adalah keliru.”
Adel al-Jubair juga berkata, “Tidak ada yang dinamakan dengan Wahabiyah. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah tokoh pembaru (memperbaiki kondisi umat), tidak mengajak kepada radikalisme.”
Dalam kesempatan lain, Adel al-Jubair menyampaikan, “Arab Saudi akan memberantas terorisme, baik yang berasal dari ISIS, al-Qaeda, maupun yang berasal dari agen-agen Iran.” Demikian diberitakan oleh @SaudiNews50.
Di hadapan para undangan VIP perwakilan negara-negara usai pelaksanaan haji tahun lalu (1437 H/2016 M), Raja Salman bin Abdul Aziz—semoga Allah menjaganya—mengajak negara-negara muslim untuk bersatu padu menolak radikalisme dan ekstremisme. Menurutnya, kedua hal tersebut merupakan paham yang tercela, baik secara syariat maupun logika. Jika telah merasuk dalam diri umat Islam, paham itu akan menghancurkan kemuliaan dan masa depan umat Islam di mata dunia internasional.
“Tidak ada jalan lain untuk keluar dari kubangan persoalan ini, kecuali dengan kembali kepada spirit ajaran Islam dan memperkuat persatuan serta kesatuan umat Islam,” seru Raja Salman.
Raja Salman mengaku prihatin dengan konflik, perpecahan, dan peperangan yang terjadi di negara-negara Islam. Padahal Islam adalah agama perdamaian dan keadilan yang menjunjung tinggi persaudaraan, kasih sayang, dan kebajikan. Karena itu, Raja menyeru pimpinan umat Islam untuk merapatkan barisan demi terciptanya persatuan, serta mencari solusi bersama atas konflik berkepanjangan di antara umat Islam.
“Pemerintah Saudi sangat menaruh perhatian dengan segala upaya untuk terciptanya kedamaian dan kebaikan bagi negara-negara Islam maupun dunia secara keseluruhan,” tandasnya. (lihat www.kemenag.go.id )
Sementara itu, Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Muhammad bin Nayef, dalam pidatonya di hadapan Sidang Tahunan Majelis Umum PBB ke-71 yang berlangsung di AS pada 22 September 2016 M, menegaskan, “Arab Saudi memegang peran penting dalam memerangi terorisme. Arab Saudi merupakan negara paling awal yang menyatakan perang terhadap terorisme, dan itu sudah dinyatakan sejak lama. Sejak 1992, Saudi harus berhadapan dengan lebih dari 100 kali aksi teror; dengan 18 aksi di antaranya dilancarkan oleh unsur yang terkait secara struktural dengan negara regional.”
Muhammad bin Nayef juga menjelaskan bahwa Arab Saudi melakukan hal itu sebagai pelaksanaan dari kesepakatan antara negara-negara Arab dalam menangkal terorisme jauh sebelum peristiwa 11 September. Arab Saudi terus menyatakan perang terhadap organisasi-organisasi teroris dan tidak memberikan toleransi sama sekali dalam hal ini.
Komitmen dan keseriusan Arab Saudi dalam menumpas radikalisme dan terorisme bukan sekadar ucapan manis di lisan. Hal itu benar-benar dibuktikan secara nyata di lapangan. Berkali-kali Arab Saudi melakukan operasi penangkapan para teroris dengan hasil yang gemilang.
Arab Saudi juga memelopori aliansi militer negara-negara Islam untuk memerangi terorisme. Di samping itu, secara nyata Arab Saudi mengeksekusi tokoh teroris kelas kakap. Tak mengherankan apabila Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI pada pertengahan Januari 2017 lalu melakukan kunjungan ke Arab Saudi dalam rangka mempelajari keberhasilan Arab Saudi menangani terorisme dan radikalisme.
Putra Mahkota, Muhammad bin Nayef, menyatakan bahwa aksi-aksi terorisme yang terjadi di beberapa wilayah Arab Saudi, tidaklah menambah kepada Arab Saudi kecuali semakin berpegang teguh (kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, -pen.) dan semakin kuat.